Episode 11

1.4K 127 61
                                    

🍁

  Roda kereta kuda itu melintasi bebatuan kecil yang menyebar menghadang di sepanjang jalan, membuat guncangan pada badan  kereta meskipun kereta tersebut melaju dengan pelan. Levi mengeratkan pelukannya pada tubuh Mikasa yang tertidur di pangkuannya saat ia tersadar jika ia sedikit lengah begitu rasa kantuknya mulai bertingkah, hingga hampir menjatuhkan tubuh Mikasa yang terkulai lemah karena begitu pulas selama perjalanan mereka menuju Obelia. Levi tersenyum memperhatikan wajah Mikasa yang tenggelam di dadanya, mereka begitu kelelahan. Bukan, bukan karena perjalanan menuju Obelia yang menguras tenaga tapi mereka terlalu sering melakukan hubungan terlarang itu dengan dalih cinta. Pandangan Levi beralih pada jendela kaca kereta yang berembun karena kabut malam, memamerkan keadaan sekitar yang semakin menggelap di kala malam semakin larut, awalnya mereka akan berangkat di pagi hari namun keadaan yang membuat mereka menunda keberangkatan hingga petang dan kemungkinan akan mencapai Obelia sebelum fajar mengingat laju kereta yang bagitu pelan, sepertinya mereka ingin menikmati kebersamaan di waktu yang lebih lama dalam perjalanan.


Kereta kuda membelah malam melewati hutan dan pemukiman, lalu kereta tersebut terhenti begitu melewati jalan pasar malam yang tengah ramai, terlihat ada keributan disana hingga masyarakat berkerumun memadati jalan dan menghambat perjalanan kereta kerajaan Paradis. Beberapa prajurit kerajaan Obelia turun tangan untuk melerai keributan, namun sepertinya tak berdampak apapun hingga suasana semakin ricuh.

Levi memperhatikan sekitarnya, mengamati keadaan yang terjadi. Dengan hati-hati Levi memindahkan tubuh Mikasa dari pangkuannya ke bangku kereta dengan sepelan mungkin, tak ingin jika Mikasa terbangun karena guncangan dan keributan yang ada diluar kereta. Menuruni kereta, Levi melihat beberapa prajuritnya tengah mencekal seorang pemuda berambut cokelat panjang yang kini menatapnya dalam diam. Mata hijau pemuda itu  memancarkan kekesalan begitu pandangannya kembali beralih pada sosok penjual tembikar yang melotot kearahnya, terlihat lebam pada pangkal hidung si penjual tembikar dan darah yang mengalir dari lubang hidung. Mereka dikelilingi masyarakat yang tengah menonton pertikaian antara pemuda tersebut dengan si penjual tembikar.

"Apa yang terjadi?" Pertanyaan Levi membuat semua perhatian tertuju padanya hingga membuat mereka menunduk hormat pada Levi yang merupakan raja Paradis.

"Ampun Yang Mulia, sepertinya ada perselisihan antara pemuda pemburu ini dengan penjual tembikar." Lapor salah seorang prajurit pengawalnya.

"Apa yang membuat kalian berselisih?" Levi menatap penjual tembikar dan pemburu itu bergantian.

"Dia berusaha menyerang hamba, Yang Mulia." Si penjual tembikar membela dirinya.

"Jika saja kau bisa menjaga lidahmu dalam berucap, mungkin aku tidak akan mematahkan hidungmu." Desis pemuda pemburu itu menatap penjual tembikar tajam.

"Bisa kalian jelaskan kronologinya?" Levi bersedekap dada, memejamkan mata dan memasang telinga. Ia hanya tak ingin masalah kecil ini berlarut-larut hingga mengganggu perjalanannya juga Mikasa yang masih tertidur di dalam kereta.

"Hewan buruan tuan Yeager terlepas dan berlari ke arah pasar lalu menabrak dagangan hamba hingga beberapa diantaranya pecah, sedang tuan Yeager tak mau menggantinya."

"Sudah kubilang, aku akan menggantinya jika babi itu kembali tertangkap olehku." Si pemburu memotong penjelasan di penjual tembikar.

"Dan hamba tak mempercayai perkataannya, mengingat ayahnya dulu adalah seorang pencuri." Lanjut si penjual tembikar membuat pemuda bermarga Yeager itu kembali emosi saat nama sang ayah dijatuhkan.

Levi mengeluarkan kantung berisi koin emas yang terlihat berat dalam genggaman, ia lalu memberikannya pada si penjual tembikar.

"Untuk ganti rugi, apa ini kurang?" Tanya Levi saat melihat si penjual terlihat berbinar setelah memeriksa isi dari kantung tersebut.

Between the King and his MaidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang