18

8.3K 609 89
                                    

Jimin tak dapat menyembunyikan rasa takutnya. Sosok pria di sampingnya ini membuat tubuhnya bergetar jantungnya berdetak lebih kuat. Jimin takut sangat takut jika Jungkook datang hanya untuk melukainya lagi.

Keduanya bungkam dan tak ada yang berniat untuk bicara Jimin terlalu takut untuk mengeluarkan suaranya ntah sepertinya ia saat ini kehilangan suara lembutnya. Sedangkan Jungkook sibuk memandang wajah takut Jimin ia semakin merasa bersalah berusaha mengalihkan penglihatannya agar tak melihat wajah Jimin di ruang keluarga ia melihat tv yang menyala dan dua bocak kecil yang mungkin salah satunya dapat Jungkook tebak ialah putranya namun putri cantik mungil yang memeluk boneka kelinci itu siapa?

Jungkook lebih memilih bangun dari duduknya berjalan menghampiri kedua bocah kecil itu. Jimin ingin menghentikannya namun untuk sekedar menggerakkan kakinya saja ia tak sanggup bisakah sesorang memeluknya saat ini ia sangat membutuhkan hal itu

Jujur jika tak ada rasa kecewa dalam hatinya ia sangat merindukan Jungkook dan mungkin akan langsung memaafkan suaminya itu karna mungkin Jungkook saat itu hanya tak dapat menerima kematian putrinya namun kenapa Jungkook tak memikirkan dirinya dan juga anak mereka apa sebatas Ana kah cinta Jungkook untuk Jimin.

Jungkook tetap mengamati wajah kedua bocah kecil yang masih tertidur itu Jeonshan sangat nyaman dalam tidur siangnya wajahnya sangat mirip dengan Jungkook mulai dari hidung bibir tipis dan tangan panjang putranya, sangat tampan namun di balik mata yang tertutup rapat itu tak memiliki mata bulat seperti Jungkook melainkan mata coklat terang yang menurun dari sang ibu Jimin. Jika mata Jimin coklat yang sedikit gelap maka mata Jeonshan benar benar sangat terang seperti dapat berkaca pada mata itu dan rambut putranya itu sedikit kecoklat coklatan seperti anak bule saja itu juga menurun dari ibu Jimin yang memang memiliki darah luar.

Pandangan Jungkook teralih pada gadis mungil cantik yang memeluk boneka kelinci pink gadis itu memiliki rambut hitam lebat dan sedikit panjang di ingat Jimin tak pernah memotong rambut Minju sejak ia lahir dan Jimin memberikan vitamin rambut agar putrinya itu memiliki rambut yang indah. Hidung kecil yang tak terlalung manjung bibir penuh yang memerah alami sangat mirip dengan Jimin ntah kenapa Jungkook sangat menyayangi gadis mungil itu tangannya terulur mengusap rambut Minju, halus sama seperti Jimin tanpa ia minta air matanya jatuh saat semakin lama ia menatap wajah polos Minju terasa sangat sakit didadanya.

"Ngghh.. Daddy pulang" Minju sedikit terganggu dengan tidurnya dan langsung menerjang Jungkook saat membuka matanya.

Jungkook yang tak siap langsung terjatuh di karpet dengan Minju yang berada di atasnya terus memeluk tubuh besar ayahnya.

"Daddy pulang mommy kali ini benar kita akan berdoa bersama saat natal kali ini di gereja Minju merindukan daddy. Tapi Minju masih mengantuk kita bicara nantik saja ya" setelahnya Jungkook rasa gadis kecil itu telah terlelap.

:::::::::::::::::::::::::::::

"Untuk apa kau datang kemari Jungkook"

Akhirnya setelah meminum obat penenang Jimin dapat kembali membaik. Tubuhnya sudah tak bergetar seperti tadi lagi ia dan Jungkook memilih bicara di taman belakang rumah Jimin karna permintaan Jimin yang tak ingin mengganggu anak anaknya saat nanti mereka bisa saja berbeda pendapat.

Jungkook masih tetap diam menatap lurus ke arah taman yang sangat bersih dan terasa nyaman tak seperti taman di rumahnya yang sudah tak terawat lagi sejak dua tahun ini semua karna dirinya yang terlalu bodoh dalam menghadapi cobaan dan cintannya yang lemah pada saat itu pada Jimin.

Jungkook sangat merasa berdosa karna di awal ialah yang membawa Jimin jatuh sejatuh jatuhnya pada dirinya hingga memberikan semuanya untuk dirinya. Bahkan pria mungil itu rela untuk menambah organ tubuhnya agar dapat memberikan Jungkook seorang anak tapi seperti ini balasannya ia sungguh merasa sangat bodoh.

"Boleh aku bertanya siapa gadis mungil yang cantik tadi"

Memilih memanyakan Minju ketimbang mengatakan tujuannya mendatangi Jimin.

"Minju. Dia kembaran Jeonshan putra ku" memang masih sangat lembut tutur kata yang Jimin ucapkan namun terdapat aura dingin yang ia lontarkan.

"Maksudmu" Jungkook benar benar tak mengerti

"Terdapat kesalahan dalam USG. Minju memang sangat pemalu jika bukan pada keluarganya ia terlahir sangat kecil di tambah aku yang melahirkan di waktu yang tidak seharusnya membuat Minju terlalu kecil untuk lahir selama di dalam kandungan ia hanya berada terus terusan di belakang Jeonshan. Ia sempurna namun saat lahir harus di pindahkan ke ruang khusus agar memiliki energi. Ia sangat lemah saat ini" air mata Jimin menetes tanpa isakan saat ingat bagaimana Minju sangat lemah saat itu dan Jeonshan adalah salah satu penguatnya.

"Maaf"

"Maaf untuk semuanya Jimin-ah. Aku tau aku sangat bodoh dan keji melakukan semua ini pada mu yang tak berdosa pada kedua malikat kecil kita maaf hiks.. sungguh saat itu aku tak dapat berfikir dengan baik aku terlalu larut Ji dan menyalahkan mu untuk kesalahan Ana. Aku menyesal sungguh dua tahun ini aku mencarimu di seluh rumah sakit di Korea dan beberapa negara luar. Maaf aku menyesal sangat hiks"

Jungkook memilih berlutut di depan Jimin menggengam kedua tangan yang tetap hangat walau mungil itu sudah lama ia tak merasakan kehangatan dari genggaman Jimin. Menundukkan kepalanya menangis di atas paha Jimin.

Jimin hanya diam hatinya sakit sungguh telah hancur sejak saat ia menerima surat yang memberi kabar bahwa Jungkook tak ingin melihat dirinya lagi. Di tambah sosok pria tampan yang dulu ia puja sekrang sudah sangat kurus dan tulang pipinya yang semakin jelas.

Jimin mengangkat kepala Jungkook agar ia bisa melihat mata hitam bulat yang sungguh sangat ia rindukan. Mengelus lembut rahang tegas Jungkook dan mengusap air matanya yang masih menetes Jungkook sama seperti Jeongsan saat menangis menanyakan sang daddy.

Sedikit menunduk Jimin mengecup singkat kepala Jungkook. " Jangan menangis Kook-ah aku sudah memaafkan mu. Hiks tapi maaf untuk berasama mu aku tak bisa lagi maaf rasanya benar benar sakit kook-ah. Ayo berpisah secara resmi"

::::::::::::::::::::::::

"Dengan ini saya putuskan Saudara Jeon Jungkook resmi berpisah dengan Saudara Jeon Jimin"

Tok tok tok

Hakim telah memutuskan akhirnya setelah seminggu sejak kejadian Jungkook menemui Jimin permintaan Jimin tak dapat Jungkook ubah hingga hari ini mereka resmi berpisah.

"Ayo aku akan mengantar mu pulang" Jungkook dan Jimin berjalan keluar beriringan dari ruang pengadilan.

"Tak usah itu hanya akan merepotkan aku bisa naik taxsi"

"Jangan menolak Jimin lagi pula kedua malaikat kita menanyakan mu. Walau nenek mereka selalu memberikan mainan mereka tetap mencarimu"

Jimin mengalihkan pandangannya pada Jungkook tersenyum lembut ke arah mantan suaminya yang sudah tidak sekurus pertama kali ia melihatnya setelah dua tahun. Menganggukan kecil kepalanya masih dengan senyum manisnya.

Jungkook tak dapat lagi menahan memeluk Jimin di dalam hatinya ia masih tak dapat menerima semua ini tapi inilah takdirnya.

"Ayo berteman" Jungkook mengulurkan tangannya setelah melepas pelukan keduanya.

"Teman"

Keduanya tersenyum. Mungkin saat ini pertemananlah yang cocok untuk mereka.


END

Akhirnya setelah perjalanan yang panjang selesai juga cerita aneh bin gaje ini. Makasih banyak buat kalian yang masih nunggu dan baca cerita ini dari awal. Ini benar benar cerita KM pertama yang aku tulis dan berakhir cerita keempat KM yang selesai ya udahlah yg penting selesai.

Jangan lupa vote dan comen ya

Happy Reading

Baby Jeon || KM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang