Woaaahhh salut gue guys wkwkwkk yg baca banyak banget yaaa..bahkan jauh lebih dikit dri yang ngevote hahaha ketawa miris gue liatnya. Kalau gini caranya males udah gue rajin2 buat update gak sesuai apa yang gue mau. Setelah cerita ini tamat mohon maaf gue gak bakal buat cerita lagi hehehe rencananya sihh setelah ini mau buat new story lagi..tapiii kayak nya udh pada bosan sama cerita yang gue buat jdi gue lebih baik jadi pembaca TERANG aja dahh dari pda jadi author mwehehe. Dan lagi kayaknya gue bakal percepat nihh cerita, jadi kalau gak sesuai apa yang kalian fikirkan atau inginkan sorry yaaa guyss.
Ok dahh itu aja sih yang mau gue sampein..semogaa kalian bisa merubah fikiran guee hehehe.
"Dokter bagaimana keadaan Maa saya?!." Tanya Kiya terkesan terburu-buru.
"Tenang dulu ya Mbak..keadaan Mama anda sejauh ini baik-baik saja, hanya saja beliau terlalu banyak fikiran jadi keadaanya drop seperti ini..jadi usahakan agar beliau tidak terlalu stress ataupun banyak fikiran ya..karena tidak baik buat keadaannya sekarang." Jelas Dokter parubaya tersebut.
"Alhamdulillah Dok terima kasih..Saya boleh liat Mama saya?."
"Tentu saja silahkan...kalau gitu saya permisi."
"Iya Dok makasih."
Setelah kepergian Dokter tersebut Kiya Dan Rein masuk ke ruangan dimana Sisi dirawat.
Dilihatnya Sisi Sang Mama terbaring lemah dengan jarum infus yang menancap dipunggung tangannya dan selang oksigen bertengger dihidungnya.
"Mama.." Panggil lirih Kiya mengelus kening Sisi.
"Kiya Aku udah ngabari semua anggota keluarga kita dan mereka sedang menuju ke rumah sakit." Ungkap Rein yang berdiri disamping ranjang persakitan Sisi.
Kiya tak merespon ucapan Rein, Dia hanya memperhatikan Sisi dengan tatapan sendu. Tubuhnya bergetar menandakan Dirinya menangis melihat keadaan Mama nya yang Rapuh dan sekaligus mengingat tentang Digo Sang Papa yang pernah Ia abaikan.
Sungguh saat ini Kiya hanya bisa menangis melihat keadaan keluarganya yang hancur hanya karena keegoisan dan harta maupun martabat.
"Kiya janji hiks..Kiya janji Ma akan mengembalikan Papa dan berkumpul lagi dengan kita hikss hikss keluarga kita akan kembali utuh lagi..Mama jangan khawatir ya Kiya Janji hikss hikss." Ucap Kiya pelan nyaris berbisik ditelinga Sisi seraya menggenggam tangan Sisi.
"Kiya..lo harus kuat jangan kayak gini..kalau lo gini siapa yang akan nguatkan Mama lo hemmm..kita harus sama-sama menguatkan Mama lo ya. Kita pasti ketemu sama Om Digo." Tanggap Rein mengelus punggung Kiya yang masih menunduk disebelah Sisi.
"Gue tau Rein..tapi gue bener-bener gak sanggup liat keadaan Mama gue bahkan keluarga gue yang.._" Ucap Kiya yang menghentikan ucapanya karena tercekat akibat tangisnya. Bahkan Dirinya tak sanggup meneruskan ucapannya.
"Sttt lo harus tetap kuat Kiy demi Mama dan Papa lo."
Kiya mengangguk tersenyum tipis."Mama cepat bangun ya..kita cari Papa sama-sama lagi." Ucap Kiya mencium punggung tangan Sisi.
Pintu ruangan Sisi terbuka menampikan Zidan dan Lina dengan wajah khawatir.
"Kiya..bagaimana ini bisa terjadi?." Tanya Lina Sang Nenek mengampiri Sisi dan mengelus kening Sisi dengan sayang.
"Mama terlalu banyak fikiran sehingga keadaannya Drop seperti ini dan Dokter bilang Mama jangan terlalu Stress dan jangan terlalu banyak fikiran." Jelas Kiya tanpa menatap Lina.
Lina hanya diam menatap sendu Sisi anak semata wayang nya yang sangat Ia sayangi.
"Ck..sudah abang bilang kan jangan terlalu mikiri Pria itu..Dia gak perlu dicari-cari segala nanti juga dia balik sendiri kalau udah jadi gembel." Ujar Zidan berdecak santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
🍁RINDU🍁
RomanceNo deskripsi yaaa! Penasaran?? Sok atauh baca.. Dan setelahnya simpan ya di perpus.. Dan jangan lupa vote and comen guys. Follow Ig : @widyamayangsari99