Semuanya telah berubah. Hari-hari yang di jalani Haruto terasa hampa.
Biasanya ia akan menatap keindahan visual Junkyu ketika bangun tidur, memandikan Junkyu dengan air hangat, makan bersama Junkyu, bermain ps bersama, membaca komik bersama, hari-hari dimana Haruto menghibur Junkyu yang bersedih dan momen dimana Haruto yang selalu memeluk Junkyu ketika tidur, semuanya telah hilang menjadi kenangan.
Junkyu tidak akan ada lagi di hidup Haruto.
Bunda menatap nanar putra sulungnya yang sudah murung selama beberapa hari terakhir. Setelah kejadian lenyapnya Junkyu, Tuan bertanggung jawab untuk menjelaskan kejadian sesungguhnya kepada Bunda.
Awalnya Bunda tidak percaya dan menganggapnya lelucon. Namun setelah di pikir-pikir ada benarnya.
"Haruto... kamu boleh sedih tapi jangan sampai lupa makan," tutur Bunda yang berdiri di ambang pintu kamar sang putra.
Tak ada sahutan dari Haruto. Pemuda Watanabe itu hanya diam seraya memandangi pemandangan luar jendela dengan tatapan kosong.
Bintang-bintang diluar sana bersinar terang seperti mengejek keadaan Haruto yang sedang redup saat ini. Haruto ingat dulu Junkyu pernah mengatakan sesuatu padanya, tepat saat Junkyu dalam keadaan gelisah dan murung.
"Kamu pernah dapat pernyataan cinta dari seseorang gak?" Junkyu bertanya dengan netra yang terus menatap langit-langit malam.
Haruto menjawabnya dengan tawa, "Sering malah. Tapi aku tolak semua."
"Kenapa?"
Kepala Haruto menoleh ke samping, menelusuri setiap struktur wajah indah Junkyu, "Karena mereka gak ada yang bisa bikin aku nyaman, kecuali kamu."
Jawaban tersebut sukses membuat Junkyu terkekeh geli. Mereka baru saja bertemu, tetapi Haruto sudah seberani itu menggodanya.
"Kalau suatu saat aku ninggalin kamu, pasti kamu akan cari orang baru yang bisa bikin kamu nyaman kan?"
Kening Junkyu berkerut heran ketika Haruto menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Yang lebih muda mengangkat sebelah tangannya pada pucuk kepala Junkyu dan mengusapnya lembut.
"Aku gak pernah ngerasain suka ataupun cinta sama seseorang. Tapi waktu aku ketemu kamu... entah kenapa aku ngerasain perasaan aneh yang gak pernah aku alami sebelumnya. Aku pikir mungkin ini rasanya love first sight ke seseorang."
"Jadi...?"
Haruto menatap Junkyu serius, "Jadi sekalipun kamu ninggalin aku, aku akan tetap disini nungguin kamu balik Kyu."
Benar. Sampai sekarang pun Haruto masih menunggu Junkyu kembali padanya seperti orang bodoh. Jelas-jelas Tuan beserta Jeongwoo hingga Junghwan sering menyadarkannya untuk melihat masa depan yang akan datang, bukannya melihat kebelakang. Tetap saja Haruto menulikan telinganya dari perkataan mereka.
Ia yakin bahwa Junkyu akan kembali padanya.
"Kalau aku gak balik gimana?" Pertanyaan dari Junkyu waktu itu pun masih teringat di dalam ingatan Haruto.
Haruto bingung menjawab, ia membasahi bibirnya yang terasa kering, maniknya melirik lawan bicaranya dengan gusar.
"Kalau kamu gak balik..... mungkin aku akan depresi?" Itu bukan jawaban. Malah terlihat seperti keraguan melekat jelas pada diri Haruto.
Junkyu melotot dan menggeleng cepat, "Gak boleh. Emangnya kalau kamu depresi bisa bikin aku balik lagi ke kamu gitu? Gak mungkin lah." Junkyu menepis tangan Haruto dari kepalanya.
"Belajar membuka hati untuk orang lain. Diluar sana masih banyak orang yang ingin kamu perhatiin, Haru. Kamu jangan terlalu fokus pada satu objek, tapi lihat semua objek di sekelilingmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Koala Doll | harukyu ✓
Fanfictionft. hwanwoo & dodam ꒰ ❛ sebuah boneka koala tiba-tiba berubah menjadi manusia ❜ ꒱ [📜] bxb! fantasy, harsh words start : may 2O2O end : december 2O2O by @cacilaa