R~|22|🍁

762 78 32
                                    





"Makasih buat Semuanya..makasih buat segalanya Sayang." Bisik Sisi menahan tangisnya memandang Digo yang terlelap setelah diberi Obat olehnya.

Sisi membekap mulutnya dengan kedua tangannya agar tangisnya tidak terdengar oleh Digo. Dirinya menangis dalam diam mengingat beberapa saat waktu lalu saat dirinya keluar kamar untuk mengambil air putih untuk Digo. Dan setelah Ia selesai dirinya kembali ke kekamar nya lalu tanpa sengaja Ia mendengar Digo menelfon seseorang.

"Makasih atas kerja samanya Pak..karena usaha yang Bapak lakukan untuk Putra Saya." Ucap Digo diseberang telfon.

Sisi mendengar ucapan Digo di ambang Pintu mengernyit heran karena Digo membawa Zidan dalam percakapannya.

"Iya malam ini Putra saya sedang menjalani Operasi mata nya..semoga donor mata nya berhasil ya Pak agar Putra Saya bisa kembali melihat lagi seperti dulu," jedanya memejamkan matanya sekilas mengingat perlakuan Putranya yang dewasa dan mengingat Putra kecil nya yang polos bersamaan. "Saya akan melakukan apapun untuk keluarga kecil Saya termasuk mencarikan pendonor mata untuk Putra Saya." Lanjutnya tersenyum menghapus air matanya yang ternyata sudah menetes.

Sisi yang mendengar itu semua membekap mulutnya dan tanpa aba-aba air matanya lolos begitu saja dengan isakan pilunya. Sisi perlahan mundur dan menutup kembali pintunya yang sudah terbuka sedikit. Diletakkannya gelas yang berisi air puti di meja dengan tangan gemetar dan perlahan dirinya meluruh kelantai memeluk kedua kakinya dengan bahu yang bergetar karena tangisnya.

"Hiksss kenapa??hikss -ahhh hiks kenapa kamu lakui ini?? Ya Allah hikss..hikss sudah jangan lakui apapun hikss jangan..lakui apapun untuk keluarga Kamu yang gak tau diri ini hikss hiks." Gumamnya serak diiringi isak tangisnya.

Sisi mendongakkan kepalanya keatas dengan wajah yang basah dengan air matanya."Ya Allah hikss jangan Siksa Suamiku lagi setelah ini hikss aku mohon hikss hikss Dia terlalu baik untuk menerima Siksaan ini Ya Allah hikss Hamba rela sebagai penggantinya menahan sakitnya hiksss." Dirinya menangis dengan Pilu.

Dengan badan yang sudah lemas karena terlalu banyak menangis dirinya bersandar di dinding dekat pintu kamarnya dengan kepala yang sedikit menunduk dan pandangannya kosong diiringi air mata yang masih terus mengalir.

Hingga dirinya merasa ada seseorang yang memegang bahunya dengan bisikan yang semakin membuatnya menangis.

"Sayang...semuanya akan baik-baik saja." Bisik Digo membawa tubuh Sisi menghadap dirinya.

Sisi mendongak menatap Digo dalam dengan tatapan sendunya, kembali air matanya menetes."hikss hikss Mas hikss." Tangisnya seraya menggelengkan kepalanya.

"Husstt sudah jangan seperti ini hemm..Aku masih disini bersama Kamu." Bisiknya memejamkan matanya dan memeluk tubuh mungil istrinya dengan erat. Tak kala erat pula Sisi membalasnya lengkap dengan suara isak tangisnya yang semakin jadi.

"Sudah..ayo kita masuk hemm kepala ku juga sudah sedikit pusing karena sedikit telat minum obat." Katanya melepaskan pelukannya pada Sisi.

"Ma-maafkan aku.." Balasnya lirih mengelus rahang Digo.

"Tidak apa-apa..ayo." Ujarnya membantu Sisi bengkit dan tak lupa membawa segelas air minum di meja.

Digo mendudukan Sisi di pinggir Ranjang.

Sisi tersenyum kecil dan menghapus air matanya secara perlahan." Kamu duduk disitu bersandar ya..aku ambilkan obat kamu dulu." Ujar Sisi dengan suara yang parau memebantu Digo.

Digo tersenyum."terima kasih." Ucapnya tulus menggengam tangan Sisi. Sisi memebalas senyuman tulus Digo sebagai balasan ucapan Digo, dengan segera dirinya mengambil Obat Digo dan memberikan Obatnya pada Digo.

"Kamu Istirahat ya supaya kepala kamu enggak pusing lagi..maafin aku udah nambah fikiran kamu." Ucap Sisi menundukan kepalanya.

"Jangan bicara seperti itu aku gakpapa..sudah ya Aku Istirahat dulu." Balasnya membaringkan tubuhnya dengan bantuan Sisi menarik selimutnya untuk Digo.

Sisi mengecup kening Digo lalu berbisik." Aku mencintai Kamu." Setetes air mata jatuh kembali.

Sisi masih setia dengan tangisnya."setelah ini Aku janji hanya ada kebahagiaan saja dihidup Kamu..Aku janji Sayang." Ucapnya serak mengelus kening Digo.

Ponsel Sisi berdering dengan panggilan dari Ibu nya Lina. Sisi bangkit dari duduk nya mengambil ponselnya dan segera menggeser tanda hijau di hp nya.

Via telefon.

"Ada apa Bu." Tanyanya langsung menyusutkan hidungnya yang membuat suaranya bindeng.

"Sisi..hari ini Zidan operasi Nak..apa kamu tidak ingin menemaninya?? Ibu mohon lupakan sejenak masalah yang ada untuk saat ini-,

"Ibu bilang melupakan??melupakan masalah yang terjadi dikeluarga Aku??bagaimana bisa Ibu mengucapkannya dengan gampang sedangkan keluargaku sekarang sudah berantakan! Bagaimana Ibu bisa menganggap remeh masalah yang terjadi dikeluarga aku!masalah yang hampir membuat aku kehilangan Suami aku!." Ucapnya memotong perkataan Lina dengan suara yang sedikit keras. Perlahan dirinya menjauh dari Digo berjalan ke arah balkon kamarnya.

"Si-,

"Sekarang Aku minta sangat mohon pada Ibu..aku mohon jangan semakin membuat hidup anakmu ini makin hancur semakin menyedihkan Bu hikss Ako mohon hikss." Ucapnya dengan suara gemetar.

"Sisi Nak maafin Ibu." Balas Lina yang sepertinya ikut menangis mendengar ucapan Putri nya yang sangat Dia Sayangi.

"Maaf Bu Sisi sudah memebantak Ibu tadi..tapi Sisi capek sekarang Izinkan Sisi Istirahat ya..Assalamu'alaikum." Ucapnya memutuskan panggilannya sepihak.

Sisi menghembuskan nafasnya kasar dan menghapus air matanya dengan kasar lalu membalikkan tubuhnya. Mata Sisi membulat melihat Digo sudah berdiri dihadapannya.

"Ma-mas..Kamu kenapa bangun?? Aku ganggu Kamu ya??." Ujarnya melangkah mendekati Digo.

"Tidak seharusnya kamu berbicata kasar seperti itu sama Ibu Kamu sendiri." Ucapnya menghiraukan pertanyaan Sisi.

Sisi memalingkan wajahnya kearah Lain. "Gara-gara Ibu semuanya jadi begini." Ujarnya.

"Disini bukan Salah Ibu saja..tapi kamu juga ikut andil apa yang terjadi sekarang. Bukannya kamu juga ikut menanamkan rasa benci dan menghilangkan rasa hormat anak-anak padaku?? Bahkan Kamu pun juga membenci diriku tanpa sebab aku tau apa salah aku." Ujarnya masih terus menatap Sisi.

Sisi menoleh menatap Digo ketika mendengar ucapan Digo yang berhasil membuat hatinnya kembali merasakan sakit.

Matanya dan Digo saling beradu memandang. Tak lama kemudian mata hazelnya meredup dengan pandangan rasa bersalah. Kepalanya menunduk tak berani menatap wajah Itu dan mata yang meneduhkan.

"Maaf aku mengatakan itu semua..karena aku mau kamu jangan hanya menyalahkan satu Sisi. Sebaiknya kita lupakan saja masalah yang Lalu dengan mengikhaskan yang sudah terjadi..aku tidak mau Kamu hidup dalam rasa bersalah dan berujung menyalahkan pihak yang lain padahal tanpa sadar diri kamu juga ikut andil." Ujarnya kembali maju selangkah mendekati Sisi dengan kepala menunduk.

"Besok kita ke Rumah sakit Ya...kita mulai semuanya dari awal dengan lembaran baru." Ujarnya membawa Sisi kedalam pelukannya.

Sisi mengangguk dengan air matanya yang sudah kembali menetes. Dibalas dekapan Digo dengan erat memejamkan matanya menikmati dan menghirup aroma khas pada tubuh Digo yang sudah lama tak Ia rasakan.

"Aku juga mencintaimu." Ungkap Digo mengecup kening Sisi.

Sisi tersenyum haru mendengar ungkapan Digo yang Ia tau ungkapan Digo barusan membalas ungkapan Cinta nya tadi. Semakin mengeratkan pelukannya pada Digo.



















Tbc.

🍁RINDU🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang