"Ada apa Rein!. " Tanya Sisi cemas yang habis lari tergopoh-gopoh.
"Papa Ma.. Papa. " Balas Rein panik dengan mata yang berkaca-kaca.
Shilla maju mendekati Rein yang memangku kepala Digo. "Kak Digo.. Heii bangun kak.. Ada apa??. " Tanya Shilla menguncang tubuh Digo.
"Bawa Papa ke Rumah Sakit ayo.. Kenapa kalian diam aja.! " Sentak Rein air Mata nya menetes sambil menatap satu-satu anggota keluarganya termasuk Sisi dengan tatapan penuh harap.
"Su-su-dah lah Rein. " Ucap Digo pelan yang sudah membuka mata nya.
"Pa.. Papa udah sadar.. Hiks Papa gak papa kan? Katakan sama Rein apa yang sakit Pa..? " Tanya Rein mengelus Pipi Tirus Sang Papa.
Digo hanya bisa menggeleng pelan karena anggota tubuhnya sangatlah lemas. Terutama Kepalanya sangatlah Pusing.
"Lihat kan.. Dia sudah baik-baik aja.. Kenapa kamu sangat mengkhawatirkannya Rein.. Lebih baik kamu balik ke kamar dan persiapkan apa yang perlu kamu siapkan buat acara Wisuda Besok. " Ucap Zidan membuka Suara yang berdiri bersedekap Dada menyandar di depan Pintu.
"Zidan!!. " Sentak Shilla tak Suka dengan Ucapannya itu.
"Apasihh Tan.. Zidan bener kok yakan Nek. " Balasnya Acuh.
"Iya bener apa yang dikatakan Cucuku Ini.. Lebih baik Rein balik ke kamar dan begitu juga yang lain.. Bikin semua orang heboh aja Si Digo. " Ujar Lina membenarkan Ucapan Zidan.
"Bu--."
" Sudahlahh.. Hentikan semuanya.. Ayo Shill kita balik ke kamar.. Biarkan Kak Digo Istirahat disini lagian udah ada Istrinya Disini. " Balas Gio memotong ucapan Shilla yang ingin memebalas perkataan Ibu Mertua Kakak nya.
"Merepotkan sajaa. " Ucap Lina berlalu yang diikuti Zidan.
"Kak Digo beneran gak papa??. " Tanya Shilla memastikan.
Digo menggeleng tersenyum. "Gak Papa. " Balasnya pelan.
"Yasudah.. Kak Digo Istirahat ya. Shilla balik ke kamar dulu. " Pamit Shilla.
Digo mengangguk senyum.
Shilla dan Gio meninggalkan Sisi, Reina dan Digo dengan keheningan."Pa... Papa ok?. " Tanya Rein dengan suara yang tercekat.
"Papa baik Rein.. Seharusnya kamu gak berlebihan seperti tadi. Itu hanya akan merepotkan semua orang. " Balas Digo lirih masih berbaring terlentang dengan memandang langit-langit kamar.
"Pa--."
"Kembalilah.. Kembali ke kamar kamu ya.. Papa udah merasa baik-baik aja. " Potong cepat Digo menoleh ke arah Rein dengan senyuman tulusnya yang mengandung banyak makna.
Rein mengangguk seraya bangkit dari sisi Digo. "Rein ke kamar dulu. " Pamitnya berlalu keluar kamar tanpa ada balasan dari Digo.
Sekarang hanya tinggal Sisi dan Digo. Sisi masih bergeming di posisinya berdiri dekat nakas.
Terjadi hening beberapa saat.
Sisi masih menatap Digo yang mulai berusaha bangkit dari tidurnya. Digo mengambil benda Pipi nya di nakas dan mengetikkan sesuatu di benda itu.Setelahnya...
"Perusahaan dan harta Dirgantara sudah Resmi mennjadi milik Zidan Putraku.. Putraku yang dulu sangat aku banggakan dan sayangi.. Bahkan hingga kini. " Ucap lirih Digo menatap lurus kedepan tanpa menatap Sisi.
"Besok.. Besok pengecara akan datang ke Rumah ini.. Dia akan mengurus semuanya.. Dan Kamu jangan Khawatir lagi ya.. " Lanjutnya dengan nafas yang tercekat.
"Dirumah ini banyakkk sekali kenangan.. Dari Oma, Opa, Mama dan Papa aku.. Rumah ini pernah dipenuhi canda tawa.. " Ucapnya terkekeh masam.
"Lalu aku membawa seorang Gadis yang sangat aku cintai ke Rumah ini dengan harapan agar melengkapi kekurangan aku dan kehidupan aku yang sempat sepi.. Awalnya berjalan dengan baik.. Dia sangat perhatian padaku bahkan kata-kata Cinta selalu Dia ucapkan untukku.. Tapii seiringnya waktu berjalan semuanya hilang.. Semua nya hilang sekejap mata.. " Lanjutnya menahan air mata nya agar tidak menetes.
Sisi?? Wanita yang tak lagi muda itu sudah meneteskan banyak air mata.
"Tak ada lagi kata-kata Cinta yang di ucapkannya.. Tak ada lagi tatapan lembut dan Hormatnya untukku.. Yang ada hanya kata-kata yang__ aku saja tak sanggup untuk mendengarkannya.. " Menjeda ucapannya karena menahan sesak yang menghimpit Di Dada nya. "Bahkan Aku sudah tak mampu menatap manik mata nya yang Hazel itu.. " Ucapnya dengan menundukkan kepalanya dan tampah bahunya bergetar menandakan bahwa Pria itu menangis.
Sisi berjalan perlahan dengan tangis yang sesenggukan mendekati Digo.
Pergerakan Sisi terhenti kala mendengar Ucapan Digo lagi.
"Tapi semua itu dapat aku lewati dengan kesabaran.. Itu memang sakittt sangatt sakitt aku rasakan.. Namunn saat aku mengetahui bahwa Anak-anak Aku yang sangat aku sayang dan banggakan dalam hidupku perlahan menjauh dari ku.. Dan bahkan rasa Hormat mereka tidak ada untuk Aku Ayahnya.. Ayah yang membesarkan mereka dengan penuh kasih sayang.. Dengan tangan Ini.. Tangan inilah aku membesarkan mereka, " Ucap Digo manatap kedua tangannya dengan linangan air mata.
"Mas_."
"Saat mengetahui itu lebih sakit rasanya dari apa yang dilakukan pada Istriku, disini.. Disini Rasanya sakitttt bangettt. " Memukul-mukul dadanya. "Sakittt Si sakitt Saat seorang anak mengatakan Bahwa Dia menyesal memiliki Papa seperti aku.. Hikss hikss. " Ungkap Digo dengan tangis nya yang sudah tak bisa Ia tahan lagi.
Menunduk menangis dengan bahu yang bergetar. Suara tangis Sisi dan Digo saling bersaut dikamar itu.
Akhirnya.. Akhirnya Digo mengeluarkan apa yang Ia tahan selama ini. Dia tidak perduli dikatakan Pria cengeng atau apa.. Tapi ketahuilah apa yang Ia rasakan sudah tidak dapat lagi Dia tanggung.
"Ibumu.. ibu mu selalu memojokkan Aku, merendahkan, meremehkan.. Hanya itu yang Ibu mu lakukan. Dan bahkan Kamu pun terkadang mengikuti jejak Ibumu.. Apa yang aku lakukan selama ini untuk keluarga kecilku tidak berarti apa-apa buat kalian?? Apa yang aku lakukan semuanya hanya Sia-sia?? Aku udah gak sanggup lagi Si.. Sungguh aku gak sanggup, tolong jangan lakukan apapun lagi.. Jangan lakukan yang akan membuatku semakin hancur. " Ucap Digo disela sela tangisnya.
"Aku udah capek.. Aku udah gak sanggup Si.. Aku capek. " Ucapnya lagi dengan lirih seraya berbaring memunggungi Sisi yang sudah terduduk dilantai dengan Isakannya.
"Ma-ma afin hikss a-hikskuhh Mass.. Hikss.. " Balas Sisi tergugu memandangi punggung Digo dengan deraian air mata.
"Aku Rindu dengan kehidupanku yang dulu.. Aku Rindu dengan Istriku yang dulu.. Aku Rindu. " Ucap Digo parau masih pada posisinya yang memunggungi Sisi.
"Hikss hikss.. A_kuhh hikss buta se_hiks lama ini hikss.. Akuhhikss terlalu takutt hikss.. Ma_af hikss. " Balasnya dengan sesenggukan.
Digo diam.
"Mas.. Percayalah hikss hiks a-akuhiksss masihh mencintai Kamuhhikksss.. Ku mohonnn maafin Aku hiksss. " Bangkit mendekati Digo dan duduk didekat kaki Digo dengan bersimpuh.
"Tolong hikss hikss Bimbing hikss akuhhikks buat merubah semuanyaa hikss.. Maafinn aku. Hikss maafin aku.. " Ucapnya memeluk kaki Digo.
Tak ada jawaban dari Digo. Hingga cukup lama tidak ada pergerakan dari Digo, Sisi masih tetap memeluk Kaki Digo. Bahkan tanpa sadar Sisi tertidur dengan keadaan air mata yang masih menetes dan suara nya yang masih sesenggukan.
Huhhhhh gilaaa gue yang ngetik gue yang mewekk😭😭. Gue sambil ngebayangi wkwkwk. Tapi gue gak tau kalau kalian baca nya ngefeel atau enggk hehehehe.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
🍁RINDU🍁
RomanceNo deskripsi yaaa! Penasaran?? Sok atauh baca.. Dan setelahnya simpan ya di perpus.. Dan jangan lupa vote and comen guys. Follow Ig : @widyamayangsari99