mulai cinta?

1.1K 51 53
                                    

Beberapa bulan sesudah Wida kembali ke Belanda.
Wida masih beraktifitas seperti biasa. Hanya saja, ada sesuatu yang menarik.
Wida setiap malam, sering berbincang dengan Bram. Bahkan, sering video call.
Hari ini, Bram datang ke tempat Wida. Libur nasional di Belanda, mereka berjanji untuk one day trip.
Bram sampai di tempat wida, dan duduk di ruang tunggu.
"Anda tidak bawa baju ganti?" Bram bertanya pada Wida.
"Kita tidak menginap kan?"
"Memang tidak, tapi apakah tidak cukup persiapan bila nanti baju anda kotor?"
"Ah, benar juga. Kita akan pergi ke beberapa tempat. Tunggu sebentar."
Wida membawa bajunya dan bersiap.
"Bram, saya sudah siap." Wida tersenyum mengajak Bram.
"Baik. Ayo, kita pergi." Bram beranjak dari tempat duduknya.
Hari ini dimulai dari tempat satu dan lainnya, negara satu dan lainnya.
Wida dan Bram bagaikan sepasang kekasih yang baru. Mereka terlihat sedikit canggung, namun menikmati waktu bersama.
"Bagaimana kabar Mr. Kim? Apakah dia masih mendekati Anda?" Entah kenapa, Bram bertanya tentang lelaki yang kurang disukainya. Bukan karena Kimmy jahat, namun rasanya posisi Bram terancam jika Kimmy membuat Wida luluh duluan. Apalagi Kimmy memenangkan hati Mike.
"Dia baik2 saja. Masih banyak pekerjaan. Kenapa?"
"Artinya, dia tidak akan banyak waktu berkencan dengan anda."
"Kamu masih sama ya, nak. Kimmy bukan kekasih saya. Apalagi di usia segini." Wida menyanggah
"Kalau begitu, apakah sekarang ini kita sedang berkencan?" Tanya Bram semakin berani.
"Itu tergantung pada pikiranmu. Jika kamu anggap ini membuang waktumu, ya akan tetap seperti itu. Jika kamu anggap ini kencan, ya akan seperti itu." Jawab Wida menggantung.

Wida dan Bram menuju destinasi pertama mereka di Lille, Prancis. Palais des beaux art, museum terkenal yang sudah lama ingin mereka lihat. Setelah puas, mereka menuju katedral Notre Dame dan berfoto ria. Sepanjang perjalanan ini, Wida tak melepas lengan Bram dari tangannya, seakan takut bila mahasiswa itu hilang dari induknya.
Bram sendiri menikmati waktu dimana Wida menarik dirinya bila ia sedikit melenceng dari tujuan mereka, seakan-akan dirinya orang penting melebihi Kimmy.

Setelah berputar-putar di Prancis, Wida dan Bram masuk ke dalam bar kecil. Wida pergi ke toilet untuk berganti pakaian yang sudah penuh keringat seharian ini.
Sedangkan Bram menunggunya memesan minuman.

"Maaf lama menunggu." Wida menghampiri Bram.
"Kau cantik sekali." Bram tak henti melihat Wida.
"Aku lebih tua darimu. Jangan seenaknya memanggilku seperti memanggil teman sebaya." Protes Wida sedikit bercanda.
"Ayolah, bahkan ibu lebih terlihat muda dibandingkan mereka."
"Kamu kebanyakan minum alkohol."
"Saya bahkan belum minum, Bu."
"Kamu menikmati liburan ini?" Tanya Wida sembari menatap Bram.
"Sangat menikmatinya. Semuanya saya nikmati, apalagi saat anda tidak melepaskan gandengan anda di tangan saya." Jawab Bram mantap.
Mendengar itu, Wida kelabakan, sedikit malu mendengar tentang refleks tangannya.
"Ah, maafkan saya. Saya tidak sadar."
Pipi Wida sedikit memerah.
"Anda tidak bersalah, saya juga menikmatinya. Saya menyukainya, saya harap itu tidak berakhir." Bram tersenyum pada Wida, digenggamnya tangan Wida, dan bibirnya mendarat di punggung tangan Wida.
"Saya akan tetap menunggu anda."
Setelah minum dan berbincang, mereka pulang menuju tempat Wida, namun tampaknya Bram tidak terlalu kuat lagi untuk pulang ke kotanya, sehingga Wida membopongnya ke dalam kamar dan menaruhnya di kursi.
"Maaf Wid, aku cinta kamu. Apapun alasannya aku ga akan biarin Lo direbut siapapun." Bram yang mabuk, meracau tidak jelas. Wida melihat Bram dan berpikir kembali,  apa yang membuat Wida percaya pada anak ini, mengapa perasaan takutnya tidak sebesar rasa takut Wida saat bertemu dengan Erick. Wida kembali ke ranjangnya, untuk tidur. Dibiarkannya Bram di kursi, karena tak mungkin baginya tidur satu ranjang dengan Bram. Dirinya juga sudah kelelahan, namun Wida masih menyempatkan diri untuk mandi. Setelah mandi, Wida berganti pakaian, serta memberikan selimut untuk Bram. Ditatapnya mahasiswa yang ia anggap lebih cocok menjadi adiknya ketimbang obsesi Bram sebagai pasangan, mata Wida sedikit demi sedikit mulai berat dan pada akhirnya mereka tertidur lelap.
***
Sedangkan Kimmy sedari tadi gusar karena Wida tidak memberinya kabar apapun sedari tadi.
Kimmy khawatir, dikarenakan pernikahan Erick yang seumur jagung  mengalami masalah, pelayan yang ditiduri Erick, hamil. Ibu Erick sendiri mencari Wida, ingin mengetahui apakah Wida juga akan hamil anak Erick. Ia berharap Wida hamil anak laki-laki, agar pelayan tidak dapat mewarisi banyak uang Erick.
Kimmy berusaha menyembunyikan Wida dari Erick dan keluarganya,ia tidak ingin Wida dipaksa untuk melahirkan anak Erick. Wida memang hamil, namun ia bertekad akan menggugurkan atau memberikan anaknya ke orang lain.
"Kimmy!! Mana Wida?? Dimana anakku?" Erick datang ke apartemen Kimmy.
"Saya tidak tau. Dan Atas dasar apa anda bilang anak anda?" Kimmy berusaha agar tetap tenang. Kalau kandungan Wida diketahui Bram, maka bisa saja Bram akan menikahi Wida, karena istri Bram dinyatakan infertil.
"Saya yakin Wida hamil. Pelayan rendahan itu Hamill.." Erick histeris
"Pelayan itu melakukannya denganmu tidak satu kali. Jelas hamil. Sedangkan saya yakin Wida tidak hamil anak dari anda."
****
Wida bangun pagi, dilihatnya Bram sudah menyiapkan sarapan.
"Kenapa tidak membangunkan saya?"
"Saya tidak mau mengganggu anda. Pasti capek membopong saya."
"Tidak juga. Terima kasih sudah mau repot disini." Ujar Wida tulus.
Kebahagiaan pagi itu harus berakhir karena ketukan pintu dari Kimmy.
Kimmy terkejut, namun berusaha tetap tenang.
"Wida, saya datang kesini karena Erick mencarimu. Sepertinya anda harus segera mencari tempat lain. Ibunya bahkan mencarimu dan menagih perjanjian. Rencananya, ia akan menikahimu. Ia tidak hanya ingin anak bila nantinya istri Erick tidak kunjung hamil. Lalu anak itu mengapa disini?"
"Oh, Bram kemarin tidak sempat pulang. Untuk masalah Erick, apakah akan lebih baik, saya segera gugurkan kandungan ini?"
Bram kaget bukan main, Wida hamil.
"Bu, anda hamil?"
Wida melupakan Bram, Bram tidak mengetahui apapun.
"Bram, selesaikan sarapanmu. Pulanglah."
"Wida, maaf." Kimmy merasa bersalah, Bram mahasiswa Wida, bisa panjang urusan Wida di kampus Indonesia. Sedangkan Wida hanya diam, Gusar mendengar kabar ini. Disatu sisi, ini adalah anak pertamanya, anak yg dinantikan saat dia menikah dengan Wira. Namun disisi lain, ia tidak ingin anak dari Erick. Memikirkannya saja sudah membuat dirinya sakit kepala.
Perlahan, Wida mulai pusing, rasanya kepalanya bertambah bobotnya.
"Wida, anda baik-baik saja? Apa yang sakit?" Kimmy memegang Wida, takut Wida jatuh.
"Bu, ibu sakit Bu? Ibu mau dibawa ke rumah sakit?"
"Tidak, saya baik-baik saja." Namun Wida hilang kesadaran.
****
"Apa yang sebenarnya terjadi Mr. Kim?" Bram mencecar Kimmy, seusai mereka sampai di rumah sakit.
"Wida, hamil. Saya kira, kamu sudah mengetahuinya, mengingat anda cukup dekat akhir-akhir ini. Namun sepertinya Wida menganggap anda belum bisa mengerti keadaan dirinya."
"Apa maksudnya, saya lebih muda dari kalian?" Tanya Bram.
"Mungkin saja, namun anda sendiri tau, apa konsekuensi yang didapat dosen anda. Dan juga, anda terlihat seperti teman adiknya. Anda tidak ada urusan dalam kasus ini." Tegas Kimmy.
Kimmy benar, Bram sendiri mengakui bahwa dirinya bukanlah siapa2 Wida. Setidaknya sampai hari ini.
"Apa yang bisa saya bantu?" Ucap Bram
"Rahasiakan semua hal yang anda ketahui sekarang. Lalu, sebaiknya anda harus menjaga privasi Wida, dengan tidak seenaknya mengajak dirinya pergi ke tempat-tempat sembarangan yang bisa membahayakan Wida."
Bram mengangguk, paham situasi yang terjadi.
"Apakah saya boleh meminta nomor WA anda? Eh, jangan salah paham. Hanya untuk berjaga-jaga." Ucap Bram.
"Baik, silahkan."
Setelah melihat bahwa kondisi Wida sudah cukup baik, mereka kembali membawa Wida pulang.
"Kamu masih di sini Bram?"
"Iya, Bu. Saya akan bantu ibu. Apapun itu."
"Ya." Wida yang masih lemas hanya menjawab singkat dan tidur di mobil.
Perasaan Bram sangat tidak nyaman, dalam pikirannya banyak yang berkeliaran, kenapa Wida hamil dll.
Namun yang pasti, Bram akan membuat perhitungan dengan Erick.
*****
Maaf, saya kembali lagi.
Setelah sekian lama mungkin sudah tidak ada yang berminat ataupun mengingat cerita ini. Namun, saya hanya ingin membuat cerita ini rampung.
Banyak hal yang membuat kendala update cerita ini.
Tadinya ingin ku skip, atau ku endingkan secara garis besar saja.

Terima kasih untuk para pembaca yang masih membaca. Terima kasih juga yg pernah membaca.
Untuk yang sudah tidak mau membaca namun terganggu notif nantinya, maafkan saya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful Widow (Dosenku, Cintaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang