Bagian Sembilan

850 99 17
                                    

Katou Haru berlari mengejar orang itu, walaupun tubuh sudah babak belur dan tenaga mulai terkuras. Kakinya berhenti, tepat ketika dirinya melihat Kambe Daisuke terluka dan babak belur lebih parah dibandingkan dirinya. Salah seorang teman orang itu, mengarahkan pistol berlaras pendek ke arahnya.

"Daisuke!"

Daisuke hanya mengerang, mendengar namanya dipanggil dengan nyaring. Haru yang hendak menghampiri harus berhenti karena suara tembakan mengarah ke arahnya tidak jauh dari saat kakinya melangkah. Haru bisa melihat asap dari peluru itu yang kini menembus tanah.

"Lepaskan dia."

Orang itu hanya tertawa.

"Kau tahu dia adalah anak dari keluarga besar Kambe bukan? Kenapa aku harus melepaskannya ketika aku bisa memeras keluarga dia untuk uang yang kuinginkan?"

Haru bergerak ke samping menghindari tembakan selanjutnya.

"Karena kau temannya, aku yakin kau akan menjemputnya dan mencoba menyelamatkannya."

Haru membelalakan matanya ketika Daisuke membuka matanya, dengan usaha keras, bersuara. Haru bisa melihat darah mengalir dari pinggir bibir kecil lelaki itu.

"Ha...ru..."

"Daisuke!"

Tembakan terdengar lagi, dan hampir mengenai kaki panjang Haru bila dia tidak langsung berhenti. Haru mendongak pada orang yang menembakkan peluru itu.

"Sudah kubilang jangan mendekat."

Haru menggertakkan gigi, kesal karena tidak tahu harus berbuat apa saat keadaannya begini. Mereka terus berada dalam masalah, padahal belum saja sempat memasuki kepolisian maupun menjadi seorang polisi. Namun bila Haru memanggil polisi, yang ada dirinya dan Daisuke sudah mati lebih dulu.

"Karena sanderanya bertambah, aku bisa meminta bayaran lebih-"

Haru bergerak dan mengejutkan orang itu. Walaupun tembakannya meleset dan hampir mengenai bagian vital Haru, lelaki berambut coklat itu tidak peduli. Dia tidak ingin Daisuke mati. Dengan sigap dan seolah sudah terbiasa, Haru berhasil melumpuhkan teman orang itu yang sedari tadi menahan Daisuke, mengikatnya dengan erat dan sulit untuk dilepas dengan cepat. Setelah membuat teman orang itu pingsan, Haru yang hendak membawa lari Daisuke, harus menyerah ketika salah satu tangannya tertembus dua peluru sekaligus. Walau begitu, keinginan kuatnya untuk menyelamatkan Daisuke, mengalahkan rasa sakit.

"Haru!"

Daisuke terkejut melihat tangan Haru yang tertembak sudah tidak berdaya. Darahnya mengalir deras seolah menolak untuk berhenti. Haru mengeryit, saat keduanya berhasil bersembunyi agak jauh dari orang yang menyandera Daisuke dan menembak tangannya. Daisuke yang hendak mengobatinya pun dihentikan oleh Haru.

"Ini bisa nanti, Daisuke."

Lelaki berambut hitam itu mengeryit tidak percaya.

"Apa maksudmu? Ini bisa-"

"Kita harus bisa menghubungi salah satu keluargamu ataupun polisi agar bisa membantu kita menyelesaikan ini!"

Daisuke membelalakan matanya disaat Haru menyatakannya dengan nada tertekan. Haru bisa melihat orang itu berusaha membangunkan temannya yang pingsan karena pukulan telak dari Haru.

"Kau bisa mengobatiku dengan cara apapun yang kau inginkan nanti."

Haru melirik, dan hanya bisa mengeryit saat teman orang itu akhirnya bangun sembari menggerutu. Keduanya masih sempat bertengkar.

"Tapi kita harus keluar dulu dari situasi ini."

Haru pun menarik tangan Daisuke dengan tangan lainnya yang masih bisa bergerak setelah melepaskan tali yang mengikat Daisuke dengan erat itu. Kedua orang itu pun menyadari langkah kaki keduanya dan mulai mengejar Haru dan Daisuke yang berlari. Haru mengeryit, berusaha keras untuk tidak terjatuh karena tenaganya sudah mulai habis diikuti darahnya yang mulai terkuras. Haru hanya bisa tersenyum lega setelah melihat daerah yang lebih terang dan ramai dibandingkan dimana Daisuke disekap oleh kedua orang itu.

Cahaya Baru Daisuke - Fugou KeijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang