☔ Jatuh hati☔

29 9 4
                                    

Setiap tetes air hujan pembawa kesejukan sekaligus ketenangan jikala kau bersamaku sekalipun
.
.
.
.
.

Umbrella

Amai masih tidak percaya dengan apa yang di katakan Zavier ketika suaminya sendiri memujinya. Dia kini telah berada di kamarnya dengan suasana gugup dan senang. Meskipun usia mereka terpaut jauh, namun Amai rasa di dalam perutnya itu seperti ada kupu-kupu yang terbang. Langkah kaki terdengar menuju ke kamar. Amai sudah yakin kalau itu adalah langkah kaki Zavier. Karena di rumah hanyalah mereka berdua yang tinggal.

" Mai apa kah kamu sudah cuci tangan dan kaki? " tanya Zavier.

" E-em anuan ituan eh udah. " jawab Amai gugup.

" Haha kamu ini ituan anuan udah lah tidur sudah malam. " ajak Zavier.

" B-bareng gitu? " tanya Amai lugu.

" Iyala kamu mau tidur dimana lagi? Kamar yang satu belum di bersihin dan katanya ada penunggunya loh, " ledek Zavier.

" Lah Ka Zavier jangan kaya gitu..."

" Ya sudah kalau ngga percaya, kalau tengah malam itu ada suara bising kan? "

" Ka ih, malam kemarin itu kan tikus. Ngga ada hantu intinya titik. "

" Kalau ngga percaya ya sudah, tunggu lima belas menit saja pasti akan mulai itu si penunggunya. " Zavier pun langsung berbaring memunggungi Amai.

Amai yang masih berjaga di gelapnya malam. Dia tidak bisa tertidur atau lebih tepatnya insomnia. Dia terlalu memikirkan perkataan Zavier. Dan benar suara aneh mulai bisa terdengar. Sebenarnya tidak ada hantu, rumah itu saja banyak tikusnya.

Grekk.. Grekkk... Grek..

" Ka... Ka Zavier udah tidur? "

" Hmm.. Tidurlah Mai, besok kamu harus sekolah. " jawab Zavier dengan suara beratnya.

" H-had-ap sini tid-urnya lah ka.. Amai takut... "

Zavier pun memposisikan tidurnya menghadap Amai. Amai bisa lega, namun rasa takutnya tidak bisa hilang dengan sempurna.

" Ka,, itu beneran hantu apa tikus? "

" Ka... "

Nothing tidak ada jawaban. Zavier tertidur pulas. Mungkin Zavier rasa dia lelah karena seharian bekerja. Suara itu bahkan semakin kuat dan keras. Nyali Amai semakin menciut, terpaksa dia harus bersembunyi ke dalam pelukan Zavier. Zavier yang semula terlelap dia mulai membuka matanya perlahan, karena dia meradakan nafas Amai di daerah lehernya. Badan Amai berkeringat dingin. Zavier sebenarnya tidak tega. Namun sebagai lelaki yang normal pada umumnya dia tidak mau melewatkan moment ini. Zavier pun semakin mempererat pelukannya.

Amai perlahan mulai terlelap. Hal ini membuat Amai lemah sekaligus membawa pengaruh yang sakral baginya yang pastinya dia akan ketergantungan terhadap Zavier. Bukan hanya parfumnya saja, namun perilaku Zavier yang mampu membuat Amai bisa nyaman.

☔☔☔

Esok paginya Zavier membangunkan Amai untuk melakukan kewajiban umat islam. Setelah itu mereka pun bersiap-siap untuk berangkat kerja dan sekolah.

UMBRELLA☔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang