Episode 8

1.9K 153 85
                                    

🍁

Langit sore itu begitu kelam dengan rintikan gerimis saat Claude terpaku ditengah ruang kamar Mikasa, sungguh kebodohan besar ia bisa kecolongan atas penjagaannya terhadap Mikasa. Pikirannya semakin semrawut dikala ia tersadar jika Mikasa tengah dalam masalah karena obat yang ia berikan, menciptakan sebuah kekhawatiran besar yang menggerumbul di dalam dadanya. Bagaimana mungkin ia bisa sebodoh ini hingga membahayakan Mikasa, sungguh kini ia merasa begitu menyesal dengan sikap gegabah yang menggebu-gebu disaat ia menginginkan Mikasa secara instan.

"Maafkan hamba Yang Mulia, setiap sudut istana juga taman dan hutan wilayah istana sudah diperiksa, tapi kami tak menemukan keberadaan permaisuri." Sesal Hinata dengan kepala menunduk dalam dibelakang punggung Claude.

Suara petir yang menggelegar seakan menjadi gambaran apa yang tengah Claude rasakan saat ini. Jika saja Mikasa kabur dalam keadaan biasa mungkin Claude tak akan secemas ini, akan tetapi Mikasa sudah menenggak obat itu, obat terkutuk dari rencana jahat Claude yang telah tersusun dan kini semua berjalan denga tak semestinya.

"Utus Felix menuju Paradis." Perintah Claude mutlak.

Di atas menara istana Paradis, Levi yang semula menatap awan hitam tebal menggantung di langit Paradis langsung teralihkan pandangannya pada suara hentakan kaki kuda yang menuju gerbang istana, ia melihat Felix dari kejauhan namun ia bisa melihat raut cemas yang tersirat diwajah tampan orang kepercayaan Claude tersebut.

"Apa yang terjadi?" Levi bergumam lalu ia beranjak meninggalkan menara untuk menemui Felix disaat hatinya yang sedari tadi gusar semakin terasa menekan kuat.

Langkah Levi semakin tergesa saat ia melihat Felix yang lebih dulu ditemui Hanji disana, mereka menoleh ke arah Levi dengan cemas dan itu semakin membuat Levi merasa gundah.

"Apa sesuatu terjadi pada Mikasa?" Kalimat pertama yang Levi lontarkan pada Felix begitu ia berhadapan dengan pemuda itu.

"Hamba sedang mencari Yang Mulia Permaisuri, dan kami berpikir jika dia ada disini." Ucap Felix dengan menunduk, saat ia tahu jika ia telah melakukan sebuah kesalahan.

"Apa maksudmu?" Levi langsung mencengkeram kerah baju Felix dengan mata memerah karena amarah yang mulai membakar emosi.

"Yang Mulia Permaisuri, kabur."

Setelah mendengar hal itu, tanpa menunggu waktu Levi langsung merebut kuda Felix dan menaikinya. Langit pun mulai menitikkan air hujan disaat Levi mengeratkan genggaman pada tali kekang kuda.

"Yang Mulia, anda bisa menunggu hingga hujan berhenti." Cegah Hanji.

"Hanji, tolong awasi istana selama aku tidak ada. Perintah Erwin untuk menggantikanku sementara." Tak memperdulikan usulan Hanji, Levi langsung memacu kudanya untuk mencari keberadaan Mikasa, meninggalkan Hanji dan Felix yang diam termangu.

Hujan turun semakin lebat saat Levi melewati hutan Paradis, ia akan menuju Obelia berharap bisa menemukan Mikasa di sekitar wilayah Obelia. Pakaiannya telah basah kuyup, dan tubuhnya menggigil dengan telapak tangan yang mulai mengerut, namun ia tak peduli lagi disaat ia juga mulai tak peduli dengan rasa penyesalan yang selama ini menghantuinya. Apa yang diinginkan Levi saat ini hanyalah Mikasa, gadis yang menyukai dirinya seperti ia menyukai gadis itu. Dan janji pun mulai terukir di dalam hatinya, bahwa ia akan bertindak egois dengan membuang sumpah dan kewajibannya sebagai raja Paradis demi Mikasa, gadisnya.

Between the King and his MaidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang