Hany memainkan sendok dan garpunya. Melirik ayah dan ibunya bergantian. Hany benar-benar tidak memiliki nafsu makan hari ini.
"Kamu kenapa, Hany?" tanya ibu Hany saat menyadari putrinya tidak mencicipi satu suap makanannya.
"Ibu kok cuek banget ama Hany?" jawab Hany membingungkan.
"Cuek gimana, Hany? Hmm?" Puncak kepala Hany dibelai oleh sang ibunda lembut.
"Kemarin Hany ikut olimpiade, masa Ibu gak nanyain." Hany memanyunkan bibirnya marah.
"Ohh itu. Hany dapet juara berapa?" tanya sang ibunda menggunakan nada lembut.
"Juara dua," jawab Hany terisak.
"Loh kok bisa?! Anak Ayah harusnya dapat juara satu," tanya ayah Hany sok dramatis.
"Apaan sih, sok dramatis," ledek sang ibunda membuat Hany juga ayahnya tertawa.
"Anak Ayah kan udah pinter dari dulu. Malah kamu tuh udah pinter sejak masih sperma," ucap sang Ayah membelai lembut kepala Hany.
"Ngomong apaan sih, gak jelas banget," gerutu ibu Hany meneguk minumannya.
"Lah kan Ayah bener, Hany pernah menang lomba berenang dari ribuan perserta yang bisa jadi sodara kamu," jelasnya mengundang tawa semua orang yang ada di sana.
"Nah, gitu dong senyum. Jangan cemberut melulu," tutut Ayah Hany memandang wajah cantik Hany saat tersenyum.
"Emang soalnya susah banget sampe kamu gak dapet juara satu, hm?" tanya ayah kembali ke topik.
"Gak tau ih, pokoknya Hany gak mau kuliah sama anak itu," ujar Hany mulai berbicara ngawur.
"Anak itu siapa, Han?"
"Itu loh Bu, yang dapet juara satu," jelas Hany memberi pengertian.
"Ya udah kalo gak mau kuliah nikah aja ya."
***
Hary melambaikan tangannya pada bis yang lewat. Namun bis itu malah terus berjalan seolah tidak melihat ada seseorang yang hendak naik.
"Ahh sial," umpatnya melihat bis yang berlalu begitu saja.
Kring kring....
Suara bel sepeda Hany terdengar begitu nyaring sehingga orang yang mendengar menoleh seketika."Hary? Butuh tumpangan?" tawar Hany melirik kursi penumpang.
"Hmm, boleh deh. Tapi gue di depan ya," sahutnya.
Hany mengangguk dan langsung turun dari sepedanya dan duduk di belakang.
"Har, agak cepetan dikit dong gowesnya," titah Hany sambil menepuk nepuk punggung Hary.
"Santai aja kalik, bel sekolah juga masih lama," jawab Hary seenak jidatnya.
"Serah lo deh!"
"Eh Han, gue mau ngomong," ucap Hary berdeham.
"Ngomong apa?" Hany menghela napas saat Hary malah semakin memperlambat laju sepedanya.
"Selamat ya, kayaknya lo bakalan jadi yang nomer satu di universitas Mahentra," tuturnya memberi selamat.
"Maksud lo?" Hany menaikkan satu alisnya tidak paham.
"Lulus SMA gue nikah jadi gue gak kuliah." Singkatnya memasang wajah murung.
"Ih gue juga!" sahut Hany histeris.
"Beneran? Sama siapa?" tanya Hary penasaran.
"Gak tau lah," jawab Hany mengendikkan bahu acuh.
"Jangan jangan dia jodoh gue," batin Hary mengira-ngira.
"Tapi ya, kalo gue punya pacar kemungkinan nyokap gue bakal batalin sih," usul Hany membuat jantung Hary berdegup kencang.
"Gue juga mikirin hal yang sama," tambah Hary.
Hany terdiam menatap jalanan. Lantas ia tersadar kenapa dirinya merasa begitu nyaman dengan Hary padahal ia baru kenal. Biasanya Hany cenderung pendiam jika bersama orang baru.
"Han, lo bener bener mau kuliah?" tanya Hary membuyarkan lamunan Hany.
"Iya," jawab Hany singkat.
"Kalo lo punya pacar nyokap lo bakal batalin pernikahannya?" sekali lagi Hary berhasil membuat suasana menjadi tegang.
"Hmm." Dengan ragu-ragu Hany menganggukkan kepalanya.
"Kalo gitu, mau gak lo jadi pacar gue?"
DEG!
Jantung Hany berdetak tiga kali lebih cepat dari biasanya. Aneh sekali, padahal ia pun sering mendapat pertanyaan seperti itu dari banyak laki-laki. Namun, baru kali ini ia merasa canggung. Hany mematung tidak dapat berkata-kata. Ada apa dengan diri nya? Mungkin itu efek belum sarapan pagi. Tapi ini keterlaluan karena degup jantungnya semakin kuat.
"Han?" panggil Hary masih tidak digubris.
"Han?" Sekali lagi Hary memanggil.
"Hany?!" Kini Hary menaikkan satu oktaf nadanya, tapi yang dipanggil lebih memilih memandang aspal dari pada mendengarnya.
"HANY ISABELLA!" teriak Hary akhirnya mampu membuat Hany tersadar.
"Iya?" tanya Hany spontan terdengar begitu ambigu di telinga Hary.
"Iya?" beo Hary memastikan.
"Iya, kenapa?" sontak Hary mengembangkan senyumnya bahagia.
"Ingat tanggal ini baik baik ya Han. Mulai hari ini kita resmi PA.CA.RAN" titahnya menekankan pada kata pacaran.
"Eh?" Hany berpikir sejenak berusaha mencerna kejadian yang baru ia alami. Apakah ada yang terlewat?
Ah, ternyata Hary memberikan pertanyaan padanya tadi. Karena Hany melamun spontan Hany menjawab iya. Dan sebenarnya Hary salah paham. Namun, melihat Hary begitu bahagia ia memilih diam saja dan menerima kenyataan kalau saat ini mereka sudah menjalin hubungan khusus.
Citt...
Mereka telah sampai di depan SMA Emas. Hany segera turun dari sepeda dan menatap Hary lekat-lekat.
"Kok gue turun duluan?" tanya Hany dengan polosnya.
"Sepeda lo gue bawa ke sekolah ya, biar gue bisa jemput lo nanti pulang sekolah." Hary mengembangkan senyumannya sementara Hany tertawa kecil.
"Beneran ya? Kalo lo ngerusakin sepeda, kita putus," ancamnya membuat Hary bergidik ngeri.
"Siap Tuan Putri, sepeda anda akan aman bersama saya. Saya pamit dulu," pamit Hary dramatis langsung mengayuh sepeda kencang.
"Bentar lagi bel masuk," batin Hary.
Hany berbalik badan saat Hary sudah pergi menjauh dari sekolahnya. Belum sempat ia memasuki kelas dirinya sudah disambar si mamah muda SMA Emas, siapa lagi kalau bukan Risa.
"ASTAGA HANY!! DIA YANG KEMARIN KAN? LO YAKIN DIA BUKAN SIAPA-SIAPA??" tanya Risa histeris seperti baru mendapat mobil gratis.
Nampaknya Risa sudah memata-matai Hany sejak baru sampai di sekolah. Dasar kepo.
"Dia yang kemarin memang bukan siapa-siapanya gue. Tapi dia yang hari ini udah jadi milik gue," ucap Hany asal sambil tersenyum manis.
"Wouww, dia orang yang mau nikah sama lo?" tebak Risa.
"Bukan, eh mungkin?" Hany menggeleng kuat lalu menaruh kedua tangannya di telinga dan berlari kencang menuju kelas. Sebab Hany tau apa yang akan terjadi selanjutnya jika membuat seorang Risa mamah muda penasaran.
"HANY! LO UTANG CERITA SAMA GUE!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cat Stealth Secret
FantasyMiaw, seekor siluman kucing yang berpetualang untuk memecahkan kutukan dan kembali menjadi wujud semulanya. Ditemani Hany, gadis SMA pecinta kucing. Melewati portal, kembali ke masa lalu, masuk ke dunia fantasi.