Welcome and thank you for joining me to the new story About Us.
Don't forget to tap the star (⭐) before or after you read this chapter.
Now let's start!
•
“Yuta,”
Dia yang sibuk dengan ponsel menggumam. Gue hela napas pelan, mencoba untuk nggak terbawa emosi dan membentak. Pasalnya ini udah ketiga kalinya gue panggil namanya tapi yang keluar hanya gumaman gak jelas tanpa adanya perhatian yang berarti.
“Yuta, bisa nggak sih dengerin aku dulu?” tegas gue. Yang untungnya berhasil buat dia seketika tatap gue dalam diam.
Masih dengan aksi diam, hingga akhirnya helaannya mengudara lalu buang ponselnya ke atas sofa dan berikan perhatian yang sejak tadi gue butuhkan.
“Kenapa?” sahutnya. Terkesan malas, namun itulah cara dia meredam emosi, gue tahu itu.
“Boleh aku jujur tentang sesuatu?”
Dahinya mengerut, lalu memberiku kode agar melanjutkan dengan gerakan dagunya. Gue ambil napas lalu buang perlahan. Jujur itu mudah sebenarnya, tapi lihat apa efek dari kejujuran gue nanti yang susah.
Karena gue termasuk orang yang nggak tegaan. Tentu gue nggak mau sakitin hati Yuta dengan ini.
“Kenapa sayang?”
Kepala gue menunduk seketika, berat banget akuin yang sebenarnya ke Yuta. Karena gue tahu, rasa cintanya ke gue udah nggak perlu dipertanyakan.
Yuta itu cinta mati ke gue.
Bukan gue melebih-lebihkan, tapi dari kesaksian beberapa temannya serta perlakuan dia ke gue aja udah menyakinkan bahwa gue termasuk dalam orang istimewa bagi dia.
Dengan ragu gue mendongak untuk tatap wajahnya yang masih penuh tanya, hingga gue pun sanggup untuk berucap,
“Ayo putus.”
Gue udah duga ekspresi wajahnya akan seperti apa. Mendelik nggak terima dan penuh pertanyaan dengan ‘Kenapa?’.
“Yuta maaf, tapi.. aku udah nggak ada rasa apapun ke kamu. Karena itu dari pada—”
“Siapa?”
Gue mengernyit, “Apa?” tanya gue.
Yuta embuskan napasnya lebih dulu sebelum tatap gue dengan mata tajamnya itu. Yang jujur, buat gue sedikit bergetar.
“Kamu bilang udah nggak suka sama aku. Lalu siapa yang kamu suka sekarang?”
Gue terdiam, membeku. Haruskah gue jujur?
“Buat siapa.. perasaan kamu sekarang Y/n?” tegasnya sekali lagi.
Tapi gue masih bungkam. Memilih alihkan pandangan agar nggak bersitatap dan terdiam. Biarkan Yuta menerka-nerka yang nggak pasti dengan segala keingintahuannya akan alasan sebenarnya gue ingin mengakhiri hubungan.
“Aku bakal pulang, maaf.” kalimat itupun yang akhirnya sanggup gue lontarkan. Gue beranjak bangun dan berjalan keluar rumahnya yang sunyi kali ini.
Helaan beratnya masih gue dengar hingga suaranya yang bergetar membuat langkah gue terhenti.
“Aku antar kamu pulang.”
Gue tahu dan yakin bahwa Yuta menahan kesal saat ini. Sakit hatinya masih baru, dan sekarang justru sang pembuat sakit hati itu ada bersamanya.
Motor merah yang melaju tenang beserta suara kendaraan lainnya menjadi musik latar kebisuan kami di perjalanan.
Walaupun begitu, gue jadi merasa bersalah. Sejak awal memang harusnya gue harus jujur. Entah itu dengan Jaehyun ataupun Yuta.
Gue harusnya nggak serendah ini. Tapi kalau gue ungkapkan kebenarannya.. apa Yuta masih bisa menerima? Bukan hanya sekedar gue yang menambah sakit hatinya, tapi juga tentang bagaimana nasib Jaehyun nantinya.
Yuta.. bukan lelaki yang mampu relakan perempuannya direbut orang lain. Jika iya ini tentang lelaki lain, udah dipastikan Jaehyun nggak akan aman dari terjangan Yuta.
Terlepas dari kembalinya gue atau nggak dalam hidupnya, Yuta akan tetap melakukan. Dan gue.. nggak mau Jaehyun terlibat masalah apapun dengan Yuta.
Enggak selama gue tetap mengunci mulut.
---
To be continued.
Monday, 31 august 2020
—regard, Day
8 october 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Capture • J. Jaehyun
Fanfiction[ Jung Jaehyun and You ] • Jadi orang paling beruntung di Dunia itu bukan karena lo di cintai oleh dua orang tampan sekaligus, Tapi jika satu di antara mereka mampu buat lo yakin dan pasti untuk jalin hubungan yang lebih rumit selanjutnya. . ❝Aku h...