Revano terkekeh menatap Irene, kemudian berdiri dan berjalan melewati Irene. "Mau aku bantu bawa barang-barangnya?" tanya Revano. Irene langsung menggelengkan kepalanya.
"Terima kasih, tapi aku bisa membawanya sendiri." Jawab Irene. Revano berjalanan mendahului Irene dan perempuan itu dengan pelan mengikuti langkah kaki Revano dari belakang.
Setibanya di depan pintu apartemen Revano memberitahu password apartemennya, "121289. Ingatanmu masih baguskan?" tanya Revano dengan iseng.
"Iya, masih kok." Jawab Irene dengan pelan.
"Aku harap kamu bisa mengingat tanggal lahirku, karena itu passwordnya." Ucap Revano lalu membuka pintu dan mempersilahkan Irene untuk masuk.
"121289." Ucap Irene berulang-ulang untuk mencoba mengingat password apartemen Revano.
"Jangan terlalu keras mengingat, kau bisa lupa nanti." Ucap Revano yang merasa lucu melihat tingkah Irene yang langsung membungkam mulut mungilnya dengan tangannya.
Revano berjalan mendahului Irene sedangkan perempuan itu berjalan dibelakangnya seperti seekor anak ayam yang mengikuti induknya.
Dengan iseng Revano menghentikan langkah dengan tiba-tiba sehingga Irene menabrak punggung besar Revano.
"Aww!" Ucap Irene sambil mengelus dahinya.
Revano membalikkan badannya menatap wajah Irene yang masih terlihat lebam, tapi tak menghilangkan wajah cantiknya. Revano bersumpah dalam hatinya akan memberikan hukuman setimpal kepada pria yang memukul Irene.
"Anggap saja apartemen ini milikmu, tapi jangan sampai kau bawa pria ke dalam tempatku." Ucap Revano.
"Katanya anggap apartemen ini milikku, tapi kenapa tidak boleh bawa pria kesini?" tanya Irene sambil melipat kedua tangannya di dada.
Revano tersenyum lalu mengikuti gaya Irene dengan melipat kedua tangannya didada dan perlahan menundukkan wajahnya tepat didepan wajah Irene hingga hampir menyentuh hidung Irene,"Nona manis, dengarkan ini baik-baik...Karena bagaimana pun juga kau berstatus menumpang di apartemenku. Aku masih pemilik utama disini, ikuti saja aturanku." Ucap Revano kemudian pria itu tersenyum manis di depan wajah Irene, hingga Irene hanya bisa terdiam kemudian meneguk salivanya karena saat ini jantungnya berdetak hebat.
"Paham cantik?" tanya Revano lagi dan dengan gemas mengacak rambut Irene. Perempuan itu hanya mengangguk malu, pipinya menjadi merah. Irene yang menyadari tingkahnya sekarang langsung menggelengkan kepalanya.
"Sadarlah!" gumam Irene dengan pelan.
Revano berjalan menunjukkan kamarnya kepada Irene, "Apartemenku memiliki 3 kamar sebenarnya, tapi dua diantaranya aku minta kepada sekretarisku untuk jadikan ruang kerjaku dan yang satunya sudah aku jadikan ruang alat musikku. Jadi, hanya ada satu kamar dan itu kamarku." Ucap Revano.
Irene mengedipkan matanya tidak percaya, 'What? Aku akan satu kamar dengan pria yang baru aku kenal?' katanya dalam hati.
Dengan penasaran Irene mengintip ke kamar Revano, sedangkan pria itu dengan santai berdiri di depan pintu kamarnya sambil bersandar dipintu kamarnya.
"A-apa kita akan satu kamar?"tanya Irene sambil memeluk tas yang berisi pakaiannya.
"Jika kau menginginkannya kita bisa satu kamar." Jawab Revano dengan sembarangan.
Irene langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak...Tidak! Aku bisa tidur di sofa saja." Ucap Irene langsung berjalan untuk diduduk tapi Revano menahan tangannya.
Dalam hati Irene berkata, 'Apa pria ini psikopat yang sedang berpura-pura baik padanya? Apa sebaiknya aku kabur saja?' tanya Irene dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE FROM THE DARKNESS (21+)
RomanceLOVE FROM THE DARKNESS mengangkat sedikit kisah tentang Toxic Relationship yang sering terjadi pada hubungan sepasang kekasih. Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama dan tempat, mohon dimaklumkan karena itu hanya kebetulan saja. Ceri...