[9+] Situasi Membunuh

295 59 2
                                    

Welcome and thank you for joining me to the new story About Us.

Don't forget to tap the star (⭐) before or after you read this chapter.

Now let's start!

Gue pernah bilang, meskipun gue bersama Jaehyun, Yuta nggak akan tahu— dalam waktu yang lama.

Tapi sepertinya Tuhan teramat menyayangi Yuta hingga memberi kesempatan baginya untuk melihat jauh lebih cepat dari apa yang gue perkirakan dan harapkan.

Jaehyun, yang baru keluar dari dalam mobilnya bertemu dengan kami. Yuta mengerutkan keningnya, matanya bergulir untuk mencari jawaban dari gue yang terdiam bisu.

Helm terlepas, Yuta turun dari motornya dan berjalan mendekat ke arah gue.

“Siapa?”

Pertanyaan simpel tapi sarat akan keraguan untuk gue jawab yang sejujurnya. Harusnya mudah namun jika tahu siapa yang bertanya barusan buat hati gue kikuk. Gak berani mengungkap fakta.

“Y/n, aku tanya kamu dia siapa? Saudara? Atau.. simpenan?” tatapan menuntut serta ketegasan dalam nadanya mampu menggetarkan bibir gue yang hendak berucap.

Lantas rangkulan lembut pada pundak gue pun membuat mata gue membulat dan segera berputar arah untuk menghadap sang empu tangan.

“Pacar gue.”

Jung Jaehyun, kamu udah salah untuk pancing keributan dengan Yuta.

Detik itu juga tarikan paksa pada kerah kemeja hitamnya pun melontarkan satu tinjuan mengilukan di rahangnya. Jaehyun mendesis, Yuta kembali tegapkan tubuh Jaehyun yang sempat oleng untuk kembali ia cengkeram.

Menatap Jaehyun penuh intimidasi. Namun sekalipun Jaehyun nggak berkedip, tatapan balasan dia kirimkan pada Yuta yang masih memandangnya marah.

“Udah berapa lama lo bareng dia?” tekan Yuta.

Gue yang cuma bisa menyaksikan pertengkaran mereka itu menggigit bibir khawatir. Gue nggak mau mereka sampai babak belur dan luka di mana-mana. Tapi gue juga harusnya ingat, bahwa yang menempatkan mereka dalam situasi buruk di pertemuan pertama ini adalah gue.

Jadi harusnya gue sadar, bukan Jaehyun yang salah pancing keributan dengan Yuta, melainkan gue.

“5 bulan.” jawab Jaehyun tanpa gentar.

Sesaat jawaban terlontar, Yuta mendecih dan tatap gue yang masih khawatir dalam diam. “Simpenan ternyata?” ungkapnya dengan senyuman miring yang gue harap nggak pernah dia tunjukkan lagi ke gue setelah ini.

Mengerikan.

“Kita lihat sejago apa simpenan lo.”

Dan kembali satu tinjuan kuat mendarat, kali ini di pipi kanan Jaehyun. Cengkeraman Yuta terlepas karena Jaehyun yang terlontar ke belakang dan Yuta pun memandang Jaehyun remeh.

“Ayo tarung sama gue, sehebat apa lo sampai berani rebut cewek gue!”

Dan seruan terlambat gue pun percuma, karena mereka abaikan itu dan tetap bertarung. Tangis gue mulai pecah, gue nggak ikhlas saksikan mereka perlahan babak belur dan tahan sakit.

Yuta, meski gimana pun dia itu orang yang baik. Terlalu baik, meskipun kadang kasar dan pemaksa, tapi kalau udah tetapkan hatinya pada seseorang maka dia akan setia sampai akhir.

Dan gue bodoh untuk hancurkan hatinya yang tulus itu cuma karena egoisme gue yang udah lelah sama perlakuannya yang mengekang. Kalau gue baik, harusnya gue beri tahu dia tentang apa yang gue rasakan.

Tapi memang Tuhan terlalu sayang sama Yuta, maka dengan begini dia akan dapat seseorang yang lebih baik nantinya. Tentu, yang lebih setia dan mampu bertahan bareng dia selama mungkin.

Jaehyun dengan lebam di pipi kanan serta sobekan di sudut bibirnya menoleh ke arah gue yang masih menangis tertahan.

Mata kami terpaku satu sama lain selama beberapa detik sebelum tinjuan Yuta kembali menghantam rahangnya.

Yuta yang juga telah luka di mana-mana tersenyum miring, “Mata lo jangan meleng.”

Jaehyun yang jatuh terduduk menyeka sudut bibirnya yang kembali berdarah dan tatap Yuta dari bawah dengan pandangan tegasnya.

“Cukup. Jangan berantem lagi.”

Yuta menaikkan satu alisnya, menatap Jaehyun yang berusaha berdiri dan kembali bersitatap dengan Yuta.

Ekspresi kuat dari keduanya buat gue masih khawatir, hingga Jaehyun kembali melanjutkan,

“Enggak di depan cewek.”

Setelahnya hening melanda, hanya isakan tangis gue yang masih tersisa mengisi indra pendengaran kami. Yuta mengalihkan pandangannya ke arah gue dan detik itu juga tatapan tajam itu mengendur.

Dan dengan itu Yuta mendecih, bergerak cepat kembali ke motornya yang ada di depan gue dan pasang helmnya.

Sekali lagi dia kembali melihat ke arah gue yang berusaha mungkin tenangkan sesak di dada akibat tangis yang menggebu barusan.

Dia menunduk sekilas, lantas menaiki motornya dan terdiam.

“Kamu pilih dia kan?” ucapnya. Gue masih diam.

“Kalau gitu aku pergi, semoga kita nggak ketemu lagi.” sambungnya dan berlalu cepat dari hadapan gue dengan motornya.

---

To be continued.

Tuesday, 1 september 2020

aku ngga banyak omong buat cerita ini ya, wkwk. so everyone tomorrow is the last chapter. ♥ thx u 4 loving this✨

—regard, Day
9 october 2020

[1] Capture • J. JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang