Bab 7

4.4K 646 167
                                        

Berhentilah pacaran dengan bungkus gombalan cinta, mulailah untuk serius menjalin hubungan dengan berani menjabat tangan orang tuanya di pelaminan.

-Kapan Nikah? -

@nurhoiriah16_

🕊🕊🕊

Astri terus menyalakan klakson mobilnya di depan rumah berlantai dua, berwarna putih. Rumah tersebut merupakan rumah kedua orang tua Fahmi. Namun penghuni rumahnya hanya ada Fahmi dan Asisten rumah tangganya serta satu orang satpam. Sedangkan orang tuanya saat ini sedang berada di rumah kakaknya yang berada di Surabaya dan menikmati liburan bersama di sana.

Sudah hampir setengah jam Astri menunggu Fahmi di dalam mobilnya, namun pria itu sama sekali belum keluar. Dia juga sudah menelpon, dan Fahmi hanya mengatakan sabar.

Astri tidak peduli para tetangga rumah Fahmi Marah karena dia terus membunyikan klakson mobilnya. Pasalnya perjalanan menuju Bandung suka macet, dan Astri tidak  ingin terjebak  kemacetan itu.

"Wooy!! Ratu jomlo berisik!" teriak Fahmi yang baru saja keluar dari rumah nya.

Astri pun tidak membunyikan klakson mobilnya lagi, dia mendengus kesal sembari menatap jengah ke arah Fahmi. Lalu Fahmi memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil, setelah itu masuk dan duduk di samping kursi pengemudi tepatnya di samping Astri.

"Wait, ngapain lo pakai jas?" tanya Astri setelah menyadari kalau pakaian Fahmi mengenakan kemeja putih dan jas berwarna silver.

"Kan, mau ketemu calon mertua pura-pura, gimana sih? Ya, harus rapih dong penampilannya," kata Fahmi sembari merapihkan jas nya.

Astri menepuk jidatnya. "Nggak harus pakaian formal juga kali!"

"Oh ya, Tri, saat gue ketemu nyokap, bokap lo, bilangin kalau jabatan gue itu CEO di kantor lo. Jangan bilang Stefan yang jadi CEO nya, tapi gue."

"Hmm... Iya, iya, lo juga harus ikuti skenario gue!"

"Oke, siapa takut!"

Astri pun mulai menancapkan gas dan melajukan mobilnya.

*

Hanya membutuhkan waktu kuranng lebih empat jam perjalanan, kini Astri dan Fahmi sudah berada di desa Pangalengan. Mata Fahmi berbinar cerah, dia sangat terpukau melihat pemandangan bukit-bukit hijau, hamparan sawah dan kebun teh sangat menyejukkan matanya.

"Ternyata desa lo, bagus banget Tri, ngapain lo jauh-jauh ke Jakarta, di sini nyaman, tanpa adanya polusi," kata Fahmi.

"Gue ke Jakarta, ya, nyari duit, kerja, gimana sih lo?" ucap Astri kesal.

"Hmm... jiwa wanita karir mah susah sih, yang ada pikirannya kerja, kerja, dan kerja terus sampai lupa cari jodoh, hahaha...." ledek Fahmi sembari tertawa.

Astri mengerem mobilnya secara mendadak sehingga kepala Fahmi terbentur ke jendela mobil.

"Buset, lo ngapain ngerem mendadak? Kepala gue sakit nih!" ucap Fahmi sembari memegangi kepalanya.

"Noh, lihat ada pasukan bebek yang lewat, gimana sih lo!" balas Astri kesal.

Fahmi melihat ke depan, ternyata benar ada segerombolan bebek sedang menyebrang jalan.

"Itu bebek nggak takut ditabrak kali ya, maen Lewat-lewat gitu aja."

Astri pun tertawa mendengarnya. "Namanya juga hewan, harusnya si pengendara yang sadar kalau ada bebek lewat, dia berhenti sebentar biar gak nabrak!"

Kapan Nikah? (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang