Episode 4

2K 210 105
                                    

🍁

Cermin besar berbingkai ukiran kayu mahoni yang bertengger di sudut kamar Mikasa yang luas kini memantulkan sosok cantik Mikasa yang dibalut dengan gaun pengantin indah berwarna putih daisy, wajah cantik Mikasa dipoles dengan riasan tipis yang semakin membuatnya terlihat mempesona. Akan tetapi, didalam raut wajahnya tersimpan kesedihan terpancar dari sorot matanya yang sendu.

Sebuah ketukan pintu kamar membuat Mikasa tersentak dari lamunan, suara Levi terdengar memanggilnya untuk segera keluar dikala mereka dikejar oleh waktu. Menghela nafas dalam, berusaha menenangkan hati Mikasa memasang topeng tidak peduli di wajah cantiknya. Namun semua usahanya sia-sia begitu Mikasa membuka pintu dan mendapati Levi yang berdiri membelakanginya lalu menoleh kearahnya, matanya kembali memanas ia pun mengalihkan pandangan yang semula bertumbuk pada tatapan Levi yang terasa menyayat.

 Namun semua usahanya sia-sia begitu Mikasa membuka pintu dan mendapati Levi yang berdiri membelakanginya lalu menoleh kearahnya, matanya kembali memanas ia pun mengalihkan pandangan yang semula bertumbuk pada tatapan Levi yang terasa menyayat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau terlihat cantik." Pujian Levi tak dianggap oleh Mikasa.

Gadis itu mulai melangkahkan kakinya yang memberat melewati Levi yang kini hanya bisa menatapnya sedih, Mikasa pun terkejut saat Levi sudah berjalan disampingnya dan meraih tangannya lalu menggenggamnya erat.

"Dengan gaun seperti itu pasti akan menyulitkan langkahmu. Jangan lepas tanganku, aku tak ingin sampai kau terjatuh karena gaunmu."

Lagi-lagi tak ada jawaban yang keluar dari bibir Mikasa, meskipun Levi telah memberikan perhatian penuh kepadanya. Melepaskan genggaman Levi perlahan, hati Mikasa gamang memikirkan masa depan yang menjulang dihadapannya setelah ia keluar dari pintu istana. Ia akan menjadi istri dari seorang Raja besar dan memiliki paras menawan, namun entah mengapa tak ada sebersitpun rasa bahagia dalam diri Mikasa disaat ia akan mendapatkan jatah kehidupan yang diimpi-impikan jutaan gadis diluar sana.

Sempat mengabaikan keberadaan Levi disampingnya karena pikirannya berkecamuk, kembali Mikasa dibuat terkejut dikala sesuatu menubruk punggungnya, membuat pikiran Mikasa langsung kosong disaat tangan Levi melingkari perut dan dadanya hingga sedikit merusak rangkaian bunga yang sedari tadi digenggam olehnya.

Mereka terdiam dalam waktu yang cukup lama dengan posisi yang sama, diiringi suara detak jantung memompa dengan begitu cepatnya, seakan mereka tengah menikmati momen kebersamaan mereka yang kini mulai terbatasi. Tak ada sepatah katapun, namun semua terasa begitu berat menyakitkan.

"Kita akan terlambat, Yang Mulia." Suara Erwin menginterupsi kegiatan mereka, membuat Levi dengan terpaksa melepaskan pelukannya pada Mikasa yang masih mematung.

Levi melirik Erwin dan Hanji yang berdiri hanya dengan jarak beberapa meter dari posisinya, ia tak menyadari kehadiran kedua orang tersebut disaat ia larut dalam perasaan. Dan Levi melihatnya, raut wajah dari kedua pengabdinya itu yang terlihat pilu seakan mereka ikut merasakan apa yang tengah Levi dan Mikasa rasakan. Erwin mendekat dan menunduk hormat, dan sebuah kalimat yang terlontar dari bibirnya mampu membuat Levi maupun Mikasa menahan nafas disaat secercah harapan mulai timbul layaknya cahaya ditengah kegelapan.

Between the King and his MaidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang