hampir mati

2.9K 706 101
                                    

gue tau kita ini adalah suatu hal yang gak mungkin. tapi kenapa kita harus selalu bersama?


[jia side]

pukul delapan pagi, gue telah bersiap-siap dan menunggu haechan di depan rumah. iya, waktu gue bangun dia udah buru-buru pulang buat mandi. karena bajunya gak tersisa di rumah gue, jadi dia berinisiatif untuk balik ke rumah dulu. by the way, hari ini luia sama renjun mau balik, itulah kenapa gue dengan hati ceria bersiap-siap untuk menuju ke bandara. seneng pake banget karena dua manusia tukang bikin cemas itu akhirnya muncul bersama.

sementara itu, yangyang gak bisa menyusul karena mamanya mau diantar ke acara arisan. felix tiba-tiba ada kelas pagi, jadi hanya gue berdua dengan haechan.

"kaos adidas, celana jeans— baju lo yang kayak gini mah masih ada di rumah." kata gue saat kita sudah berada di dalam area bandara internasional soekarno-hatta. "kenapa gak sekalian mandi di rumah gue aja?"

"gak enak sama tetangga sayang. nanti ada yang curiga kita ngapa-ngapain gimana?"

gue mendecih.

"bawa sisir gak?" tanya haechan.

"bawa."

"sisirin rambut gue dulu. abis keramas tadi gak sempat sisir soalnya buru-buru."

gue bergerak mengambil sisir dalam tas dan menyisirkan rambut haechan yang sedang terfokus membawa mobil. mana backsound dari radio mobil itu lagunya lyodra - mengapa kita #terlanjurmencinta. masalahnya tuh akhir-akhir ini haechan suka ngawur banget, kayak lagi sinting kalau dengar lagu ambyar.

"kau membuat semuanya indah—" haechan mengalunkan suaranya. "seolah takkan berpisah— oh jia—"

gue menggeplak kepala haechan.

"jia sue."

"lo yang tai."

"nyanyi doang elah sensi banget sis?"

"nyenyenye—" ledek gue pada cowok itu.

"ji."

"apa?"

"jadi nikah sama gue kan?"

gue menyelesaikan sesi sisir-sisiran rambut haechan dan kembali di posisi semula. "tau."

"kok tau? jadi beneran mau nikah kan ya sama gue?"

gue diam.

"pengen aja gitu ji nikah sama lo, anjay—"

gue memperhatikan wajah haechan dari samping. bangsat banget kalau di saat-saat seperti ini gue malah berpikir bagaimana jadinya jika ternyata nantinya haechan gak bersama gue? i mean— hati gue mulai retak dinding pertahanannya. tapi gue masih takut untuk memulai yang namanya jatuh cinta.

gimana kalau ternyata haechan cuma bercanda? bercanda sampai beneran sayang, tapi sayangnya dia cuma bercanda. ngerti kan?

"emang gue di mata lo brengsek banget ya?"

gue menggeleng.

"terus?"

"gak apa-apa."

haechan tersenyum melihat gue dan untuk selanjutnya, kita gak mengobrol lagi. sampai menunggu luia dan renjun, bahkan kedua orang itu muncul di dalam mobil, gue dan haechan gak melanjutkan percakapan kita yang tadi. seenggaknya gue seneng banget melihat wajah luia dan renjun yang berseri-seri juga sangat senang. rasanya gue terharu, sebagai salah satu saksi kisah cinta mereka yang lumayan rumit dan banyak gonjang-ganjing dari manusia setengah satan.

luia pun bawel banget, sampai heboh dan menceritakan bagaimana renjun selalu nemenin dia di singapura biar hyunjin —yang juga kesana kapok menganggu luia. gue heran, satu geng itu malah bikin ribut disana-sini. gabutnya in another level.

"tapi kata felix lo berdua pacaran ya?" tanya luia tanpa berpikir dua kali selagi gue sedang meminum air mineral. spontan gue tersedak, dan haechan segera menepikan mobil untuk menepuk-nepuk punggung gue.

"apa sih heboh amat." ledek renjun dengan nada menusuk.

"ya gaklah obit." balas haechan.

"terus lo berdua dari awal gue di rumah sakit kenapa selalu datang barengan?"

"ya emang salah gitu anjing?"

"gue pukul ya lo malah ngatain gue anjing."

"yaudah lo babi."

"si tai malah ngegas."

"berantem lo di gbk, berantem sana!" seru luia. "apaan sih cuma gara-gara nanya doang malah cekcok?!"

"cowok lu makanya suruh sekolahin mulutnya." tambah haechan.

"belagu ya lo— gak mikir pas sekolah lo nyalin tugas kimia siapa?"

"kimia doang anjir malah diungkit-ungkit, perhitungan lo gak jadi pahala." kata haechan seraya kembali menginjak pedal gas. "gue cabut hati lo—"

"udah dark itu ya chan." tegur gue. "udah gak bagus buat dijadiin konten."

"dasar anak-anak."

gue dan luia menggeleng-gelengkan kepala mendengar haechan serta renjun yang gak kunjung berhenti mencaci-maki satu sama lain. well, meskipun mereka sempat terpisah beberapa waktu, meskipun renjun baru pulih, tapi gak ada yang namanya bicara baik-baik kalau udah bareng sahabat.

disaat kita akhirnya bisa menggibahi hal-hal lain, haechan sesekali melihat ke samping kanan karena ada mobil lain yang sepertinya sengaja sejajaran dengan mobil haechan.

"mobil siapa sih?" tanya gue.

"kayak kenal—"

"mobilnya mark." jawab luia dan renjun secara serempak.

"kok lo tau?"

lalu luia berkata, "dia sering jemput gue pake mobil itu dulu. yang pernah dia ke tempat les gue itu—"

ah, i see.

tiba-tiba mobil nissan kicks berwarna hitam itu mepet dengan mobil kita dan mau gak mau haechan banting stir ke arah kiri. luia mendadak berteriak, "chan! stop sekarang!"

haechan reflek menginjak rem dan seketika itu juga gue tersadar, jika kaca depan memperlihatkan dengan jelas mobil truck super besar yang nyaris ditabrak haechan. gue seperti tersengat listrik, seperti membeku di tempat gue juga.

tuhan, gue benar-benar hampir mati hari ini.

HELLO KARMA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang