10: Ninja atau Shinobi

3.2K 648 46
                                    

Y/n = Your name

***

Hembusan angin terus terasa di setiap kulit ku. Aku mendudukkan diri ku di patung wajah Hokage ke empat yang mana arah patung itu langsung mengarah ke pusat desa. Setiap aktifitas penduduk di luar ruangan dapat ku lihat dari sini walau tidak terlalu jelas. Sesi kedua ujian Chunnin telah selesai dan kami harus menunggu tiga bulan untuk sesi ketiga nya.


Selama tiga bulan itu, aku terus berlatih dan hanya tinggal beberapa hari lagi menuju waktu sesi ketiga tiba.

Selama ini, aku terus berjalan di jalan ku dengan bayang-bayang kakek ku. Tujuan ku menjadi Ninja adalah kakek ku dan sampai sekarang, aku masih bertanya-tanya, apa arti Ninja, Shinobi, dan Kekuatan. Namun, aku hanya bisa terkekeh malu untuk pertanyaan ku itu.

Hampir dua belas tahun aku hidup dan aku baru tau kalau Ninja dan Shinobi itu memiliki makna yang sama. Berarti, aku hanya ada dua pertanyaan. Apa itu Ninja atau Shinobi, dan apa itu Kekuatan. Ya, mungkin terkesan simpel hanya saja, makna dan penjelasan nya saja yang rumit ku pahami.

Sudah satu tahun pula aku menjadi Genin dan satu tim dengan Azumi serta Tenji. Ingatan Hana-sensei juga semakin membaik walau, dia sering kali melupakan di mana dia meletakkan pena bahkan terkadang dia melupakan nama ku. Payah!

Aku menghela nafas, lalu menatap langit sore. Senja, dari senja aku belajar kalau semua yang kita awali di hari itu, bisa berakhir dengan indah.

Bicara tentang hubungan pertemanan, aku mendapatkan banyak teman. Mulai dari Naruto si Payah, Sakura dan Ino yang berisik, Hinata yang pemalu, Sasuke dan Shino yang dingin dan datar, lalu Shikamaru si pemalas, Kiba si aneh, Chouji tukang makan, Tenji yang saat ini semakin tegas semenjak menjadi ketua tim ku, dan, aku juga mendapatkan teman baru, nama nya Rock Lee, Neji dan Tenten. Aku baru mengenal Lee, Neji, dan Tenten sekitar sehabis sesi kedua kemarin, mereka satu tingkat di atas ku angkatannya.

Dan terakhir Azumi, dia ... banyak berubah. Dia sering kali bersikap kasar pada ku, mulai dari perlakuan dan perkataan nya. Aku tidak tau alasannya apa, walau sebenarnya dia berkata kalau dia iri dengan ku. Iri dengan ku ya?

Aku terkekeh, rasa iri dapat merubah seseorang ya.

Aku kembali menghela nafas lalu menunduk, cukup banyak kisah yang ku dapatkan selama ini walau, semakin aku tumbuh besar, maka semakin banyak pula kisah yang ku dapatkan nanti.

"Sampai kapan kau akan duduk di sana?" Pertanyaan seseorang membuat ku sedikit tersentak lalu menoleh cepat ke belakang.

"Shino? Sedang apa kau di sana?" tanya ku lalu dia duduk di sebelah ku.

Dia berdehem dan menatap lurus ke depan. "Di bawah sana aku melihat seseorang tengah duduk sambil melamun dan membuat ku memutuskan untuk menghampiri nya," jawab nya.

Aku terkekeh lalu kembali mendongak dan menatap langit. "Beberapa hari lagi ujian Chunnin sesi ketiga akan di laksanakan. Apa kau sudah siap?" tanya ku.

"Tentu." Shino menjawab dengan cepat.

Aku menoleh ke arahnya lalu menatap nya. "Bagaimana jika kau mendapatkan lawan yang lemah?"

"Selemah apapun musuh ku, aku tidak akan meremehkan nya." Dia menjawab dengan cepat lagi dan membuat ku terkekeh geli. "Kenapa kau tertawa?" tanya nya.

Aku mengangkat bahu tidak peduli lalu kembali menatap ke depan. "Kau benar Shino, meremehkan seseorang bukan lah hal yang bagus."

"Seorang Shinobi tidak boleh bersombong diri atau dia sendiri yang akan mati di tangan kesombongan nya." Ah, dia ini, cukup bijak, sama seperti Naruto si tukang silat lidah.

"Shino, apa kau tau arti dari Shinobi yang sebenarnya?" tanya ku. Untuk ke sekian kalinya, aku masih mempertanyakan hal ini.

"Menurut ku, Shinobi itu adalah orang yang bertekad untuk melindungi desa nya."

Aku mengangguk paham, tapi, itu menurut Shino, bukan menurut ku. Apa yang kakek ku katakan ada betul nya, aku harus menemukan jawabannya sendiri. Karena setiap orang, memiliki pendapat nya masing-masing.

***

Tepat dua hari sebelum sesi ketiga, Hana-sensei, Kakashi-sensesi, Kurenai-sensei, paman Asuma, dan Gay-sensei mentraktir para genin nya sebagai ungkapan penyemangat.

Kami makan di meja terpisah walau terkadang saling sahut menyahut.

"Tidak terasa ya, kalian bertiga akan menjadi Chunnin dan setelah itu aku akan mendapatkan murid baru. Semua nya terasa singkat," ujar Hana-sensei dengan ekspresi sedih nya.

Aku terkekeh lalu menopang wajah ku menggunakan tangan kanan ku dan menatap nya jahil. "Aku tau kau akan sedih jika berpisah dengan ku Hana-sensei," goda ku. Sesekali menggoda guru ku yang pelupa ini tidak ada salahnya.

Tenji sedikit berdecih lalu berdehem dan berkata, "kau terlalu percaya diri (Y/n)! Sudah pasti Hana-sensei sedih karena harus berpisah dengan ku."

Aku mendengkus lalu menatap nya tajam. Dia ini, selalu menyebalkan dan payah. Tenji hanya terkekeh kemudian dia menggaruk rambut nya yang bewarna hitam gelap itu. "Sudahlah, lebih baik lanjut makan dari pada menggoda Hana-sensei!"

Di saat semua bercanda, Azumi hanya berdiam diri seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Apa yang di pikirkan gadis itu? Niat nya aku ingin bertanya, hanya saja, saat ini ada Hana-sensei yang sudah pasti akan curiga dengan hubungan ku dengan Azumi. Selama ini, Hana-sensei belum tau kalau aku dengan Azumi bertengkar.

Aku menghela nafas, ini semua payah!

***

Malam telah tiba dan pagi akan tiba beberapa jam lagi begitu juga dengan Ujian Chunnin sesi ketiga. Aku sangat tidak sabar untuk hari esok! Bertarung sekuat tenaga dan memenangkan pertarungan lalu menjadi Chunnin akan sangat menyenangkan. Terlebih, jika kakek puas dengan hasil yang aku peroleh.

Kemudian aku mendudukkan diri ku di tepi kasur ku dan menatap diri ku yang terpantul dari cermin yang tergantung di dinding kamar ku. Pakaian santai melekat pada ku dan warna merah selalu menjadi ciri khas ku. Aku menyukai warna merah karena merah melambangkan arti keberanian.

Aku tersenyum tipis untuk kali ini dan meraba wajah ku. Terdapat beberapa goresan luka lalu, pandangan ku berhenti tepat di bagian punggung tangan kanan ku yang terdapat goresan sebuah luka lebar yang sudah memudar.

Luka ini, aku ingat bagaimana aku mendapatkan nya. Ini berasal dari serangan Gaara dan saat ini, ia masih menyeramkan layaknya monster. Perlu ku akui, aku cukup kesal dengan sikap nya yang menyerang orang dengan seenaknya waktu itu.

Kemudian aku terkekeh, beberapa belakangan hari ini, terlalu banyak renungan yang aku lakukan. Kemudian aku menghela nafas dan beralih merebahkan tubuh ku di atas kasur ku.

Iris mata ku menatap langit kamar ku dan tersenyum tipis. "Sampai ketemu esok hari."

***

𝐖𝐀𝐓𝐀𝐒𝐇𝐈 𝐍𝐎 𝐌𝐎𝐍𝐎𝐆𝐀𝐓𝐀𝐑𝐈 || Naruto Various ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang