🍁
Angin bertiup menerbangkan dedaunan kering saat ratusan mayat tergeletak diatas tanah yang telah basah oleh darah, terik matahari disaat cerahnya hari menyinari satu-satunya orang yang tak tumbang dalam pertempuran berdarah tersebut. Kemenangan kini dalam genggaman tangannya, menyisakan luka bagi dunia yang telah dilalui langkah kakinya.
Dia adalah seorang Raja yang penuh ambisi, tanpa ragu akan mengayunkan pedangnya pada apapun yang menghalangi jalannya menuju idealisme dan teritorial yang ia kuasai.
Seorang prajurit dengan langkah tergopoh-gopoh menghampirinya, lalu berlutut hingga hampir bersujud pada sang Raja yang kini memicingkan mata.
"Ampun Yang Mulia, kami telah menemukan Raja Azumabito beserta pengikutnya. Tapi kami terlambat, mereka kami temukan telah menjadi mayat karena bunuh diri massal." Ucap sang prajurit dengan kepala menunduk dalam penuh penyesalan.
"Tidakkah ada sesuatu yang tersisa?" Sang Raja membersihkan pedangnya yang berlumuran darah dengan sebuah kain.
"Hanya... seorang gadis kecil. Pewaris satu-satunya tahta Azumabito." Jawab Prajurit itu dengan sedikit keraguan disana.
"Tak ada yang boleh tersisa dari Azumabito jika kita inginkan kerajaan Hizuru dalam genggaman." Ucap sang Raja seraya menyarungkan pedangnya kembali.
"Bawa bocah itu menghadapku!" Lanjut sang Raja dengan titahnya.
"Baik. Yang Mulia."
.
.
.
.
.*
.
.
.
.
.Levi Ackerman.
Setelah sang ayahanda wafat dengan meninggalkan wasiat yang harus ia emban untuk meneruskan tahta kerajaan sebagai pewaris satu-satunya, Levi berjanji dimasa penobatannya ia akan membawa kerajaan Paradis pada kejayaan, dengan memperluas wilayah kekuasaannya, dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan lain untuk mengakui kedaulatan pada Paradis.
Berendam pada sebuah kolam air hangat alami yang terdapat disalah satu sudut istana, Levi menyandarkan punggung pada jejeran bebatuan yang berada ditepian kolam, menikmati tubuhnya yang dimanjakan relaksasi dari belaian air yang berasal dari sumber mata air akibat pemanasan geotermal membuat rasa pegal di seluruh tubuhnya berangsur menghilang.
Sebuah dentingan antara cangkir dan teko sedikit merusak suara alam, membuat Levi kembali tersadar dengan sosok gadis yang berada dibalik punggungnya. Aroma dari teh hitam menguar menusuk hidung dikala sang gadis mulai mengaduk cangkir yang berisi air panas dengan dedaunan teh pilihan.
"Teh anda sudah siap, Yang Mulia."
Dan Levi hanya memberikan dengungan sebagai jawaban.
Kegiatan seperti ini adalah rutinitas harian mereka, saling menemani tanpa ada kata berlebih. Levi beranjak dari kolam dengan menyambar kain guna menutupi tubuhnya yang telanjang, ia berbalik setelah melilitkan kain itu memutari tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the King and his Maiden
Fanfiction(21+) Menjadi seorang Raja yang berpijak diatas tumpukan mayat dengan tangan yang berlumuran darah, membuat Levi menjadi pribadi yang dingin dan angkuh. Akan tetapi, jiwanya akan menjadi rapuh saat ia dihadapkan pada seorang gadis yang ia adopsi. Ke...