[12] Adyatma🍁

133 31 26
                                    

"Bandung dan suasana hati yang berubah-ubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bandung dan suasana hati yang berubah-ubah."
.
.
.
.
.
.
.

Bandung bagi Jaemin, adalah ruang teduh yang selalu memberikan lakonan orkestra yang dimainkan oleh semesta. Itulah yang menjadi penyebab mengapa Tuhan tersenyum ketika kota ini lahir. Bahkan terlalu banyak manusia dari penjuru Batavia dan sekitarnya mampir untuk mendengarkan merdunya nada semesta di negeri Bandung. Jogja yang telah berhasil menggembleng pemikirannya, serta Bandung yang telah membuat logikanya berputar-putar. Inilah cara semesta bekerja, terkesan santai namun nyatanya begitu luar-biasa.

Disini juga dirinya bertemu dengan seorang anak gadis lugu yang nyatanya begitu ayu. Logikanya pun tak kalah kuat dan luas dari Jaemin. Seorang anak hawa yang telah ditimpa kecewa beserta kemalangan yang membuat gadis itu hampir putus asa untuk sekedar bangkit.

Namun nyatanya takdir tidak selamanya kejam, karena perlahan sosok Anjani telah berhasil mengulum senyum yang tulus walau tak lebih dari hitungan lima, empat, tiga, dua, satu. Setidaknya luka yang awalnya menjerat seluruh raganya untuk membenci Jogja perlahan luntur karena dicuci oleh legamnya kesucian hati yang dimiliki gadis ini.

Dan kini gadis itu, Anjani Lituhayu tengah duduk disampingnya menggunakan dress berwarna biru muda. Kedua netranya yang cantik tengah menyipit kecil akibat terbuai dengan semilir angin yang berhasil menerbangkan beberapa helai surai hitam pekatnya. Ya, setelah kejadian sore itu kedua insan ini begitu intens dalam bertemu. Terkadang beberapa kali bertukar pesan lewat handphone untuk saling memberi kabar.

Anjani telah merasakan perubahan besar dalam dirinya setelah bertemu dengan Na Jaemin. Bahkan gadis ini sempat berpikir untuk kembali lagi menjejaki bentala keraton itu. Ia tak bisa membohongi hatinya yang memang rindu akan suasana dan sesuatu di Jogja. Jogja, yang menyimpan lawakan dan becandaan yang telah membuatnya hampir mati di tempat. Namun sekali lagi, Jogja tetap lah Jogja dengan segala keplegmatisan nya.

Banyak yang bilang, Jogja selalu terdiri dari pulang, angkringan dan rindu. Tidak salah kan jika seorang Anjani yang pernah membenci Jogja justru merindukan kota ini? Mungkin jika dirinya tidak gengsi ia akan berkata "Aku sangat membenci Jogja, di lisan ku saja. Namun pada hakikatnya aku begitu mengagumi kota istimewa ini,"

Begitulah gambarannya sekilas. Hati adalah tempat berkumpulnya rasa. Sumber dari semua reaksi bermula. Tidak bisa dipungkiri bahwa hati banyak memengaruhi tindakan-tindakan yang dilakukan manusia, meskipun logika banyak berperan di dalamnya.

Yang jatuh ada jatahnya pecah.

Yang patuh ada saatnya lelah.

Yang luluh ada waktunya patah.

Dan yang patah, bisa kembali luluh.

ASMARALOKA || JOGJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang