Nathan mencari keberadaan Nesya setelah meninggalkan ruangan untuk tranfusi darah.
Di dalam ruang rawat anak,Nathan melihat sosok yang di carinya sedang duduk di pinggir ranjang rumah sakit.Tubuh Nesya tersentak saat mendengar pintu ruang rawat Mika di buka dari luar,memunculkan sosok Nathan.
"Apa yang sebenarnya terjadi ? Dia baik-baik saja saat saya melihatnya terakhir kali." Nesya diam mencerna lontaran perkataan Nathan. Bingung harus menceritakan darimana.
"Saya bertanya pada kamu,Nesya." Ujar Nathan tegas. Tatapannya tidak lepas dari Nesya.
Ū
"Aku gak tahu. Mika udah jatuh dengan kepala penuh darah saat aku keluar dari kamarku." Lirih Nesya pelan namun masih dapat di tangkap oleh pendengaran Nathan."Terima kasih karena kamu mau menolong Mika." ujar Nesya sambil menatap Nathan.
"Kamu tidak lupa dengan janji kamu,kan?" Nathan dapat melihat wanita di hadapannya bingung dengan ucapaannya.
"Kamu sudah berjanji akan melakukan apapun yang saya inginkan asal mau menolong Mika." Nathan mengingatkan Nesya.
"Nathan,aku.."
"Kamu harus menepati janji kamu,Nesya." Tegas Nathan dengan wajah serius.
Nesya terdiam beberapa saat. Perasaannya memberat akan kejadian yang menimpanya.
TOK ! TOK ! TOK !
Suara ketukan pintu membuat Nesya yang ingin kembali bersuara kembali mengatupkan bibirnya rapat.
"Masuk." Nathan memberikan izin.
Dari balik pintu muncul seorang wanita yang masih terlihat muda. Menyeret dua buah koper berukuran besar dengan susah payah. Diletakannya koper tersebut di sudut ruang rawat Mika.
Nathan mengerutkan alisnya bingung. Tidak mengerti mengapa gadis itu harus membawa koper sebesar itu kemari.
"Maaf mbak Nesya,tuan nyuruh saya anterin koper mbak dan non Mika kesini." Beritahu gadis itu dengan ekspresi takut.
"Kenapa dengan koper itu ? Apa yang terjadi ?" Suara dingin Nathan membuat gadis pembawa koper tersebut semakin gemetar. Aura yang ditunjukkan Nathan begitu dingin.
"Kenapa diam? Saya tanya kenapa kamu membawa koper sebanyak itu kesini." Sentak Nathan.
"Anu mas.. itu,mbak Nesya.." gadis itu dengan takut-takut ingin mengatakan bahwa Nesya tidak lagi diizinkan tinggal dirumah. Namun,gelengan Nesya dari balik punggung Nathan kembali membungkam mulut gadis tersebut.
"Tari,bisa kamu belikan kopi untuk tamu saya?"
"Baik mbak,saya permisi mas." Gadis itupun berlalu dari ruangan penuh intimidasi Nathan.
Nathan tahu bahwa Nesya sedang mengalihkan perhatiannya.Namun itu tidak bertahan lama karena ia kembali melanjutkan rasa penasarannya.
"Saya ulangi sekali lagi,kenapa gadis itu membawa koper sebanyak itu." Tanya Nathan.
"Papa ngusir aku." Ujar Nesya pada akhirnya. Nathan terkejut untuk sesaat,tapi mencoba kembali menormalkan ekspresi wajahnya.
"Apa yang membuat kamu diusir ?" Pria itu tidak bisa menahan rasa ingun tahunya.
"Papa hanya salah paham. Beliau marah karena kamu membatalkan kontrak kerjasama itu. Papa menyalahkan aku karena membuat kamu marah."
Nathan tidak tahu harus berkata apa. Mencerna setiap ucapan yang keluarr dari mulut Nesya,tidak menyangka bahwa pembatalan kerjasama tersebut aku membuat gadis itu terusir.
"Sekarang kamu akan tinggal dimana ?" Nesya menggeleng,ia belum memikirkan atau merencana untuk menemukan tempat tinggal. Kondisi Mika membuatnya melupakan banyak hal.
"Aku gak tahu,mungkin untuk sementara aku akan disini sampai Mika di perbolehkan pulang. Setelah itu aku akan mencari tempat tinggal." Ujar Nesya
"Mulai sekarang saya yang akan mengatur segalanya. Kamu cukup mengikuti apa yang saya perintahkan."
Nesya baru menyadari arti ucapan yang di lontarkan Nathan saat pria itu sudah meninggalkan ruangan.
***
Nesya pasrah saat pria itu membawa dirinya dan Mika memasuki sebuah unit apartement mewah. Setelah seminggu dirawat,Mika akhirnya diizinkan keluar dari rumah sakit.
Akhirnya disinilah Nesya berada,wanita cantik itu harus menerima dengan sukarela bagaimana pria itu mengatur segalanya.
"Apartement ini mempunyai tiga kamar tidur,tapi hanya itu yang kosong karena yang satu saya gunakan untuk ruang kerja." Nesya mengikuti Nathan memperlihatkan ruangan yang akan dihuni olehnya.
"Kamu bisa mengatur barang-barang kamu dan Mika disana." Sambung Nathan menunjuk lemari berukuran sedang di sudut ruangan.
Nesya hanya diam,matanya melihat sekeliling ruangan. Jika boleh jujur,Nesya akan lebih nyaman jika ia dan Mika mencari tempat tinggal sendiri.
Nesya tidak mampu membantah Nathan karena ia telah berjanji akan melakukan apapun jika Nathan membantu putrinya. Nesya tahu bahwa ia tidak akan bisa lari dari semua ini.
"Saya harus kembali ke perusahaan sekarang." Nathan berlalu,meninggalkan Nesya dalam diam.
Nesya tahu bahwa Nathan hanya melakukan tugasnya sebagai ayah. Tidak akan membiarkan putrinya terlantar tanpa tempat tinggal.
Nathan hanya sedang mempertanggungjawabkan Mika,buka dirinya. Pria itu begitu berubah,Nesya menghela nafas sesaat. Setidaknya Nathan bersikap baik kepada Mika,bagi Nesya udah lebih dari cukup.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Why You Back
RomanceNesya hamil di usia yang masih muda. Melahirkan anaknya seorang diri karena kekasihnya,Nathan pergi melanjutkan pendidikannya keluar negeri. Nesya begitu banyak menahan penderitaan,apalagi wanita itu kehilangan kasih sayang dari orang-orang terdeka...