[2] Elegi🍁

368 63 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.

Terdiam seribu bahasa
Ditikam oleh hembusan yang berlalu
Kemudian memejamkan mata,
Lalu membayangkan asa ku melayang jauh.
-Anjani Lituhayu

Mega mendung mulai meratapi langit Jogja yang semulanya cerah. Para pedagang kaki lima serta para turis dan pengunjung di Malioboro mulai berlarian karena takut tubuh mereka kuyup akibat diserang oleh air hujan yang sudah siap untuk turun membasahi bentala Yogyakarta sore ini. Namun yang menjadi pusat perhatian adalah seorang gadis yang masih terduduk sambil melamun seakan tak menyadari langit yang sudah mendung pekat.

"Mba'e langite mendung nanti mbaknya kehujanan loh," Tegur salah satu pembersih jalanan.

"Ah ora popo pak, saya sengaja supaya tubuh saya ini kena air hujan." Jawab Anjani penuh senyum kepada si bapak paruh baya ini.

Akhirnya bapak paruh baya ini meninggalkan Anjani yang nekat untuk tidak berteduh.

Ya, gadis cantik ini bernama Anjani Lituhayu. Seorang peranakkan yang berasal dari keluarga keturunan asli Yogyakarta sekaligus sosok yang telah merasakan pahitnya sudut Jogja. Dari bagaimana cara Jogja memberikan rajaman hingga bagaimana cara Jogja menggores luka dihatinya. Bukanlah kenangan yang disodorkan oleh kota ini melainkan ruang hampa yang membuat batinnya kian tersedu. Hampir gadis ini gila akibat menanggung cinta, sampai-sampai Jogja hanya dianggapnya sebagai tikaman yang mampu menusuk raganya.

Lai Guanlin. Nama yang menjadi candu di setiap langkahnya, nama yang menjadi penyemangat untuk hari-harinya, serta nama yang mampu membuatnya merasa bahagia.

Tak pernah terpikirkan oleh Anjani jika pada akhirnya semua akan berakhir sekejam ini. Awal yang indah dan hari-hari yang menyenangkan tiba-tiba saja hilang dan lenyap seperti dibawa kabur oleh sang bandit kurang-ajar itu. Segalanya dimulai dari sini, pertemuan tak sengaja yang kemudian membawa Anjani pada asmaraloka.

Kala itu sore hari di depan kampusnya. Anjani terdiam meratapi hujan yang tak kunjung berhenti. Ingin rasanya gadis ini menerobos derasnya air-air ini, tetapi apalah daya karena ia tidak membawa apapun untuk dijadikan pelindung diri. Anjani berdecak memarahi air kiriman Tuhan ini yang sudah satu jam menahannya.

"Yaampun iki udah jam lima, kok hujannya ora berhenti yo," Ucap Anjani sembari menggosokkan kedua telapak tangannya pertanda jika ia merasa dingin.

Tapi tiba-tiba saja Anjani merasakan sesuatu seperti jaket yang membuat area lehernya terasa hangat. Segera ia berbalik arah untuk memastikan siapa gerangan yang sudah memberikan nya jaket penghangat ini. Ketika menoleh kearah kanan, netranya kemudian menatap legam kepada seorang pria dengan setelan hitam, yang tersenyum miring kearahnya. 'sempurna' satu kata yang kini terlintas di hati maupun pikiran Anjani. Rambut hitam, dipadukan dengan senyum manis, lalu satu sentuhan lagi di area mata nya yang terlihat begitu luar-biasa. Oh tidak ini bahkan terlalu mengagumkan untuk dipandang netra.

ASMARALOKA || JOGJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang