Episode 14

1.8K 170 183
                                    

🍁


"Sadarlah, Mikasa!" Levi mengguncang tubuh Mikasa berharap gadis itu tak lagi mengigau ataupun berbicara ngelantur.

Mikasa hanya menatap Levi dengan pandangan sayu, Levi pun merengkuh tubuh lemah Mikasa dalam pelukannya.

"Kau bukan suamiku, kita telah melakukan dosa besar." Lirih Mikasa di dalam dekapan tubuh hangat Levi yang memejamkan mata saat hatinya merasa sakit.

"Dia menyakitimu, Mikasa. Claude menyakitimu!" Levi menekankan ucapannya.

Mikasa melepaskan diri dari rengkuhan Levi dan menatap Levi dengan sinar mata yang kelam.

"Kau sama sepertinya, selalu menyakitiku!" Tanpa terasa air mata Mikasa mengalir dengan mata memerah menahan pedih dan amarah.

Tak tahan dengan sikap Mikasa terhadap dirinya membuat Levi menarik tengkuk Mikasa dan menyatukan bibir mereka, Levi melumat lembut bibir tipis Mikasa dalam keputusasaan saat ia menyadari perasaan Mikasa terhadap dirinya tak sama lagi dengan hanya terdiam tak membalas ciuman yang Levi berikan. Air mata Mikasa masih mengalir membasahi tangan Levi yang menangkup pipinya, menciptakan gelenyar menyakitkan yang berdesir di dada.

Penjara bawah tanah yang dingin kini terasa semakin membeku, disaat dua hati yang dulu mampu menciptakan kehangatan musim panas kini berubah menjadi sedingin musim salju.

.
.
.
.
.

*
.
.
.
.
.

    Pasukan Paradis menyerang penjagaan ketat dari para prajurit Obelia, perang yang tak bisa lagi dihindari meskipun terlihat berat sebelah, mengingat pertahanan pihak Obelia yang kuat dengan jumlah prajurit dua kali lipat dari paradis sendiri. Resiko besar yang diambil pihak paradis tentu berdampak buruk bagi paradise sendiri.

"Ini gila!" Desis Erwin menyerahkan Neji pada Hanji di tempat persembunyian, setelah ia lolos dari kepungan prajurit Obelia.

Hanji terdiam dengan pelipis meluncurkan keringat, pikirannya semerawut disaat para prajurit paradise mulai bertumbangan. Keegoisan junjungan mereka membuat paradis menuju lubang neraka, hingga predikat sebagai raja gagal kini di sandang oleh seorang Levi Ackerman.

"Dia memang raja yang ampas. Tapi dia sudah memutuskan menyerah dan menyerahkan segalanya padamu, Erwin. Sisanya tinggal kita yang jalankan."

"Aku mengerti, dia memang sudah tidak pantas lagi menjadi seorang raja penguasa. Dia lari dari tanggung jawab dan melimpahkannya pada kita,  sungguh merepotkan." Komentar Erwin ia pun menarik pedang kebanggan dari sarung pedangnya.

"Hanya karena cinta."

"Itu terdengar menggelikan." Ucap Erwin menimpali Hanji, menghibahkan Levi yang telah meletakkan tahtanya dan melanggar sumpahnya pada mendiang ayahnya demi seorang Mikasa.

"Aku harus menyelamatkan adikku." Neji bangkit dengan kepayahan saat luka-luka yang menghiasi tubuhnya tak bisa menoleransi.

"Hinata..." Dengan perasaan khawatir Neji memanggil adik semata wayangnya, dan rasa penyesalan kini menggerogoti hati karena kecerobohan dan kebodohannya membuat orang-orang yang ia sayangi menderita.

  Erwin dan Hanji saling beradu pandang, anggukan dari Hanji pun membuat Erwin paham dan ia beranjak untuk kembali ke medan pertempuran.

"Tetaplah disini, Neji. Apapun yang terjadi pada kami, tetaplah hidup." Ucap Hanji pada Neji sebelum wanita itu menyusul langkah Erwin.

Between the King and his MaidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang