Episode 2

2.4K 234 55
                                    

🍁

    Mikasa meringkuk di bawah ranjang mewah dalam sebuah kamar yang terdapat di salah satu bagian dari bangunan istana Obelia, ia hanya merasa sedikit bingung saat sang Raja Obelia bilang jika ia ditahan atas tuduhan penyusupan. Akan tetapi, Mikasa malah dikurung di dalam kamar mewah dengan segala jenis makanan tersaji diatas meja yang terdapat di kamar tersebut, bukan ditahan dalam penjara bawah tanah yang sedari tadi ia bayangkan.

Menoleh ke arah jendela kaca besar yang membatasi kamar tersebut dengan dunia luar, Mikasa mendapati hari telah berubah menjadi gelap, helaan nafas panjang pun Mikasa sematkan dikala hatinya dilanda kecemasan akan sang Raja Paradis. Meskipun tak begitu yakin, namun Mikasa tahu walau hanya secuil masih ada sebersit kekhawatiran yang tersirat di wajah Levi dikala Mikasa memohon ijin untuk keluar istana. Dan entah mengapa kini Mikasa merindukan sosok yang selama ini bagai bayangan itu, meskipun diantara mereka hanya ada rasa canggung dan dingin namun Levi terus saja memperhatikan dirinya, juga selalu ada untuknya dikala Mikasa membutuhkan seseorang untuk bertumpu hidup.

Kini Mikasa tengah berpikir keras mencari cara untuk bisa kabur dari istana Obelia, berharap Hanji tak kembali ke istana Paradis dan melaporkan atas tertangkapnya Mikasa pada Levi hingga membuat Mikasa merasa menjadi beban.

Sebuah ketukan pintu membuat Mikasa tersentak, seorang gadis cantik yang Mikasa tahu bernama Hinata menyembulkan kepalanya dari balik pintu, gadis itu tersenyum kepada Mikasa dan meminta ijin untuk masuk kedalam kamar yang menjadi penjara bagi Mikasa.

"Maaf.. Apa aku mengganggu?"

Mikasa hanya menggeleng pelan atas pertanyaan Hinata setelah gadis itu ikut bersimpuh disamping Mikasa. Mereka terdiam dengan kecanggungan, disaat Hinata bingung harus memulai percakapan dari mana sedang Mikasa kalut dengan pikirannya sendiri.

"Terimakasih." Ucap Hinata setelah keheningan sesaat yang melanda mereka. Mikasa menoleh kearahnya meskipun Mikasa mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Hinata.

"Terimakasih sudah menyelamatkan putri Athanasia, dan juga diriku." Lanjut Hinata dengan wajah bersungguh-sungguh.

"Aku terima ucapan terimakasihmu. Tapi bukan aku yang menolongmu." Tentu saja jawaban Mikasa membuat Hinata terkejut.

"Jadi... Siapa?" Kini Hinata menatap Mikasa menuntut sebuah penjelasan.

"Raja berparas seperti perempuan cantik itu." Jawab Mikasa asal.

"Huh?"

"Rajamu." Jawaban terakhir Mikasa sukses membungkam Hinata, dan saat itu juga Mikasa meringis begitu melihat wajah gadis disampingnya itu yang tiba-tiba berubah merah padam.

"Yang Mulia menolongku?" Gumam Hinata namun masih mampu didengar oleh telinga Mikasa. Dari situ Mikasa bisa menyimpulkan jika Hinata menyukai Claude.

"Kau menyukainya?" Pertanyaan Mikasa membuat Hinata kelabakan.

"Ma.. mana mungkin! Dia Rajaku." Gagap Hinata.

"Ah, ya. Aku paham." Ucap Mikasa tanpa ekspresi berlebih.

Kembali keheningan melanda kedua gadis itu.

"Entah mengapa aku merasa kita pernah bertemu sebelumnya, kau terlihat tak asing bagiku." Ucap Hinata kembali memecah keheningan diantara mereka.

"Entah, ini untuk pertama kalinya aku keluar dari istana Paradis. Dan langsung mendapatkan masalah disini."

"Istana? Apa kau seorang Bangsawan?" Kaget Hinata, dan dalam hati ia meruntuki kebodohannya sendiri karena berperilaku tidak sopan pada Mikasa, seandainya benar Mikasa adalah seorang bangsawan dari Paradis.

Between the King and his MaidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang