Irene masih terisak dengan keras sambil memeluk tubuh Revano. Ia tidak peduli lagi dengan keadaannya saat ini. Walaupun tubuhnya telanjang, ia tetap memeluk tubuh Revano dengan erat.
Pria itu bisa merasakan rasa sakit yang dialami oleh perempuan dihadapannya saat ini. Revano pun ikut memeluk tubuh Irene dengan hati-hati. Ia mengelus punggung Irene dengan lembut.
"Aku benar-benar takut. Dia monster!" Ucap Irene lagi sambil terus terisak.
"Aku perempuan kotor! Aku terjebak dengan iblis seperti dia dan aku tidak bisa lari darinya! Aku benar-benar terjebak! Aku ingin mati saja!!!!!" Teriak Irene dengan keras dan menangis dengan keras dipundak Revano. Pria itu hanya diam saja dan terus mengelus punggung Irene dengan lembut.
"Aku ingin mati saja." Ucapnya dengan pelan sambil terisak. Revano menarik nafasnya dengan pelan lalu melepaskan pelukan Irene. Perempuan it uterus saja menangis.
Dengan lembut Revano menatap wajah Irene dan menghapus air mata Irene. "Dengar, semua orang punya jatah untuk berbuat salah. Tidak ada yang sempurna. Dan, tidak ada yang dapat merubah kesalahan menjadi kebenaran, kamu hanya perlu memperbaiki dirimu menjadi lebih baik dan berusaha untuk tidak melakukan hal yang sama." Ucap Revano. Pria itu tersenyum lembut dan menutup tubuh Irene dengan selimut yang ia pakai dengan rapat. Ia tidak ingin menjadi masalah baru hanya karena melihat tubuh perempuan di depan dirinya ini telanjang.
Irene mengangguk dan mengeratkan selimut yang ia pakai, "Kamu sudah melihat sisi tergelapku yang tidak dilihat orang lain. Aku selalu berpura-pura dalam keadaan baik-baik saja, tapi sebenarnya aku tidak. Memasang wajah bahagia di depan semua fans bukanlah hal yang mudah." Ucap Irene dengan pelan, ia kemudian memeluk kakinya dengan erat dan memendamkan wajahnya pada lututnya.
"Kamu, aku dan semua orang punya panggung sandiwaranya masing-masing. Aku juga sering melalukan hal yang sama denganmu. Demi membuat orang lain bahagia, kita sering lupa untuk membuat diri kita bahagia." Revano mengelus rambut Irene dengan lembut.
"Ayo aku bantu berdiri." Ucap Revano sambil memegang kedua pundak Irene dengan lembut dan berusaha membuat perempuan itu berdiri. Walaupun masih lemas Irene mematuhi perkataan Revano. Pria itu membantu Irene untuk duduk disofa ruang tamu Irene.
"Dimana saklar lampunya?" Tanya Revano. Irene hanya menunjuk dengan tangannya. Revano langsung bergegas menyalakan lampu.
Saat lampu menyala Revano langsung mengambil pakaian Irene yang berserakan dilantai. Saat ia menatap Irene, perempuan itu sedang menatapnya dengan wajah polosnya. Perempuan itu mengeratkan kain yang ia pakai untuk menutupi sebagian badannya, pipinya langsung merah karena ia tau telanjang. Revano berdehem pelan kemudian Irene langsung membalikkan badannya. Mereka berdua sama-sama langsung canggung.
Revano mendekatinya dengan pelan dan memberikan pakaiannya.
"Mungkin kamu bisa pakai bajumu dulu."Ucap Revano dengan pelan. Irene mengangguk kemudian mengambil pakaiannya.
"Tapi, bolehkah kamu menutup matamu dulu?" Pintah Irene dengan pelan. Revano terkekeh karena merasa geli sendiri, karena selama ini ia sering melihat perempuan telanjang di tempat tidurnya dan baru kali ini ada perempuan yang memintanya untuk menutup mata.
"Bolehkan?" Tanya Irene lagi.
Revano tersenyum kecil, "Iya boleh tapi dalam waktu 5 detik." Ucap Revano dengan jahil.
"Hah?" Ucap Irene kaget.
"Satu..." Revano mulai menghitung dengan jahil membuat Irene bergegas memakai pakaiannya.
"Lima!" Ucap Revano dengan iseng tanpa membuka mata. Irene hampir saja terjatuh karena mendengar hitungan Revano yang tidak adil. Ia menoleh ke arah Revano yang sedang menahan tawanya sambil menutup mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE FROM THE DARKNESS (21+)
RomanceLOVE FROM THE DARKNESS mengangkat sedikit kisah tentang Toxic Relationship yang sering terjadi pada hubungan sepasang kekasih. Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama dan tempat, mohon dimaklumkan karena itu hanya kebetulan saja. Ceri...