Epilog

78 12 0
                                    

8 tahun kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

8 tahun kemudian...

Meong! Meong!

Hany datang ke teras rumah dengan membawa ikan dan nasi untuk di berikan kepada kucing liar yang merengek rengek.

"Makan yang banyak ya" ucap Hany pelan sambil menatap kucing kucing itu makan dengan lahap

"MAMA!" teriak seorang gadis kecil sambil membawa bunga di tangan nya

"Vienn, kamu dapet bunga dari mana?" tanya Hany terkejut melihat putri nya membawa bunga yang begitu cantik

Gadis kecil tersebut adalah Vienn, anak pertama dari Hary dan Hany. Wajah nya mirip dengan Hany namun sifatnya agak mirip dengan Hary.

"Dari situ" bisik Vienn menunjuk halaman rumah tetangga nya

"Udah minta ijin belom?" tegas Hany menggeleng gelengkan kepala

"Udah kok, Zahra yang ngasih ke aku. Buat mama" Vienn memberikan bunga tersebut pada Hany

"Hm, makasih Vienn" Hany menerima bunga itu sembari mengacak ngacak rambut Vienn

Hany kembali masuk ke dalam rumah. Sementara Vienn masih terduduk di teras rumah, kucing kucing itu terlihat sangat lucu saat sedang makan.

Ada tiga ekor kucing yang datang setiap hari nya. Yang pertama berwarna putih bersih, sepertinya itu induk nya. Lalu anak anaknya yang betina berwarna putih sama seperti induknya. Dan anak yang satu lagi jantan, ia adalah anak yang langka karena memiliki tiga warna.

"Vienn" panggil seorang gadis kecil di depan rumah Hany

"Sini Ra" Vienn melambaikan tangan, mengajak gadis bernama Zahra itu masuk

Zahra adalah anak pertama dari Gilang dan Rara. Mereka memang bertetangga agar tetap akrab sampai tua.

Vienn dan Zahra seumuran, hanya beda beberapa bulan saja. Kini usia kedua nya tujuh tahun.

Zahra memasuki halaman rumah Vienn lalu duduk di sebelah Vienn. Ia tersenyum menatap kucing kucing itu.

"Lucu" ucap Zahra pelan

"Ra, main yuk" ajak Vienn bosan

"Main apaa?" tanya Zahra masih fokus menatap kucing

"Tunggu sini ya" Vienn bangkit ke dalam untuk mengambil beberapa boneka koleksi nya

Tak lama kemudian Vienn datang kembali bersama boneka boneka nya. Juga mengambil mainan masak masakan yang memang sengaja di letakkan di teras.

Zahra tersenyum senang melihat boneka boneka lucu itu. Ia pun mendekat pada Vienn.

Mereka berdua terlihat sangat senang memainkan mainan nya. Beberapa kucing sudah selesai makan. Kucing kucing itu tidak punya pekerjaan juga rumah. Jadi mereka bersantai di teras rumah Vienn.

Niat usil Vienn tumbuh di benak nya. Ia mengusap perut kucing dengan kaki nya. Padahal ia tau kucing sangat sensitif jika di sentuh perut nya.

Meong!

Darah segar mengalir dari kaki Vienn akibat terkena cakaran dari si kucing. Merasa terganggu kucing itu pindah ke tempat yang lebih aman.

Zahra terkejut melihat itu. Ia berinisiatif untuk memanggil Hany yang tengah sibuk membersihkan rumah.

"Tante Hany!" teriak Zahra

Hany yang mendengar keributan itu segera keluar dari rumah. Ia mendapati kaki Vienn sudah berdarah. Dengan sigap ia membersihkan luka itu dengan air mengalir.

"Awh.. Awh.. Perih ma" erang Vienn menutup mata nya

"Makanya jangan nakal. Kamu apain tadi kucing nya?" nasihat Hany memukul bokong Vienn pelan

"Enggak di apa apain ma" bohong Vienn

Usai membersihkan luka Vienn. Zahra berpamitan pulang ke rumah karena ibu nya sudah memanggil.

"Ini dia, mama cariin kemana mana ternyata kamu yang ngambil" omel Hany memungut boneka kucing pemberian Arya yang malah di pakai main oleh anak nya

"Mama kan udah gede, ngapain masih main boneka" gerutu Vienn merapihkan mainan nya

"Kamu mana paham" Hany langsung masuk ke rumah dan menyimpan boneka itu di tempat yang tidak bisa di jangkau oleh Vienn

Vienn berdecih melihat tingkah mama nya yang bisa di bilang ke kanakan. Masa sudah besar masih main boneka.

"Vienn!" teriak Hary mengejutkan Vienn dari belakang

Aroma tubuh Hary sangat lezat seperti roti. Karena Hary memang baru pulang kerja dari toko roti milik ibu nya.

"Ayah, ngagetin aja" cibir Vienn masih merapihkan mainan nya

"Nih" Hary menyodorkan sekotak roti dari toko

"Roti lagi Yah? Gak ada yang lain?" tanya Vienn tidak bersyukur

"Ya udah kalo gak mau buat mama aja" Hary mengambil kembali roti nya dan ia berikan pada Hany

"Hany!" panggil Hary

Hany muncul dari dapur. Menyambut suami nya yang baru pulang kerja. Ia sangat senang setiap Hary membawakan nya roti.

Hany membuka kotak roti itu. Aroma khas roti yang baru dari oven itu menguasai rumah. Namun tiba tiba Hany menaruh kotak itu dan berlari ke kamar mandi.

Huekk.. Huekk..

Hany memuntahkan sarapan pagi juga makan siang nya. Hary khawatir, apakah aroma roti itu memuakkan sampai Hany muntah seperti itu? Buru buru Hary menyusul Hany ke kamar mandi.

"Kamu kenapa Han?" tanya Hary panik

Usai membersihkan mulut juga bekas muntahan. Hany berbalik menatap Hary sambil tersenyum. Ia memeluk erat Hary.

"Vienn mau punya adek" bisik Hany membuat Hary mematung sesaat, mencerna perkataan Hany

Setelah Hary paham wajahnya berubah bahagia. Ia menggendong Hany senang. Vienn yang baru datang dari teras masih membawa boneka pun mematung melihat orang tua nya yang tengah bermesraan.

"Ayah, mama, lagi ngapain?" pertanyaan itu membuat Hary menurunkan Hany dan menggendong putri nya

"Kamu mau adek?" tanya Hary langsung di angguki Vienn

"Sapa adek kamu di perut mama" titah Hary menurunkan Vienn

Tanpa ragu dan tanpa banyak berfikir lagi Vienn mengelus perut Hany sambil tersenyum.

"Adek?" panggil Vienn kemudian tertawa

"Vienn seneng gak?" tanya Hany menaik turunkan alisnya

"Senenglahhh!!" Vienn memeluk erat tubuh Hany bahagia

Begitulah akhir dari kisah cinta seekor kucing dengan majikannya. Tidak ada yang bisa menyangka kalau mereka akan hidup bahagia.

Semua tergantung pada taqdir. Meskipun mereka selalu mendapat berbagai rintangan mereka tetap kokoh untuk bersama.

Tuhan punya rencana yang terbaik untuk hambanya. Tuhan tidak mungkin memberi kebahagiaan tanpa luka.

~HAPPY ENDING~

Denpasar Bali, Minggu 30 Agustus 2020.

Salam manis
M. Aulia H.

Cat Stealth SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang