Bagian Dua

1.5K 212 14
                                    

Kambe Daisuke tidak tahu bahwa dirinya akan tertarik pada seseorang setelah lama merasakan kesendirian, kemenangan, hingga kemewahan yang menyelimutinya. Daisuke penasaran, sangat penasaran, dengan kakak kelasnya yang bernama Katou Haru. Layaknya siswa SMA biasa, Haru berbincang dengan teman-temannya, walau kadang dan seringnya dia menjadi orang yang harus mengalah hingga direndahkan. Haru tidak begitu peduli akan hal itu, dia menerimanya, dan dia senang ketika banyak orang maupun teman-temannya mengandalkannya dan berbicara dengannya walau tidak selama dan sesering pada orang yang tidak dikenalnya.

Dirinya makan yang terkadang tidak orang biasa makan ataupun orang kaya makan. Terkadang dia hanya makan mi instan yang ternyata enak, setelah Daisuke makan makanan itu dengannya. Itu pun setelah melihat Haru kembali babak belur dan menawarkan setidaknya tenaga dengan memakan sesuatu. Haru pun memilih makanan yang murah dan mudah dijangkau walau Daisuke sudah menawarkan makan di rumahnya yang mewah dan luar biasa full course.

"Aku harus jawab apa kalau datang kesana dalam keadaan begini? Tidak, terima kasih." Daisuke pun menyerah pada pilihan Haru.

Haru tertawa disaat Daisuke menunjukkan ekspresi kagum pada mi instan yang baru pertama kali dicobanya, dan seolah hendak menunjukkan makanan lainnya yang mungkin saja belum dicoba oleh sang tuan muda.

Suatu hari, Daisuke yang seolah menjadi pengganti bahan olokan dan siksaan pun, diapit oleh lima orang siswa yang bertubuh besar darinya. Lebih besar dari Haru yang cukup besar darinya, untuk lebih jelasnya. Sudah pasti karena Daisuke itu langsing dan bertubuh proposional, berbeda dengan Haru yang besar dan lebar, dan mungkin saja tubuh langsing dan kecilnya itu hasil jarang makan dibandingkan sering olahraga.

"Berapa yang kalian mau?" Daisuke berucap, seperti biasa, menawarkan uang agar dia bisa menyelesaikan masalahnya dengan mudah.

"Hei, aku tau kau bisa membayar kita dengan uang, tapi kan," Daisuke melihat yang bicara padanya menoleh pada teman-temannya, dan tersenyum sekaligus tertawa. "Lebih asyik lagi klo kita jadikan kau sandera dan meminta semua yang kau punya, bukan?"

Daisuke tau dia bisa menyerahkan apapun yang dia punya pada mereka, hanya saja, Daisuke merasa mereka ini tidak ada nilainya dengan uang yang harus dia keluarkan. Walau Daisuke tau menyerahkan uang pada mereka lebih mudah, sayangnya, tidak dengan cara yang hanya akan memperburuk situasinya kini.

"Sudah kubilang, kalian butuh berapa-"

Kata-katanya terhenti saat kerah baju seragamnya ditarik dan tangan terkepal dengan ukuran lebih besar mengarah ke arahnya. Lelaki yang mencengkram erat kerahnya itu menyeringai lebar.

"Setelah kita bermain-main dulu denganmu ya."

Daisuke spontan menutup matanya dan menahan diri untuk serangan telak itu, hanya saja, dia tidak merasakan apapun. Matanya membelalak lebar ketika melihat seseorang di hadapannya yang menggantikannya menerima serangan telak itu. Daisuke tersentak dan menabrak tembok di belakangnya disaat orang yang menerima jotos untuknya limbung hampir terjatuh.

"Jangan hanya karena dia bicara denganku, kalian berhenti main denganku dong." Daisuke melihat orang yang tadi hendak memukulnya tersenyum.

"Heh. Dia bisa menghasilkan uang lebih banyak darimu. Si kaya dan tuan muda Daisuke."

Daisuke hanya bisa mengeryit kesal saat namanya dipanggil oleh lelaki yang hendak memukulnya itu dengan mudah. Anehnya, Daisuke sangat tidak ingin orang lain memanggilnya seperti itu. Apalagi oleh orang yang membuat masalah dengannya.

"Katou-"

"Kenapa sih harus kau yang ikut campur?" Daisuke membelalakan matanya disaat melihat wajah Haru kini.

Pukulan lelaki itu berhasil membuat sebagian wajah Haru diselimuti oleh darah. Sudah pasti bila Daisuke yang kena, dia akan pingsan seketika. Tapi tidak dengan Haru, yang seolah sudah biasa dengan perlakuan itu, dan sudah terbiasa dengan menerima luka seperti itu.

"Pergilah, Kambe." Daisuke melihat Haru menyiapkan kuda-kudanya. "Aku tau kau kaya dan bisa mengeluarkan uang untuk mereka, tapi kau sendiri sadar mereka tidak bernilai untuk uang yang kau punya bukan?" Haru menyeringai dan itu membuat lima orang yang mengelilingi mereka memasang ekspresi kesal.

"Hah?"

"Apa katamu, Katou? Kau lupa siapa yang ada di atasmu huh?"

Haru tersenyum semakin lebar. "Aku gak bersikap sok pahlawan, Kambe." Daisuke menoleh pada Haru yang masih menyeringai dan menahan rasa sakit dari pukulan di kepalanya itu. "Aku akan menolong siapapun yang kulihat dalam bahaya, walaupun dia adalah orang kaya dan tuan muda sepertimu, yang bisa menyelesaikan semuanya dengan uang."

Haru pun mulai memukul salah satu dari mereka dan berhasil menjatuhkannya. Namun sayang, serangan berikutnya menjatuhkan Haru. Daisuke yang harusnya pergi dari sana dan menyerahkan masalah ini pada Haru, tidak bisa melangkahkan kakinya sama sekali. Dia tau uang bisa menyelesaikannya, dan lagi, keluarga Kanbe memiliki banyak koneksi dengan banyak kalangan.

Tapi, untuk kali ini, mungkin untuk Katou Haru, Daisuke sedikit menerima bahwa tidak semua bisa diselesaikan dengan uang. Dengan cara yang dia mau dan yang bisa dia lakukan. Haru menoleh pada Daisuke yang tersenyum dan mulai membuka sebagian kancing seragamnya.

"Kalau begitu tunjukkan padaku, Katou Haru."

Kakak kelas itu mengeryit, sembari mengelap darah yang mulai mengalir dari sisi bibirnya. "Apa saja yang kau pikir tidak bisa diselesaikan dengan uang."

Haru yang melihat Daisuke seolah yakin dengan kemampuan bela dirinya dan siap melawan mereka bersamanya, bangkit. Senyuman pun terlukiskan di wajahnya tanpa ragu.

"Ah. Dengan senang hati, Kambe Daisuke."

Dengan kedua punggung saling beradu, Haru merasakan kepercayaan lain muncul dari tuan muda Kanbe Daisuke terhadapnya.

"dan sudah kubilang, bersikaplah sopan pada seniormu."

Daisuke memejamkan matanya dan senyuman sombongnya itu muncul. "Lebih baik kita selesaikan ini dengan segera, Katou-senpai."

Setelah tersenyum gigi, keduanya menyelesaikan masalah dengan berakhir babak belur. Haru yang membuang ludah dan Daisuke yang merapihkan kembali seragamnya, membuat Haru bertanya.

"Apa yang akan keluargamu katakan kalau tau kau jadi begini?"

Daisuke menaikkan poninya ke atas. "Jatuh tergelincir bukan alasan yang buruk bukan?"

Haru menahan tawa. "Kau, yang seorang tuan muda, bisa jatuh tergelincir?"

Haru tertawa, dan Daisuke tau itu alasannya bodoh, tapi dia tak peduli. Dia bisa mengatakan yang sejujurnya, ataupun keluarganya sendiri tau apa yang sebenarnya terjadi, Daisuke takkan mengatakannya.

Pertama kalinya, Daisuke tidak menggunakan uang untuk menyelesaikan sebuah masalah. Rona merah yang tadinya menyelimuti wajah tampan Daisuke pun perlahan menghilang.

"Sampai kapan kau akan tertawa, senpai? Kuberi hadiah setelah menyelamatkanku. Walau kau tau kau tak perlu melakukannya sama sekali."

Haru pun menyeka air mata bahagianya itu. "Serius? Aku gak percaya seorang Kanbe Daisuke bisa berterima kasih."

Daisuke mendesah panjang. "Kau mau atau tidak, Katou?"

"Iya, iya, Kambe."

Keduanya beranjak menuju sebuah restoran keluarga yang menyediakan banyak makanan, setelah rekomendasi dari Haru bila ingin makan enak dan murah meriah. Haru pun kembali melihat sisi lain dari Daisuke yang cool dan cukup pendiam, sekaligus sombong perihal uang dan kemewahan. Yaitu rasa terkejut dan kagumnya lelaki itu dengan makanan orang-orang yang biasa.

Cahaya Baru Daisuke - Fugou KeijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang