Rasa ini telah hadir mewarnai hari serta duniaku. Ku harap warnailah hariku seperti pelangi namun tidaklah sementara.
Umbrella
.
.
.
.
.
.Esok paginya Amai mulai membereskan mukenanya yang telah di pakai untuk sholat subuh. Dia kinu telah terpana melihat penampilan Zavier yang sedang asik di alam mimpinya. Hidung mancung lengkap dengan alis yang tebal serta wajah yang meneduhkan. Amai terlalu asik melihati wajah suaminya itu. Sampai-sampai Zavier terbangun, hal itu membuat Amai terkejut dan salah tingkah.
"Hai Mai. "
"Ha-Hai juga. "
Amai pun segera pergi meninggalkan suaminya itu menuju ke dapur. Amai pun mulai memasak menu untuk sarapan pagi. Kali ini dia memasak gurame asam manis sesuai resep di internet. Meskipun masih amatir setidaknya Amai akan berusaha. Zavier kini telah usai mandi kini mulai keluar menuju meja makan. Zavier kini turun dengan rambut yang basah serta kaos hitam dan levis hitam.
Amai sempat terbius. Sungguh kali ini dimatanya seolah Zavier adalah miliknya tidak ada yang lain.
"Hai Mai, masak apa? "
"Em-anu ikan hiu, eh-" Amai sontak menutup mulutnya dengan tangan, kali ini salah tingkah tingkat dewa. Sementara tara Zavier malah tertawa.
"Ikan hiu? Ikan pausnya ada engga? Hahaha. "
"Ye cari aja di laut. "
Zavier masih tertawa dengan kelucuan Amai. Sementara raut wajah Amai semerah tomat. Bayangkan!
Kini semua hidangan makanan telah siap di santap di atas meja. Amai perlahan mulai mengambilkannya untuk Zavier. Zavier pun menerimanya dengan senyuman. Pagi buta seperti ini sudah di suguhi yang manis? Amai bisa diabetes.
Ruang makan itu hanya berisi suara dentuman sendok. Namun tiba-tiba...
Uhukkk.. Uhuk...
Zavier pun terkejut. Sehingga dia berhenti bersarapan dan menolong Amai. Dengan cara memberikan tepukan pelan di punggung Amai. Namun cara tersebut tidak berhasil sehingga Zavier mulai melingkarkan tangannya di daerah perut Amai seperti halnya memeluk dari belakang. Lalu Zavier mulai mempererat pelukannya itu, berharap duri gurame Amai bisa keluar. Cara itu berhasil, sayangnya malah Amai memuntahkan semua isi perutnya. Amai sendiri merasa jiji, namun Zavier justru memperlakukannya seperti bayi dan begitu merawatnya.
Posisi Zavier masih dalam memeluk Amai dari belakang. Tiba-tiba Zavier berbisik kepada Amai.
"Udah enakan? "
Amai hanya mengangguk lemah. Dengan lancangnya Zavier memboyong badan Amai ke sofa panjang depan televisi. Zavier pun mulai menggosokan minyak angin di punggung Amai.
"Biar Mai sendiri saja,"
"Nggapapa kamu masih pucat Mai,"
"Tapi,,? "
Zavier kini mulai menggosokan minyak angin di punggung Amai. Bulu kuduk Amai terasa berdiri semua serta buih-buih cinta timbul.
Setelah itu Zavier pun menyuapi Amai obat supaya lebih enakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UMBRELLA☔
Teen FictionAllahuma shoyyiban na'fian Tentang gemerciknya hujan di sore hari. Dengan butiran air turun dari langit yang menyapa begitu lembutnya, yang tak lupa dengan air yang terjun ke atas payung lalu jatuh ke bumi. Dengan angin sepoi-sepoi menerpa halus pay...