Nesya memasuki rumah besar itu sambil mengendong Mika dalam pelukannya. Berusaha agar balita tersebut tidak terganggu dari tidur lelapnya.
"Nesya,jelaskan bagaimana kamu bisa mengenal Nathaniel?"
Langkah Nesya terhenti sebelum ia berhasil mencapai anak tangga di hadapannya.
Suara tegas sang mama membuat jantungnya jutaan kali berdetak lebuh cepat dari biasanya.
"Jelaskan Nesya !!" Nesya menyembunyikan Mika lebih dalam. Takut balitanya itu terbangun oleh bentakan sang mama.
"Ma,aku antar Mika ke kamar dulu." Nesya enggan memandang wanita paruh baya itu. Ia kembali melanjutkan langkahnya menaiki tangga.
Diletakkannya putri cantiknya itu diatas ranjang. Di belainya ranbut ikal milik Mika yang berwarna coklat. Tatapannya dalam memandang Mika,berpikir entah apa yang harus ia lakukan saat ini untuk menghadapi situasi ini.
Nesya menunduk,mendekati wajahnya ke kening Mika. Di kecupnya kening itu penuh ketulusan.
"Mimpi indah sayang.. semoga kita baik-baik saja." Ucap Nesya lirih setelah mengangkat wajahnya.
Nesya mengambil guling dan memberikan pembatas di pinggiran ranjang. Takut Mika terjatuh. Lalu wanita cantik itu keluar dari kamar tersebut.
***
Nesya duduk sambil menautkan kedua tangannya yang gemetar. Berharap bahwa apa dilakukan dapat mengurangi kekhawatiran itu.
"Jelaskan,bagaiman kamu mengenal Nathaniel." Nesya kaku,di hadapannya Arnold dan Shinta duduk memasang wajah dingin mereka. Sedangkan kedua kakaknya, Bianca dan Naka duduk di sisi kanan ruang tersebut mendengarkan penghakiman untuk dirinya.
"Jawab mama kamu,Nes." Nesya kembali tersentak akan suara berat sang papa.
"Pa,aku dan Nathan.." Nesya terbata,tidak tahu bagaimana memulai pengakuan tersebut kepada orangtuanya.
Selama ini sudah cukup kebencian dalam rumah ini terhadap dirinya. Dimulai dari ia hamil di luar nikah dan berujung pada pendidikannya yang tertunda.
"Kamu gak bakal bilang kalo Nathaniel itu ayah dari anak kamu kan,Nes ?"
Nesya menegang,menatap ragu-ragu pada empat pasang mata yang menunggu jawaban keluar dari mulutnya.
"Kenapa kamu diam? Apa yang dikatakan Bianca benar?" Shinta kembali mengambil alih pembicaraan.
"Ma,aku bisa jelasin semuanya." Lirih Nesya putus asa.
"Apa yang akan kamu jelaskan? Tentang asal usul anak haram kamu itu?" Sentak Shinta dengan kejamnya.
"Ma,jangan sebut Mika gitu."
Nesya tahu,tidak akan ada satu orangpun yang akan mencoba melindunginya. Mengeluarkannya dari situasi mengerikan ini.
Sejak dulu kebencian menjadi teman baiknya. Sekeras apapun ia berusaha dan berjuang mendapatkan perhatian,sekeras itu pula harapan membantingnya ke jurang curam.
"Jadi bener kalo Nathaniel adalah ayah Mika,heuh ?" Tatapan Bianca padanya begitu merendahkan.
"Akhirnya aku tahu gimana bodohnya kamu. Hamil diluar nikah dengan laki-laki yang bahkan terlalu gak mungkin untuk kamu gapai."
Nesya diam mendengar kalimat cemo'oh yang dikeluarkan Bianca dari mulut berbisanya. Hatinya pedih mendengar penilaian orang yang selama ini menjadi kakaknya tersebut.
"Harusnya kamu tahu orang seperti Nathaniel hanya menganggap kamu mainannya,Nes." Shinta yang semula hanya diam,kini ikut merendahkan.
"Kamu hanya akan menjadi boneka yang di pakai sesuka hati. Menjadi pengalaman masa mudanya seperti sampah yang dibuang setelah di gunakan." Sambung Shinta.
Airamata Nesya menetes mendengar rentetan kalimat yang keluar dari orang yang selama hidupnya dipanggil "mama" olehanya.
Apa ia memang sebodoh itu? Seperti apa yang keluarganya nilai. Dulu ia hanya begitu mencintai. Menjadikan Nathaniel segalanya karena ia tidak pernah mendapatkan apapun dari orang lain.
Nathan memberikan segalanya yang tidak pernah ia terima dari keluarganya. Memberikan waktu dan kebahagiaan.
"Maaf karena aku begitu mengecewakan kalian." Meski suara Nesya terdengar parau,namun masih dapat di dengar oleh keempat orang disana.
"Pa,lebih baik Nesya gak perlu datang ke perusahaan lagi. Biar aku yang bakal gantiin tugasnya." Ujar Bianca pada Arnold.
Nesya menatap kearah Bianca kaget. Ia membutuhkan pekerjaan itu untuk membeli kebutuhan Mika. Selama ini keluarganya tidak ingin memenuhi kebutuhan Mika. Hanya Nesya yang berusaha mati-matian untuk putrinya.
"Kak,aku butuh perkerjaan ini." Ujar Nesya memohon.
"Kamu bisa kerja di perusahaan cabang. Gak perlu ketemu Nathaniel lagi,bisa aja gara-gara kamu proyek papa gagal karena masalah ini."
"Bener apa kata Bianca,pa. Mama gak mau ambil resiko gagal. Ini kan proyek yang sudah lama sekali papa impikan." Tambah Shinta.
Arnold tampak berpikir sejenak,mencerna tentang apa yang diucapkan oleh istri dan anak keduanya tersebut.
"Ada benarnya ucapana mama dan Bianca. Sebaiknya kamu resign sebagai sekretaris papa." putus Arnold.
Nesya diam,tidak dapat membantah perintah dari papanya. Sejak dulu ia memang harus mematuhi segala aturan yang di terapkan kedua orangtuanya tanpa bantahan.
"Biar Nesya jadi sekretaris aku aja. Kebetulan Jena baru aja mengundurkan diri karena ikut suaminya pindah." Anak sulung keluarga Supomo itu buka suara setelah diam begitu lama.
"Apa gak sebaiknya Nesya di pindahkan ke bagian keuangan aja. Disana gak harus ikut keluar ketemu relasi." Ujar Bianca.
"Aku butuh sekretaris segera. Lagipula Nesya butuh waktu lebih fleksibel di perusahaan."
Nesya menatap kearah Naka lama. Pertama kalinya ia merasa bahwa kakak sulungnya tersebut mau berpendapat tentang dirinya.
"Tapi kak.."
"Jangan bantah kakak Bianca." Tegas Naka sehingga membuat Bianca diam membatu.
"Mulai besok kamu pindah ke perusahaan cabang,Nes." Ujar Naka sebelum akhirnya bangkit meninggalkan kebingungan tersendiri pada Kedua orangtuanya.
***
BRAAAKKKK !!!
"Non Mika !!"
Nesya berlari kearah suara di lantai satu rumahnya secepat mungkin. Wajahnya pucat pasi saat melihat tubuh mungil Mika berlumuran darah
Tubuh Nesya kaku di ujung tangga sana. Langkah semakin berat kala mendekati tubuh mungil dengan mata tertutup.
"Mi...ka.. " Nesya tidak tahu bagaimana mengekpresikan wajahnya saay ini. Bahkan airmata enggan keluar dari matanya.
Perasaan kalut akan ketakutan saat membawa tubuh Mika dalam pelukannya. Mengabaikan gaun kerjanya yang mulai berlumuran darah.
"Mika.. dengar mommy sayang.." Nesya terus berbicara dengan pandangan kosong.
Para pembantu menatap iba pada tubuh mungil itu. Semetara di sudut lain menatap pemandangan tersebut dengan seringai.
TBC
Hey guys..
Jangan lupa vote and comment.
Saran dan pendapat kalian sangat aku hargai untuk kelanjutan cerita ku ini 😘😙Love you...

KAMU SEDANG MEMBACA
Why You Back
RomanceNesya hamil di usia yang masih muda. Melahirkan anaknya seorang diri karena kekasihnya,Nathan pergi melanjutkan pendidikannya keluar negeri. Nesya begitu banyak menahan penderitaan,apalagi wanita itu kehilangan kasih sayang dari orang-orang terdeka...