Siapa?

202 6 0
                                    

"Noona... Noonaaa..." Rengek Jungkook, bocah tujuh tahun itu sambil menggoyang tubuh Jihye yang berusia enam tahun lebih tua.

"Hmm..?" Jawabnya tanpa membuka mata.

"Kookie mau pipis."

"Heem." Masih memejamkan mata.

"Anterin..."

"Pipis sendiri, ah." Jawab Jihye sambil membalik tubuhnya.

"Takut, anterin."

"Pergi sendiri, ngantuk." Sambil menepis tangan Jungkook dari lengannya.

Jungkook yang sudah tidak tahan, hanya berdiri sambil menggoyangkan tubuh untuk menahan hasratnya. Dia sedang menimbang untuk berangkat sendiri atau menahannya. Tapi ini rasanya sudah diujung tanduk. Sudah tidak bisa ditahan lagi. Akhirnya dia memutuskan untuk berlari menuju kamar mandi.

Dengan menyalakan semua lampu yang ada di sepanjang perjalanan, dia masuk ke kamar mandi untuk membuang apa yang seharusnya dibuang. Setelah selesai dengan kegiatannya, dia keluar dari kamar mandi dengan perasaan was-was. Saat masih terdesak dia tidak akan memikirkan keadaan sekitar. Tapi ketika desakan itu sudah selesai, dia mulai menyadari bahwa sedang sendiri.

Jihye sedikit terbangun diantara tidurnya dan menyadari bahwa Jungkook tidak ada disampingnya. Lalu teringat bahwa ia sedang ke kamar mandi. Kemudian kembali memejamkan mata. Setelah menunggu beberapa saat, Jungkook tak juga kembali. Jihye yang belum sepenuhnya tidur berinisiatif untuk menyusul Jungkook karena kasihan.

"Kookie..." Sambil berjalan menuju kamar mandi. "Kookie, sudah selesai belum? Tumben lama."

Lalu mendapati Jungkook yang sedang berdiri menghadap ke taman belakang rumah.

"Ngapain berdiri disini? Bukannya langsung balik ke kamar." Jungkook tidak menanggapi, ia masih tetap berdiri mematung. "Tunggu sebentar, Noona mau pipis juga."

Setelah menyelesaikan kebutuhannya, Jihye berjalan ke arah Jungkook. Dia masih saja berdiri di tempatnya. Lalu Jihye menarik tangannya untuk kembali ke kamar, tetapi Jungkook tidak bergerak sedikitpun.

"Kookie, ayo balik ke kamar. Besok aja mainnya, masih malam ini." Jihye kembali menarik tangannya, tapi Jungkook masih setia berdiri sambil menatap ke arah taman belakang.

Jihye memanggil namanya beberapa kali sambil mengguncang badannya. Jungkook masih terdiam.

"Kookie... Jungkookie... Kang Jungkook!!!"

Di panggilan ke tiga, Jungkook melihat ke arah Jihye dengan tajam, membuatnya terkejut.

"Jungkookie, kenapa? Kamu kenapa?" Tanyanya khawatir.

Setelah terdiam sesaat, "Noonaaaa..." Dengan suara serak dan nafas yang terdengar berat.

Jihye spontan menggoyangkan badan Jungkook dengan keras sambil terus memanggil namanya. Tak lama mata Jungkook berkedip dan melihat ke kanan dan ke kiri, entah apa yang dia cari. Kemudian dia menatap mata Jihye dengan wajah takut. Lalu tubuhnya merosot dan menangis sambil memanggil kakaknya dengan kencang.

Jihye yang bingung dengan sikap adiknya, langsung mendekap tubuhnya erat. Suara tangisan Jungkook dan teriakan Jihye berhasil membangunkan orang tuanya.

"BIAAAAA, JUNGKOOKIE."

Kedua orang tua mereka langsung berlari ke arah anaknya yang sedang berpelukan.

"Ada apa Jihye? Kenapa Jungkook menangis?" Tanya sang ibu sambil mengambil Jungkook dari pelukan anak perempuannya. Jungkook hanya terus menangis dalam dekapan Jihyo, sang ibu.

"Jihye juga nggak ngerti, Bia. Jungkook tadi hanya diam berdiri lalu tiba-tiba menangis." Jelas sang kakak.

"Kookie, kenapa sayang? Ada apa, hm? Sudah-sudah, sudah ada Bia disini." Jurus penenang sang ibu sambil mengelus punggung putra bungsunya yang masih setia menangis dengan kencang.

JUST LET ME BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang