Dentingan suara sendok dan garpu memenuhi seisi ruangan. Tidak ada pembicaraan yabg berarti dari kedua orang dewasa yang sedang saling berhadapan,hanya duduk menikmati hidangan makan malam mereka.
"Mommy aa.."
Nesya mengambil potongan kentang goreng dan menyuapi Mika. Gadis kecil itu sudah membuka mulutnya lebar,siap menerima suapan sang ibu.
Nesya tersenyum melihat Mika yang makan dengan lahap. Lalu kembali melanjutkan hidangan makan malamnya.
Sesekali Nesya melirik kearah Nathan. Suasana begitu canggung ketika tidak ada yang memulai percakapan seperti ini.
"Cobain juga udang pedas manisnya." Nesya mengambil sepotong udang yang di lumuri saus pedas manis. Diletakan dipiring Nathan.
Pria itu membiarkan Nesya meletakan hidangan tersebut di piringnya. Lalu memasukan sepotong udang tersebut ke mulutnya.
Menikmati rasa pedas serta asam yang menyatu dengan sempurna."Gimana rasanya?" Nesya bertanya,menunggu Nathan mengomentari masakannya.
"Lumayan."
Suara Nathan begitu dingin. Senyum yang semula menghiasi wajah wanita cantik itu hilang,berganti dengan wajah muram.
"Mommy minum." Sentuhan Mika di tangan kanannya menyentak Nesya. Dengan sigap ia memberika segelas air putih pada Mika.
"Saya sudah selesai." Nathan bangkit dari duduknya.
Nesya mendongak,melirik piring makanan bekas pria tersebut. Benar,piring itu sudah kosong.
"Bisa kita bicara setelah kamu selesai dengan semua ini?"
Nathan berlalu setelah mendapat anggukan persetujuan dari Nesya. Meninggalkan Nesya dengan ribuan pertanyaan.
***
Dari ketinggian gedung apartement miliknya,Nathan bisa melihat lampu-lampu dari kendaraan yang berlalu lalalng di bawah sana. Pemandangan malam yang indah untuk menemaninya meneguk kopi hitam miliknya.
Tok ! Tok ! Tok !
"Masuk" Tanpa menoleh sedikitpun,Nathan membiarkan sosok di balik punggungnya berjalan mendekat.
"Apa yang mau kamu bicarain ?"
Sejenak Nathan masih enggan untuk sekedar melirik sosok di belakangnya.
"Buka map coklat itu. Kamu akan tahu setelah membaca isinya." Sekilas Nathan mengarahkan tatapan pada map coklat yang berada tidak jauh darinya.
Meski bingung dengan tujuan Nathan,tapi Nesya tetap meraih berkas tersebut.
"Kontrak perjanjian?" Baca Nesya pada kalimat yang tertulis pada awal berkas yang dibukanya.
"Apa maksud dari kontrak ini?" Nathan berbalik menghadap Nesya. Disana,wanita dihadapannya tampak tidak dapat menyembunyikan wajah bingungnya.
"Saya bersedia memberikan status yang layak kepada Mika. Kita akan menikah dan semua hak atas Mika dan kamu menjadi milik saya. Kamu hanya harus menurut."
Tubuh Nesya melemah mendengar penjelasan yang terlontar dari bibir pria di hadapannya.
"Jadi maksud kamu,aku tidak berhak atas diriku sendiri dan Mika,begitu?"
"Kamu akan tetap menjadi ibunya. Hanya saja segala yang terjadi nanti,harus berada dalam keputusan saya."
Nesya menggeleng tidak percaya pada semua ini. Apakah sekarang ia telah menciptakan neraka yang baru untuk dirinya sendiri?
Nesya pikir,dengan meninggalkan rumah orangtuanya kehidupannya akan sedikit membaik. Namun apa yang terjadi sekarang? Pria dihadapannya seolah ingin menyiksa dirinya."Disini tertulis bahwa aku harus memenuhi kebutuhan kamu." Nesya kembali membaca kata demi kata yang tertulis dalam kertas di tangannya.
"Ya,segala kebutuhan saya. Kita akan menikah,kenapa kamu berpikir bahwa ini terlalu menyulitkan kamu." Ujar Nathan dengan santai.
"Mika akan mendapatkan orangtua lengkap setelah ini. Saya sepenuhnya menerima Mika sebagai anak saya. Seperti apa yang kamu mau."
Nesya hanya diam mendengarkan pria di hadapannya berbicara. Disatu sisi ia ingin memberikan apa yang dibutuhkan Mika. Namun disisi lain,ia akan membuat dirinya menderita.
Perasaan akan tersiksa karena tahu,pria yang saat ini sedang berbicara dengannya dan pria yang pernah dicintainya ini,hanya sedang bertanggungjawab atas putri mereka. Bukan pada dirinya.
Nesya bisa melihat dimata pria itu,tidak ada cinta untuknya. Semua begitu dingin dan kosong. Dan,apa Nesya harus siap berada dalam pernikahan seperti itu? Pernikahan yang hanya terisi oleh rasa tanggungjawab saja.
"Boleh aku bertanya?"
Nathan menatap Nesya. Menunggu pertanyaan yang keluar dari mulut Nesya.
"Apa kita hanya akan menikah? Tanpa ada cinta? Apa hanya sebatas tanggungjawab saja?"
Entah darimana keberanian itu muncul. Nesya ingin mengetahui jawaban yang ada dalam pikirannya sejak tadi.
Nathan sedikit tersentak mendengar pertanyaan dari wanita di hadapannya. Raut wajah cantik itu menunjukkan keraguan,namun berusaha terlihat biasa.
"Mika akan mendapatkan kasih sayang saya tanpa keraguan." Ujar Nathan setelah beberapa saat terdiam.
Hati Nesya tercubit mendengar jawaban dari Nathan. Mengerti bahwa posisinya hanya sebatas ibu dari anak pria itu. Ia tidak berada dalam rencana bahagia pria itu. Nathan hanya melakukan ini demi Mika,bukan dirinya.
Matanya memanas menahan tanggis yang ingin keluar. Memalingkan wajah ke segala arah agar tidak ditangkap oleh Nathan.
"Kalo ini semua demi Mika,aku terima."
Nesya berjalan ke meja kerja Nathan,meraih pulpen dan membubuhkan tanda tangannya disana. Menyetujui kontrak tersebut.
"Udah aku tanda tangan. Aku permisi." Meletakan lembaran itu begitu saja,tanpa menatap wajah Nathan. Nesya keluar dengan terburu. Meninggalkan Nathan begitu saja dengan sikap dingin pria itu.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Why You Back
RomanceNesya hamil di usia yang masih muda. Melahirkan anaknya seorang diri karena kekasihnya,Nathan pergi melanjutkan pendidikannya keluar negeri. Nesya begitu banyak menahan penderitaan,apalagi wanita itu kehilangan kasih sayang dari orang-orang terdeka...