08ーdrama has begin

3.8K 883 202
                                    

[jia side]

"aku siapa—kamu siapa—aku siapa—"

"yangyang gue banting lo ya. udah lo yang ngajak, lo lagi yang belom datang. ngaret lo!"

"sabar ya tukang pukul, sunter lagi macet. lo duluan aja, tungguin gue sama felix di tempatnya dinda."

"weh, gak mungkin gitu!"

"ah elah, duluan aja! gue maksa!"

mau gak mau gue mengiyakan permintaan yangyang karena udah gak mungkin dia terbang kesini. setelah itu gue tutup teleponnya lalu menoleh pada haechan. "ayo cepetan jalan!" ucap gue ke dia yang masih setengah hati memasuki rumah sakit. "kelamaan banget ya tuhan!"

"ngapain sih jengukin dinda? temennya banyak cuy."

"iya banyak tapi kayak setan semua."

"ada mark."

"he's shady. lo sendiri yang bilang dinda udah gak punya temen, eh sekarang lo gak mau jenguk? lo gak punya hati nurani?"

"pantes gue sayang sama lo ji, tsundere gitu kayak mantannya orochimaru."

"ngaco lo, tsunade hah? lo pasti ada alasan lain kan? lo takut ketemu jean? kenapa? karena masalah cium—"

haechan dengan cepat menutup mulut gue dan berkata, "diem jia please diem. koe gak sayang sayang—" balasnya dengan sedikit bernada. mungkin dia masih kepikiran dengan bagaimana adegan tempo hari berakhir cukup canggung apalagi pas kita melalui si bocah freak couple alias jaemin dan jean.

gue melepaskan tangan haechan lalu berdecak kesal. setelah itu haechan mendadak menepuk dahinya dan berkata, "oh no—i don't have my wallet. jia, gue lupa dompet di mobil."

"ya udah cepetan sana ambil, gue duluan ke kamarnya dinda. tuh—" gue menunjukkan kamar dinda yang segera dianggukin haechan. setelah itu kita berpisah, dengan haechan yang menuju ke parkiran, gue menuju ke dalam kamar rawat dinda. disana pintunya terbuka setengah dan terlihat seorang cowok yang membelakangi pintu seperti mengemas sesuatu.

gue berdehem, menyebabkan dia berbalik.

"jeno—" panggil gue.

dia tersenyum tipis, sangat tipis dan sebentar.

"dinda mana?"

dagunya mengendik mengarah ke kamar kecil. gue mengangguk paham dan berusaha untuk terlihat santai. gak lama setelah itu, jeno melihat gue sepenuhnya dan bertanya, "lo siapa?"

lo siapa ... lo siapa katanya ...

"lo gak kenal gue?"

"emang lo siapa? gue tanya, soalnya gue—"

"gue teman sekolah lo, temannya luia. nama gue jia, kita pernah satu ekskul taekwondo."

"ah—" jeno terdiam sebentar, seperti berpikir. "jia ya—sorry gue lupa. luia dimana sekarang? apa kabar?"

"dia baik-baik aja, dia lanjut di singapura."

"oh, gitu. ngomong-ngomong—" ucapannya menggantung, seperti mempertimbangkan sesuatu. "kenapa lo kesini?"

"gue mau jenguk dinda, oh ya ini buah buat dinda."

jeno meraih parcel buah-buahan yang gue bawa dan menyimpannya di samping tas besar, yang sepertinya itu adalah barang-barang milik dinda.

"dinda—udah boleh pulang?"

"iya, udah boleh pulang kata dokter."

"cuma lo doang? maksud gue yang lain—"

HELLO KARMA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang