Bagian 24 : Reunian

4.7K 568 108
                                    

Memang pingsan. Dalam keterpakuan Lan Wangji akan kata-katanya masih bisa merasakan kondisi tubuh orang ini tidak berdaya. Suara Lan Wangji direndam kebisingan hujan ketika membalas perkataannya, "Untuk apa tubuhku, Wei Ying?"

Walaupun suaranya tidak dapat didengar, tangan Wei Wuxian tiba-tiba bergerak, perlahan-lahan melonggarkan kerah pakaian Lan Wangji dan menempelkan wajahnya di kulit Tuan muda Lan itu, seakan-akan tindakan ini menunjukan apa maksud perkataannya.

"...."

Mata Lan Wangji terbuka lebar. Daranya berdesir-desir saat dia mulai membawa Wei Wuxian ke dalam bopongan untuk menaiki Bichen dan terbang tinggi, menerobos derasnya hujan yang turun.

Sampai di penginapan, membaringkan Wei Wuxian di atas ranjang setelah melepaskan pakaiannya yang basah kuyup dan menyelimutinya dengan kain. Lan Wangji pergi keluar kamar dan kembali lagi dengan membawa seember air hangat dan duduk di tepian ranjang.

Genggamannya sudah berisi handuk basah ketika mulai mengelap muka Wei Wuxian. Dia tidak berani mengelap melewati batas leher dan pundak Wei Wuxian, selain hanya mengelap sepanjang tangannya, kemudian memasukan tangannya ke dalam selimut setelah meletakkan handuk basah di keningnya.

Ketika hendak menyingkirkan ember bekas meletakan handuk basah, lengannya tiba-tiba dipegang kuat, dia terjungkal, jatuh ke atas ranjang, nyaris menindih tubuh Wei Wuxian.

"....."

"Lan Zhan..."

Mata Lan Wangji berkedip sekali. Kedua tangannya menyangga tubuh dan menjadi tiang antar sisi Wei Wuxian, menghindari kejatuhannya. Sosok di bawahnya masih memejamkan mata, sama sekali tidak memperlihatkan tanda-tanda akan bangun. Dia mendesah, lalu turun dari ranjang.

"Lan Zhan...."

Tangan Wei Wuxian bergerak lagi, mengamit lengan Lan Wangji dengan seluruh tenaga dan menariknya kembali ke atas dirinya, lalu bergumam, "Tolong.... buat aku panas."

Telinga Lan Wangji memerah. Di balik kain selimut, dia merasakan tubuh Wei Wuxian menggigil dingin, bibirnya membiru hitam, hampir tidak memiliki titik darah merah.

"Lan Zhan..."

Bola matanya tiba-tiba melotot merasakan sepasang lengan masuk ke dalam pakaian selapisnya, melilit pinggangnya ketika menariknya ke turun. Dia benar-benar merasakan bagaimana suhu tubuh Wei Wuxian sekarang, pakaian selapisnya dikupas dan melemparkannya ke atas dinding sekat.

Dia menarik Wei Wuxian ke dalam pelukan dan menghangatnya seperti yang diminta sebelumnya. Suara igauan Wei Wuxian terdengar setelahnya, "Lan Zhan... bros itu, Ibuku yang memberikannya pada.... Paman... Itu- Itu milikku.."

"Ibumu?" Lan Wangji melayangkan pandangan keluar jendela. Petir menggelegar, melintang-lintang menentang tetesan hujan yang jatuh. Dalam keadaan seperti itu tidak memungkinkan ada orang yang pergi keluar, merobos dinginnya hari.

"Ummm.." Bibir Wei Wuxian berada di bawah tulang selangkanya, menempel di bekas cap sekte Wen. Entah dilakukannya secara sengaja atau hanya berdasarkan lewat mimpi, tetapi Lan Wangji merasakan jantungnya membadai, merusak ketenangan batinnya yang berpondasikan baja.

Bagaimana pu menyiksanya ini, Lan Wangji tidak terniat mengambil keuntungan. Dia hanya bergerak sedikit dan meninggalkan kecupan lembut di dahinya. Bibirnya terbuka ketika membenarkan selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua, "Beristirahatlah."

Barangkali demam Wei Wuxian memang berasal dari hujan dadakan dan membuatnya jatuh ke kondisi yang lemah.

Ketika Wei Wuxian terbangun, hari sudah pagi, sinar matahari menyusup melalui pintulasi jendela, memantul pada wajahnya. Sebelah matanya segera menyipit, meinimalisir kelebihan cahaya. Dia mendesah, memanggil nama, Lan Zhan.

[End] The Rebirth Of Patriarch YilingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang