Bagian Tiga

1.2K 178 8
                                    

Kambe Daisuke membawa Katou Haru ke kediamannya yang mewah dan super elegan untuk bertemu dengan keluarganya. Haru sudah menolak karena tidak enak dengan Daisuke, walau dirinya sudah cukup lama kenal dengan kakak kelas itu, tetap saja, Haru bukan orang yang bersikap seenaknya dengan adik kelasnya yang kaya raya dan sombong itu. Haru sendiri tahu bahwa Daisuke tipe anak yang baik dan berusaha menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru. Daisuke tetap saja memaksanya untuk datang ke rumahnya, memperkenalkannya sebagai seorang teman.

"Kau yakin tidak masalah, Kambe?" Daisuke mendesah.

"Bisakah kau diam sebentar, senpai? Aku yang mengajakmu, jadi tidak usah banyak protes."

Haru mengeryit, tapi mulutnya terbuka lagi. "Tapi Kambe-"

"Selamat datang, tuan muda Daisuke."

Haru hanya bisa membelalak saat mendengar panggilan keluarga Daisuke pada anak lelaki itu.

"Ah. Aku pulang."

Adik kelas Haru itu menggerakkan tangannya sebelum mengizinkan mereka masuk ke dalam rumah megah itu. "Ini kakak kelasku, Katou Haru."

Haru pun membungkuk untuk memberikan salam pada keluarga Daisuke yang menyambut mereka. "Katou Haru, mohon bantuannya."

Mereka tersenyum disaat Haru memperkenalkan diri dengan baik dan sopan pada mereka.

"Terima kasih, sudah berteman dengan tuan muda Daisuke, dan juga maaf bila dia banyak merepotkan anda."

"Ti-tidak, justru saya banyak ditolong olehnya." Haru yang agak malu karena pujian yang jujur dan lurus itu merona.

"Silahkan masuk. Akan kami siapkan makan malam untuk anda berdua." Daisuke melangkah lebih dulu dimana Haru mengikuti di belakangnya.

"Maaf merepotkan."

Mereka hanya tersenyum membalas kesopanan yang ditunjukkan Haru. Ruangan yang terlihat untuk tamu itu sungguh luas dan rapih, sekaligus elegan. Haru hanya bisa merasa gugup berada di ruangan yang tidak biasa dirinya tempati. Daisuke yang duduk di seberangnya menaikkan alisnya.

"Kau baik-baik saja, senpai?"

"Eh? Ah..." Haru menoleh kesana kemari, memandang ruangan luas, rapih dan elegan itu dengan mata polosnya. "Aku hanya tidak terbiasa." Daisuke mendesah namun tidak berkomentar apapun.

Tak lama kemudian, seorang pelayan masuk dengan makan malam yang dibawa dengan kereta dorongan. Haru hanya bisa terkejut lagi, ketika makanan yang dibawakan merupakan masakan Jepang namun terlihat mewah di tangan mereka. Haru hanya bisa semakin merasa canggung sekaligus bingung akan perlakuan khusus dan istimewa padanya ini.

"Te-terima kasih."

Sang pelayan hanya tersenyum. "Selamat menikmati."

Setelah di ruangan itu hanya ada mereka berdua, Haru pun bersuara. "Kau yakin membawaku kemari dengan semua ini, Kambe?!"

Daisuke yang memejamkan mata dan bersiap menyantap makan malam itu pun berhenti. "Senpai, sampai kapan kau akan berkomentar seperti itu? Kau tidak bersyukur?"

Haru menahan diri untuk tidak memukul anak itu langsung di dalam rumahnya sendiri. Haru yang menggertakkan gigi pun mendesah panjang.

"Iya, iya, tuan muda Daisuke."

Haru pun mengikuti gerakan Daisuke. Sang tuan muda pun hanya tersenyum.

"Selamat makan."

Selain makan malam dengan tuan muda Kambe Daisuke, Haru berbincang dengan nenek tuan muda itu, dan juga membicarakan perihal masa depan. Daisuke yang bisa menjadi apapun berkat koneksi keluarganya itu, kini sedang tidak memikirkan apapun perihal masa depan, berbeda dengan Haru yang sudah memiliki tujuan ke depannya.

"Polisi ya, cita-cita yang sangat mulia."

Daisuke hanya melirik tajam Haru yang tersenyum dengan rona merah.

Kepolosan dan kejujurannya sungguh terlihat jelas di wajahnya. Walaupun sudah lama menjadi teman, mungkin rekan lebih tepatnya, Haru merupakan orang yang berpegang teguh pada keadilan dan melakukan hal yang dianggapnya benar. Memang tidak semua calon polisi sepertinya, tapi tetap saja, mereka akan mencari orang yang seperti Katou Haru.

Daisuke tidak akan bosan melihat tingkah Haru, yang anehnya berhasil menarik perhatiannya. 

----------------------------------------------------------

Haru mendongak saat Daisuke berdiri tak jauh darinya. "Yo, Kambe." Daisuke tanpa sadar menyeringai, saat Haru menyapanya.

"Kali ini apa masalahnya, Katou?"

Haru hanya terkekeh pelan sebelum mendongakkan kepalanya. "Aku sudah biasa dengan yang seperti ini." Haru melirik Daisuke yang tidak lagi tersenyum.

"Menegakkan keadilan."

Daisuke memejamkan mata setelah mendengar jawabannya. Daisuke pun duduk di sampingnya.

"Kau bisa mati lama-lama bila seperti itu terus."

"Tuan muda Kambe Daisuke mengkhawatirkanku, baik sekali."

Daisuke terdiam, saat Haru berkomentar seperti itu. Daisuke sangat serius saat itu, dan dirinya yakin Haru mengetahuinya dengan baik.

"Aku gakkan mati sampai benar-benar berhasil menegakkan keadilan, Kambe." Daisuke melirik Haru yang menyeringai sambil menatap ke atas langit.

"Walau kau tak tahu kapan bisa menegakkan seluruhnya?" Haru mengedikkan bahu.

"Tidak harus seluruhnya, karena aku sendiri gak bisa melakukan semuanya itu sendirian."

Daisuke membelalakan matanya saat Haru meliriknya. Seringainya melebar. "Tapi beda ceritanya bila aku melakukannya dengan tuan muda Kambe Daisuke."

Mata hitam itu menatap dalam-dalam seringai penuh kemenangan dari Haru. Daisuke tidak tahu harus berkata apa, disaat Haru seolah mempercayainya tanpa ragu seperti itu.

Walau keduanya belum lama mengenal satu sama lain.

"Katou-"

"Yah, kurasa gak mungkin juga sih. Toh kamu memakai uang untuk menyelesaikan semua hal." Daisuke melihat Haru kembali mendongakkan kepalanya dan mendesah panjang.

Keduanya sebenarnya tidak akur dan tidak cocok. Yang satu menegakkan keadilan dan menyelesaikan masalah dengan beragam cara, yang tentunya bisa diterima dan tidak melanggar aturan, dan yang satu melakukannya dengan uang.

"Kita sungguh gak satu jalan."

Haru menyatakannya dengan seringai, entah sungguhan entah jahil, namun itu berhasil membuat Daisuke tersenyum lagi.

"Aku gak pernah berpikir kita itu satu jalan soal itu, Katou Haru."

Walau begitu, Daisuke memutuskan satu hal, bahwa dia akan menjadi seorang polisi, ataupun detektif, layaknya cita-cita Haru.

Cahaya Baru Daisuke - Fugou KeijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang