9.

211 47 5
                                    

Hari ini hari yang cukup penat. Terlebih bagi mahasiswa tingkat akhir. Jimin menggerutu kesal ketika memasuki apartemennya, mengingat dosen yang ia tunggu seharian tidak kunjung datang ke kampus. Lalu beradu mulut dengan seseorang bergigi kelinci menambah pening kepala. 

Ransel ia lempar begitu saja dan segera diambil Yoongi. Pria itu bahkan mengikuti Jimin sampai ke dalam kamar. Saat Jimin menjatuhkan tubuh di kasur, Yoongi membenahi sepatu sekaligus kaos kaki bosnya yang tergeletak di lantai. 

"Akan ku siapkan air hangat untuk mandi." 

Jimin bergumam dalam pejaman matanya. "Kalau bisa mandikan aku juga, Yoon." 

Yoongi hanya melirik sekilas ke arah Jimin. Ia meletakan sepatu Jimin di rak dan kaus kakinya di keranjang pakaian kotor. Mengisi bathtub dengan air hangat. 

Jimin berencana untuk tidur lebih dulu setelahnya baru ia mandi. Tapi terganggu saat dadanya terasa ada yang menggerayangi. Ia menepuk untuk menyingkirkan apapun itu dan tangannya malah mendapati benda berkulit yang hangat. Jimin membelalak terkejut. Ditambah sesuatu yang tengah ia lihat sedang membuka kancing kemejanya.

"Apa yang kau lakukan, Yoongi?" Jimin memegang erat kedua tangan Yoongi, menghentikannya. Meski tidak berguna karena seluruh kancing sudah terbuka dan menampilkan dada serta perut Jimin yang berbentuk. 

Harusnya Yoongi yang malu dengan apa yang dilihatnya. Tapi nyatanya Jimin yang gugup dengan mata membola. 

"Kau bilang ingin mandikan?" 

Jawaban yang terkesan ambigu membuat Jimin meneguk ludah. Padahal tadi ia asal bicara saja. Tidak serius sama kali. Tapi Yoongi benar-benar mau melakukan hal itu. 

Ia menarik kencang tangan Yoongi hingga pria tersebut jatuh di atasnya. Terlihat terkejut, Yoongi bahkan langsung menahan bobot tubuhnya dengan menaruh telapak tangan di dada telanjang Jimin. 

Jimin melingkarkan tangan di pinggang Yoongi seolah sengaja agar Yoongi tidak beranjak. Kedua kakinya ia buka lebar, memerangkap sebagian tubuh Yoongi ditengah-tengah. 

"Kalau aku bilang cium bibirku, kau akan melakukannya." 

Hembusan nafas saling beradu karena jarak keduanya yang terlampau dekat. Jimin menatap dalam, memperhatikan manik di hadapannya sedang berpikir. Melarikan matanya ke setiap sudut dan sesekali melirik bibir tebal Jimin. 

"Apa ini perintah?" 

Mendengar pertanyaan Yoongi, Jimin tergelak. "Ya. Perin—" 

Cup*

Menukas ucapan Jimin dengan kecupan singkat di bibir. Yoongi pelakunya. Yang kini terdiam menatap Jimin dengan santai. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang baru saja dilakukannya. 

Jimin melepas pelukannya, menyingkirkan Yoongi ke samping. Ia berdiri cepat sembari menyentuh bibirnya. 

"Yoongi! Kau menciumku!" Panik. Sedikit berteriak. Kedua manik Jimin terbuka lebar seakan mau loncat dari rongga. 

"Perintahmu."

"Iya, tapi—" Jimin tidak melanjutkan kata-kata. Atau mungkin tidak bisa berkata-kata lagi. Menatap tidak percaya dan menahan diri agar tidak memeluk lagi si pinggang ramping yang kini memiringkan kepalanya. Bingung. 

Antara kesal dan gemas bercampur menjadi satu. 

"Mukamu merah, Jimin. Kau sakit?" 

"Tidak. Diam di situ—jangan mendekat." 

Yoongi yang hendak menaruh punggung tangannya di kening Jimin, namun Jimin bereaksi mundur dua langkah. 

"Yoongi, kau tidak boleh melakukan hal itu lagi." 

"Tapi tadi—"

"Tadi hanya bercanda." Ujar Jimin seraya menutup bagian tubuh depannya yang terbuka. Kenapa ia bersikap seperti perawan yang habis diperkosa? Padahal Yoongi biasa saja. "kau tidak pernah bercanda ya?" 

Yoongi mengendikan bahunya acuh, "Mungkin iya." 

"Kau benar-benar—berani ya? Atau kau sering mencium orang lain juga?" Tebak Jimin dengan prasangka buruk. Ingin tau Yoongi sudah sejauh mana. 

"Tidak juga." 

"Oke, bagus. Jangan sembarangan mencium orang lain. Ini perintah dan tidak bercanda. Mengerti, Yoongi?"

Yoongi mengangguk patuh. Tidak berkata apapun hanya memperhatikan Jimin yang pergi ke kamar mandi. Tidak ngikuti. Ia sadar diri. 

[]

HEAL ME [MINYOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang