sepuluh

76 3 0
                                    

Tepat hari ini aku keluar dari rumah sakit. Dering telfon berbunyi nampaknya ummah yang tertera di layar hp ku.

"Ya ampun nduk, kenapa sampai masuk rumah sakit" pekiknya di seberang telfon.

"Assalamualaikum dulu ummah" ujar ku.

"Wa'alaikum salam, ummah khawatir sama kamu Sya!" katanya.

"Udah baikan kok ummah, ada mas Zai sama Anna. Alhamdulillah sekarang sudah mau pulang. Kebetulan mas Zai lagi ngurus administrasinya" kata ku.

"Ya sudah. Jaga kondisi ya nduk!. Ummah kepikiran terus disini, rupanya kamu lagi sakit. Jangan mikir yang berat-berat ya. Ummah tutup dulu mau ke rumah budhe." ujarnya panjang lebar.

"Iya hati-hati. Wassala mu'alaikum" salam ku di akhir kalimat.

Tak berselang lama Anna dan mas Zai masuk. Kebetulan dia ada urusan deket rumah sakit jadi katanya sekalian mampir dan jemput aku pulang.

Saat menaiki taksi aku duduk berdua dengan Anna. Sedangkan mas Zai di depan bersama supir. Tadinya Anna menolak untuk duduk berdua dengan ku. Tapi aku memaksa dia untuk duduk dengan ku. Dan mas Zai pun mengiyakan dengan keterpaksaan.

Ada raut kebingungan dalam dirinya kenapa aku tak mau duduk dengannya. Jujur entah kenapa moody ku benar-benar berubah, aku benar-benar lagi gak mau duduk berdua dengan suamiku. Aku lebih nyaman menyenderkan kepala ku di bahu Anna.

Tak memakan waktu lama hanya sekitar sejam taksi yang mengantarkan kami akhirnya sampai.

"Sya aku masuk dulu ya, tiba-tiba abiku telfon nih." ujar Anna pada ku. Aku hanya menganggukkan kepala.

"Kamu butuh bicara dengan suami mu!" bisiknya padaku seraya mau  melangkahkan kaki ke dalam asrama.

Sejenak setelah taksi pergi dan Anna masuk ke dalam asrama, aku masih menunggu mas Zai untuk berbicara.

"Sya mas belum bisa jelasin semuanya. Tapi percayalah sama mas, hanya kamu Sya di hati mas" ujarnya melihat ke arah ku. Pandangan ku masih terus ke bawah enggan rasanya untuk melihat. Dan aku pun hanya menganggukkan kepala.

"Jaga diri baik-baik ya, setelah kamu wisuda kamu akan ikut mas tinggal di apartemen" lanjutnya.

"Iya" lirih ku. "Aku pamit masuk kedalam mas" kataku sambil berbalik.

Tiba-tiba mas Zai menarik tangan ku dan langsung memeluk diriku. Aku masih terdiam. Yang kudengar hanyalah helaan nafasnya. Selang beberapa menit akhirnya mas Zai angkat suara.

"Mas tau kamu kecewa. Percayalah sama mas Sya!" katanya sembari mengelus kepala ku.

Saat aku ingin berusaha melepaskan dari pelukannya, mas Zai justru semakin erat memelukku. "Ijinkan mas memelukmu sebentar, sudah lama aku tidak memeluk mu Sya!, seminggu lagi kamu wisuda kan?" tanyanya.

Aku hanya menganggukkan kepala. Rasanya nyaman sekali setelah sekian lama aku tidak merasakan bau parfum mas Zai. Kalian pasti taulah gimana rasanya rindu pada orang-orang yang kita sayang. Tapi mengingat jika mas Zai masih mencintai mantan membuat ku melepaskan pelukannya.

"Sya pamit mau masuk ke dalam" kata ku.

" Ya sudah, jaga diri baik-baik ya!. Kalau ada apa-apa telfon Mas. Kamu udah jadi tanggung jawab Mas." katanya.

Aku hanya mengangguk kepala sebagai jawaban. Langkah kaki ku terhenti tatkala tiba-tiba mas Zai memegang pergelangan tangan ku. Dia mendekat dan tiba-tiba saja sudah mendaratkan satu kecupan di kening ku. Ada gelayar aneh saat dia mencium ku. Hati ku rasanya berdetak. Tanpa menunggu lama aku langsung berlari menuju ke dalam asrama.

Jika berfikir tentang perasaan manusia. Perasaan perempuan lah yang paling sensitif maka dari itu perempuan adalah mahluk yang paling baper. Belum sempat aku mengetuk pintu kamar asrama. Aku mendengar Anna sedang berbicara. Entahlah mungkin dia sedang menelfon keluarganya. Maka aku mengurungkan niat untuk masuk. You knowlah rasanya jika diri kita sedang menerima panggilan telfon atau menerima panggilan jika tiba-tiba ada orang datang pasti kita akan menyudahi panggilannya. Aku juga tak bermaksud untuk menguping.

Anna memang jarang sekali bercerita tentang keluarganya ataupun kisah asmaranya. Justru dia yang selalu menasehati ku dan selalu setia mau mendengarkan segala curahan ku. Namun aku tak menyangka gadis sebaik Anna menyimpan perasaan yang sulit ku mengerti. Aku sedikit mendengar isakan tangis suaranya. Dan sempat mendengarkan bahwa Anna masih mencintai seseorang. Dan yang lebih membuat ku shock adalah bahwa orang yang di cintainya sudah menikah dengan orang lain. Aku tak pernah menyangka jika Anna sebegitunya menyimpan perasaan pada manusia yang bukan mahromnya. Ah persaan buruk tentang Anna segera ku tepis. Aku tahu Anna dia gadis yang sangat ceria.

Tok tok tok

Ku ketuk pintu asrama sebenernya tanpa mengetuk pintu pun aku bisa langsung masuk tapi aku menghargai privasi Anna. Jika aku langsung masuk pasti akan terasa sangat canggung seperti memergoki orang yang habis maling. Sengaja aku mengetuk pintu agar Anna bisa mentralkan mimik wajahnya. Ketika kita merasa terkejut seperti ketahuan melakukan sesuatu secara sembunyi you knowlah pasti kalian segera menutupinya dan itu lah yang ku lakukan memberi sejenak ruang pada Anna.

"Assalamualaikum An" teriak ku.

"Waalaikum salam, kenapa gak langsung masuk Sya, biasanya juga langsung masuk" katanya membuka pintu kamar.

"Eh sini tas nya biar aku yang bawa, kamu kan habis sakit. Jadi jangan ngangkat yang berat-berat."

"Kamu ini, orang aku sudah sehat."

"Eh tunggu, kenapa mata mu merah?" tanya ku dengan mengamati wajahnya, " kamu gak kenapa-kenapa kan?" tanya ku sekali lagi.

"Tadi kelilipan nih" jawabnya sambil menunjuk matanya sendiri.

Ya ampun segitunya kamu tidak ingin bercerita kepada ku. Sejujurnya aku tidak bermaksud menguping semuanya. Tapi enggak mungkin aku membiarkan mu sedih dan pura-pura bahagia di hadapan ku.

"Awas ya kalo kamu bohong," omelku.

" Iya ih beneran. Kamu ini habis sakit jangan ngomel-ngomel. Istirahat aja tuh udah aku bikinin makan," ujarnya dengan dagu yang mengarah ke meja kecil di pojok ruang.

"Gimana tadi udah selesai ngomongnya sama suami mu Sya?"

"Belum" jawab ku singkat.

Dia hanya berdecak kesal. Bukanya aku tak ingin menyelesaikan masalah dengan mas Zai. Masih banyak yang harus aku ketahui tentang suamiku. Aku harus lebih mengenalnya lebih dalam. Aku tahu sikap ku salah. Memang tak pantas seorang istri menahan kesal atau marah pada suaminya sendiri. Tak selayaknya aku menunjukkan sifat seperti itu. Seharusnya diriku merasa bahagia berada di dekatnya.

-----------------------------------------------------------
   IG. @witrihas
                Account bussines            @hijabs.clo

Maaf baru Up, lagi butuh ide. Banyak yang harus diselesaikan. Terima kasih yang sudah mau membaca.

Masih banyak typo

utamakan sholat dan baca Al Qur'an
             Salam dari ku  @witrihas

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Selayang rindu di negeri dua benuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang