cari sendiri

2.4K 646 186
                                    

beberapa hari berlalu, akhirnya jia sudah bisa beraktivitas seperti biasa. meskipun dia masih berada dalam pengawalan teman-temannya, namun jia pun paham dan juga bisa sedikit bebas seperti sebelumnya. kali ini jia berada di rumah yangyang setelah di jemput oleh haechan di kampus tadi. sore menjelang senja yang dijalani sekarang sedikit aneh dalam feeling jia, entah kenapa. daritadi pagi cewek itu merasa gak enak. entah itu gak enak badan atau pikiran, seolah ada firasat jia yang berkata akan ada sesuatu hal buruk terjadi.

ditambah haechan yang semakin irit bicara, ya walaupun ada sebabnya juga.

yup, dia lagi sibuk mondar-mandir untuk mengurus beasiswanya ke sydney. jadi haechan gampang lelah dan memilih untuk menabung kata-katanya dalam diri.

"yangyang mana?" tanya jia ke dejun yang terlihat muncul lagi sambil merakit layangan kunti di ruang tengah. teman-teman yang lain belum muncul, entah itu karena masih ada kelas atau keperluan lain.

"lagi nemenin bella ke salon."

"buat?"

"meni pedi."

"anjing." kata haechan di sela-sela kesibukannya menyusun kertas. "beneran anjing."

"bella aja lo katain."

haechan menghela nafas berat dan mendadak dia berdiri sambil memakai kembali maskernya. "jun, titip jia. gue mau pergi lagi."

"kemana?"

"ada." jawab haechan seperlunya tanpa melihat siapapun lalu berjalan keluar rumah. tinggallah jia serta dejun yang gak tau mau ngapain selain merakit layangan.

"bosen ya ji?"

"gak juga."

"oh, baru gue mau tawarin."

"apanya?"

"kalau bosen nyebur aja di kolam ikan. lumayan lo dapat pengalaman."

gak tau lagi deh, gak yangyang gak sepupunya sama-sama random gak ketolong. udah genetik kali ya sekeluarga besar begini semua?

"lo pacaran sama haechan tah?"

jia menggeleng. "enggaklah."

"bagus dong."

"bagus kenapa?"

"pdkt kuy."

ngajak pdkt segampang ngelem bambu layangan.

"gak jelas banget lo jun sumpah daritadi gue heran aja nemenin lo bicara sambil rakit layangan."

dejun berdecak kesal. "susahnya orang lucu, semua obrolan dikira bercanda."

"ya terus?"

"pasti banyak yang naksir kan ji sama lo?"

"ya tuhan lo ngomong apa sih daritadi? satu topik aja please kenapa dari bosen langsung mengarah ke naksir-naksiran segala?"

dejun ketawa cekikan. semua orang paham, apapun yang dikatakan dejun susah dianggap serius. orangnya aja kayak gitu, gak jelas demi bintang jatuh bareng meteor garden.

tiba-tiba ada yang masuk menghampiri jia dan dejun. begitu mendongak dejun mengerutkan keningnya karena dia baru pertama kali melihat cewek itu. "cari siapa mbak?"

jia menyikut lengan dejun. "dia temen gue." ujarnya dan meminta jean —yang gak lain dan gak bukan adalah orang yang baru masuk untuk duduk di dekatnya. "sini."

lucu aja rasanya. andai dejun tau, mantan haechan satu-satunya sekarang berakrab ria dengan orang yang dibucinin oleh kuy boy tersebut.

"kenapa? muka lo kok kayak resah gitu?" tanya jia pada jean.

"itu, jaemin—" jean menggantungkan ucapannya karena ragu untuk mengatakan sesuatu di depan dejun yang asing bagi dia. "mmm—"

jia sempat bingung karena jean seperti cewek oon yang terus gagap setelah mengucapkan nama jaemin. first of all, jia ogah dan sebal mendengar nama itu. seluruh ingatannya yang buruk tentang hari kemarin-kemarin terulang. tapi karena sudah profesional, jadi jia sok baik-baik aja di depan mereka semua.

"bicara aja, dejun gak bakalan denger kok. telinganya ketutupan dosa."

"gue colok mata lu ji pake bambu." kata dejun.

"makanya lo diem aja ya?"

"yang mau teriak pake speaker jbl emang siapa? lo liat gue meronta-ronta daritadi?"

"yaudah dieeem."

dejun memutar bola matanya malas dan memutuskan untuk membelakangi kedua cewek itu. akhirnya setelah membujuk jean, jia berhasil meyakinkan kalau dejun gak ada sangkut paut apapun dengan masalah-masalah mereka. dejun cuma mahkluk pendukung disini.

"jia tau gak tentang jeno?"

"jeno? kenapa?"

"dia kritis sekarang. dan yang ada sisa papa mamanya, dinda, sama gue."

dahi jia mengerut. "yang lain? kok—"

"jaemin pergi, ji. gak tau kemana. dia tiba-tiba gak ada kabar dari kemarin, sama kayak mark. pas gue hubungin hyunjin dia tolak semua panggilan gue, semua diabaikan."

"shena?"

"dia bahkan gak ada kabar sejak sebulan terakhir."

jadi maksudnya, manusia-manusia itu malah hilang satu persatu?

"lo beneran gak tau mereka kemana?"

jean menggeleng seraya menggigiti kuku-kukunya.

"lo tau gak penyebabnya?"

"kayaknya mereka dapat masalah besar, tapi gue gak tau detailnya seperti apa. jia, gue takut banget jaemin kenapa-napa. apalagi sekarang saudaranya lagi kritis."

jia berusaha mengusap bahu jean untuk membuat dia tenang. "jangan panik dulu. ya berharap aja yang terbaik, karena lo juga gak bisa apa-apa selain ngesupport jeno."

"itu ji—"

"kenapa?"

"gue mau nyari jaemin. tapi bisa gak lo nemenin gue?"

jia sedikit tersentak. "lo gila kali ya? maaf, gak deh."

"please—" bujuk jean dengan kondisi raut wajahnya yang semakin mengkhawatirkan. "gue takut jaemin dalam bahaya."

"jean, udahlah kalau dia mau kemana atau melakukan hal apa. toh jae juga udah gede, dia emang gak mau diatur. apalagi kalau lo nekat kayak gitu."

jia sedikit gak enakan karena jean seperti orang stress yang terus menggigiti kuku-kukunya sendiri. tapi di sisi lain haechan udah melarang jia untuk pergi tanpa dia, untuk pergi melakukan hal gak penting atau bahkan membahayakan dirinya sendiri. kita gak tau hal apa yang akan terjadi kalau aja jaemin melihat jia berdiri tanpa haechan dan yang lainnya.

"jia—"

"heh." tegur dejun yang kini menyentuh tangan jean. "jia gak boleh kemana-mana." sambungnya sambil menjauhkan tangan jean dari jia. "gue yang gak ngebolehin dia, pokoknya dia gak bisa pergi. titik."

berkat teguran dejun, nyali jean akhirnya menciut dan menunduk.

"lo pacarnya jaendra kan? temennya hyunjin itu?" tanya dejun. "kenapa lo bisa disini?"

"jun, stop." pinta jia.

"pokoknya lo gak boleh pergi ya, jangan. gak bisa. gue udah janji sama haechan. gue kalau udah janji harus ditepatin. urus masalah lo sendiri, jangan bawa-bawa jia."

bagus dejun. lo berhasil bikin jia melongo habis-habisan karena sikap lo yang gak biasa seperti ini.

HELLO KARMA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang