Orang Baru

1.3K 127 15
                                        


"Jadi, Nak Ai mau pergi ke Saudi?" tanya Budenya di akhir pertemuan mereka. 

"Iya, bude," jawab Ai dengan tenang. 

"Sempatkan umrah dan ziarah Rasulullah selagi di sana. Pasti ada waktu luang, kan?" pesan budenya dengan nada penuh harap. "Sampaikan salam saya pada Rasulullah," lanjutnya dengan suara yang sedikit bergetar. 

Ai dan mamanya bersalaman, lalu berpamitan. Mereka memutuskan tidak menginap, karena keesokan harinya masing-masing sudah memiliki agenda. Lagi pula, kemudahan transportasi modern membuat perjalanan jarak jauh terasa lebih ringan. Tiket mereka dijadwalkan pukul 19:15, tiba di Jakarta pukul 20:45. Sesampainya di bandara, Janu sudah bersiap menjemput. 

"Ma, Mama pulang sama Janu saja, tidak apa-apa, kan?" tanya Ai. 

"Kamu sendiri mau ke mana?" balas Mamanya. 

"Ada pekerjaan yang harus saya urus di kantor, Ma." 

"Baiklah, tidak masalah," kata Mamanya. "Ayo, Nu," ajaknya kepada Janu. 

"Baik, Bu," jawab Janu dengan sopan. 

"Mampir ke rumah kamu dulu, ya. Tante kangen sama anak-anakmu, juga Lita. Katanya kemarin dia sempat sakit?" 

"Sudah sembuh, Tan. Biasalah, cewek. Pingin diet malah salah obat," jawab Janu santai. 

Orang tua Janu tinggal di luar Jakarta, jadi hubungannya dengan Tante Ai sangat dekat, hampir seperti anak sendiri. 

***

Setelah itu, Ai langsung menuju kantornya. Kantor tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat kerja, tetapi juga galeri yang menjual produk interior, mulai dari furnitur, aksesori, hingga pernik dekorasi rumah. Beberapa barang adalah hasil produksi perusahaan, sementara lainnya berasal dari supplier. Bangunan tiga lantai itu memiliki parkiran di basement, dua lantai galeri, dan lantai atas sebagai ruang kantor serta tim digital marketing. 

Suasana kantor khas milenial: bersih, modern, dengan banyak ruang terbuka. Sekat kaca di beberapa area memberikan nuansa profesional sekaligus santai. Saat sedang memeriksa laporan transaksi di kasir, Ai mendengar keributan di depan galeri. 

Rasa penasaran membuatnya keluar untuk melihat. Rupanya, keributan terjadi antara seorang bule, penumpang ojek online, dengan drivernya—seorang perempuan muda. 

"Sir, sorry for your inconvenience," ucap si driver dengan lancar, sambil menyerahkan uang kepada bule tersebut. 

"Give me my money back!" bentak si bule sambil merebut uang itu dari tangan si driver, lalu pergi dengan ekspresi jengkel. 

"Dasar, bule gila," gumam si driver lemas, setelah bule tersebut berlalu. 

"Hai, baru keluar sehari, sudah dapat kerjaan lagi?" sapa Ai dengan nada setengah bercanda. 

Perempuan itu terkejut, menatap Ai. "Eh, Kak, yang di toilet kemarin, ya?" 

"Iya. Tadi kamu bikin ribut di depan toko saya," jawab Ai. 

"Maaf," ucap perempuan itu tulus. 

Ai merogoh kartu nama dari sakunya. "Ini kartu nama saya. Kalau berkenan, ajukan lamaran kerja." 

"Kenapa tidak langsung wawancara sekarang saja?" tanyanya optimis. 

Ai tersenyum. "Satu, kamu harus mengembalikan motor ke pemiliknya. Dua, penampilanmu masih kurang rapi untuk wawancara. Tiga, saya tidak ada jadwal wawancara hari ini."

Keesokan paginya, Ai mengirim pesan kepada Janu. 

"Kamu langsung ke kantor saja. Aku ada wawancara pagi." 

Garis RuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang