8.

207 48 1
                                    

"Selamat pagi, Tuan." 

"Ya. Selamat—Uhk, ha?" 

Jimin tersedak saat menenggak air dari gelas, mendengar Yoongi menyapanya. Bukan karena sapaannya tapi kata akhirnya.

"Selamat pagi, Tuan." 

Yoongi mengulang, dipikirnya Jimin tidak mendengar ucapannya. 

"Siapa yang menyuruhmu memanggil ku 'Tuan'?"

Yoongi yang berada di sebelah wastafel segera menghampiri Jimin. Menundukan tubuhnya berkali-kali. "Maaf, maaf. Apa kurang sopan? Harusku panggil dengan—Mister? Sir?" 

"J-jangan. Siapa yang menyuruhmu? Panggil aku Jimin. Seperti biasa." Jimin menolak keras. Apa-apaan panggilan tadi? Ia merasa kinky. Nah, kan, pagi-pagi pikirannya sudah tidak bagus. 

"Tapi kau bos ku sekarang?" 

"Oke, Yoongi. Aku perintahkan kau memanggil ku 'Jimin', mengerti?" 

"Baik. Mengerti, Tuan." 

"Yoon—" 

"Maaf, Jimin." 

Jimin menggelengkan kepalanya sembari mendudukan diri. Di hadapannya sarapan dengan berbagai macam lauk pauk sudah tersedia. Jimin tersenyum tanpa sadar, entah kapan terakhir kali ia makan masakan rumahan. 

"Ini untuk bekal makan siang nanti." 

Kunyahan telur di mulutnya terhenti saat Yoongi menyodorkan sekotak bekal. 

"Apa kau tidak suka membawa bekal?" Tanya Yoongi saat Jimin hanya menatap bingung kotak persegi itu.

"Suka." Jawabnya cepat dan menarik bekal tersebut ke sampingnya. "buatkan aku bekal setiap hari." 

"Baik, Jimin." 

Jimin mengetuk-ngetuk sumpit di pinggiran piringnya, meminta atensi Yoongi. "Jangan terlalu formal padaku." 

Yoongi mengangguk, "Akan aku coba." 

"Good." 

"Oh ya, Jimin. Boleh aku menitipkan sesuatu untuk Jungkook?" 

"Apa?" 

"Bekalnya." 

Jimin terdiam sesaat. Memperhatikan bekal yang Yoongi buat untuk Jungkook. Bukan masalah isinya tapi kenapa bekal Jungkook sampai dua kotak? 

"Kenapa banyak sekali?" Protes Jimin. 

"Setiap pagi Jungkook jarang sekali sarapan. Harus ku paksa lebih dulu agar mau. Sekarang aku kerja di sini, otomatis Jungkook melewatkan makan paginya." Jelas Yoongi. 

"Buatkan aku dua juga." 

"Ya?" 

"Bekalnya—aku juga mau dua." Ulang Jimin sembari mengunyah. Sumpit ia arahkan ke bekalnya dan bekal Jungkook. Dibandingkan. 

"Oke. Akan ku buatkan lagi." 

"Pokoknya bekalku dan bekal Jungkook harus sama. Jangan dibedakan." 


.



.




.




.




.




.


Baru saja Jimin memberikan kantung kain berisi bekal pada Jungkook dan kembali ke gedung jurusannya. Cukup jauh dan ketika sampai ia sudah dihadang oleh Kim Taehyung. Berdiri menjulang tinggi dengan tangan terlipat di depan dada. Menatapnya sinis. 

"Kau belum menjelaskan apa-apa, ayam." 

Panggilan Taehyung untuk Jimin. Menurutnya Jimin memang sangat mirip dengan ayam kecil yang berwarna kuning. 

Jimin mendudukan diri, di depannya sudah ada teman-teman satu angkatannya. Juga Taehyung yang tidak mengalihkan mata, meminta penjelasan. 

"Ceritanya panjang. Singkatnya kakak Jungkook bekerja di apartemenku mulai kemarin." 

Singkat namun cukup membuat teman-temannya terkejut. Apalagi Taehyung. 

"Kenapa bisa? Tapi memangnya Jungkook punya kakak? Perempuan atau laki-laki? Waah, benar-benar ayam keparat. Mau ku jadikan fried chicken? Setelah Jungkook, sekarang kau berniat mengambil kakaknya juga?"

Taehyung menggebu-gebu. Menggelengkan kepala tidak percaya. Sahabat kecilnya ternyata serakah luar biasa. Setan saja minder

Salah satu pria yang duduk dekat Taehyung langsung memasukan sepotong roti ke dalam mulutnya. 

"Dengarkan dulu semuanya. Jangan asal bicara." Itu Kim Namjoon, pria berlesung pipi sekaligus pelaku dimana ia memasukan roti ke mulut Taehyung.

Jung Hoseok, tidak bisa menahan tawa saat Taehyung hampir tersedak dan meminta minum padanya. 

"Aku hanya berniat membantunya saja. Terlebih aku juga berteman cukup baik dengan Jungkook." 

"Hanya berniat membantunya saja?" Kini Kim Seokjin yang bertanya. Jimin menaikan sudut bibirnya, menyadari Seokjin teman paling perasa diantara yang lainnya. 

"Aku menyukai kakaknya." 

"Ciri khas Park Jimin sekali. Mencari cara agar orang yang disukainya tetap berada di dekatnya." Sudah lama berteman membuat Hoseok hafal dengan tingkahnya.

"Jungkook—jurusan kedokteran itu?" tanya Namjoon sambil mengingat-ngingat. 

"Ya. Jungkook yang itu." 

"Jimin, tolong tanyakan pada Jungkook. Dia mau tidak bekerja di apartemenku?" Taehyung juga tidak mau menyerah. 

[]

HEAL ME [MINYOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang