CHAPTER 004

40.9K 1.4K 17
                                    

"PLEASE, HARDING." AKU berhenti dengan napas tersengal, mendorong sedikit tubuhnya dengan tubuhku sekadar mengambil napas setelah sukses mengeluarkan lenguhan panjang akibat birahi tak terbendung.

Harding tersenyum angkuh, mungkin merasa bangga karena telah mengalahkanku dengan tindakan erotis dan ... yeah, aku mengaku kalah.

Percayalah di tengah ciuman panas di dalam lift, aku sempat mendambakan hal penuh kenikmatan sebagai akhirnya. Namun, aku tidak segila itu dan kupikir Harding juga masih cukup waras untuk tidak mengabaikan keberadaan kamera CCTV.

Harding memberiku ruang. Akan tetapi, tidak sepenuhnya melepaskan karena kedua tangan lelaki itu masih mencengkram lenganku seolah memborgol agar aku tidak meninggalkannya.

Err ... kupikir Harding cukup seksi pada saat berada di momen ini.

"Kau ingin melanjutkan atau menetap?" Harding masih merapatkan tubuhnya padaku, menatapku lekat seolah khawatir jika aku bisa menghilang kapan saja.

Dan tentu saja aku paham maksud dari pertanyaannya!

Aku mengambil napas dalam, berusaha mengembalikan akal sehat kemudian mengembuskannya. "Entahlah," bisikku, "tapi aku yakin kau memahaminya."

"Aku memahami bahasa tubuh wanita."

"Goddammit," bisikku.

Harding tersenyum miring. "Kau mengatakannya sebagai pujian, 'kan, Nona?"

Menggigit bibir bawahku, aku memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan Harding. Fokusku saat ini hanyalah, memikirkan tentang bagaimana lelaki itu berada di dalam diriku.

Geezz, you are totally become a corny, Barbara. Veronica benar, aku memang sedang mengalami fase kekeringan setelah putus dengan Jared dan di saat aku berada di puncak, Harding hadir dengan penawaran paling sialan di dunia.

So cheesy, aku tidak pernah bercinta dengan pria asing sekali pun dan malam ini, mungkin itu akan terjadi.

"Aku suka setiap detik dari ciuman barusan," kata Harding dengan nada beratnya tepat di telingaku, hingga menimbulkan perasaan basah pada bagian bawah diriku.

Harding mengecup leherku, memberikan hisapan ringan sehingga aku tidak perlu khawatir jika ada jejak merah di sana.

Aku mendesah pelan. Bagaimana mungkin aku tidak memikirkan bahwa Harding memang memiliki ciuman hebat? Dia bahkan benar-benar berhasil membuatku mengeluarkan lenguhan penuh birahi, akibat tindakannya dan ....

... oh, aku sungguh gila, padahal jelas beberapa menit lalu kukatakan pada Harding, bahwa dia adalah sosok paling payah dalam urusan ranjang.

Sungguh memalukan!

Di dalam lift-sepanjang kami melakukan ciuman panas itu-Harding mampu memainkan lidahnya di dalam mulutku, memberikan kesan rapi tanpa harus membuat air liur kami menetes dengan sangat menjijikan dan tanpa merusak rambut yang setengah mati kutata.

Jujur saja, Harding melakukannya dengan sangat elegan, seksi, dan rapi. Aku sungguh menyukai ciuman Harding dan itu merupakan hal tergila dalam sepanjang hidupku, karena rela dicium lelaki asing lalu memberikan balasan seolah tak ingin mengakhirinya.

... atau mungkin tidak. Bisa saja hal itu terjadi karena bagian bawah diriku sudah lama tak disentuh lelaki.

"Kau gila," bisikku saat pintu lift terbuka di angka dua. "Tapi tetap saja kita-"

"Bisa lakukan di mana pun kau mau," katanya memotong ucapanku dan membuatku menggeser tubuh agar Harding tidak menyadari betapa aku sedang mendamba.

Harding melirik ke arahku, ketika aku bergeser ke sebelah kiri, sekadar memberikan ruang untuk seorang pekerja restoran yang masuk ke dalam lift agar berdiri di antara kami. Dalam diam, bisa kurasakan bagaimana tajamnya tatapan Harding, saat wanita itu bergabung dan berdiri cuek di tengah-tengah kami.

Dan kalau boleh aku merasa lebih percaya diri, sepertinya Harding ingin sekali menendang wanita itu keluar agar ia bisa kembali berada di dekatku.

Samar-samar aku pun bisa mendengar embusan napas Harding di telingaku. Entah wanita itu juga mendengarnya atau tidak, jelasnya ketika angka menunjukkan angka satu, Harding keluar terlebih dahulu sambil merapikan kemejanya dan aku pun sadar, bahwa pembicaraan sesaat itu merupakan hal serius yang akan menjadi pengalaman pertamaku.

One night stand, ya? Sial! Aku bahkan tidak bawa kondom atau minimal memerhatikan pakaian dalam apa yang kukenakan saat ini.

***

Jantungku berdebar kencang saat melewati kerumunan tamu di pesta pertunangan Jared dan Kyle. Di dekat meja dessert, kulihat pasangan tersebut menjadi pusat perhatian semua orang. Jared dengan jas hitam dan Kyle bersama gaun berwarna lavender-nya tampak serasi, hingga sayup-sayup bisa kudengar bagaimana para tamu memuji keserasian mereka.

Perasaan iri sekaligus cemburu seketika menggelitik hatiku. Namun, segera kuabaikan saat seorang pelayan menghampiriku dengan beberapa gelas vodka di nampannya. Aku mengambil segelas, meminumnya dengan cepat kemudian mulai melangkah menuju ke mana seharusnya aku pergi.

Sayangnya, Tuhan tidak menginginkan semua berjalan mudah. Jared memanggilku, begitu pula Kyle yang langsung menghampiriku dengan ekspresi tidak bersalahnya. Entah, bagaimana nilai empati sepasang sejoli ini yang jelas aku hanya perlu menampilkan bahwa aku baik-baik saja.

"Hi, Barbara," sapa Kyle dengan senyum semringah memuakan itu, "kupikir kau tidak akan datang."

"Jika kau berpikir demikian, maka kau salah besar, Babe. Barbara adalah gadis yang memiliki jiwa empati tinggi. Dia tidak akan melewatkan undangan dari orang-orang penting dalam hidupnya."

Aku menaikkan sebelah alisku, saat mendengar apa yang dikatakan Jared barusan dan sebenarnya ingin tertawa kencang, sambil berucap 'empati lubang pantatmu, Jared. Kau konyol sekali.'

"Oh, yeah, Veronica juga di sini. Kuharap kalian sudah menyapanya." Aku melirik ke arah Kyle, menatapnya sinis, tapi wanita itu seolah memiliki hati batu. "Dan bukan untuk orang penting, aku hanya menyukai pesta. Kupikir kau mengetahui itu, Jared."

"Dan kau juga menyukai lelaki seksi sepertiku, bukan?" Sebuah kecupan ringan di pipi kiriku terasa begitu erotis, setelah kalimat itu selesai diucapkan dan tidak salah lagi, aku yakin bahwa pemiliknya adalah Harding.

Harding tersenyum ketika aku menoleh kaget ke arahnya kemudian menangkup rahangku menggunakan tangan kanannya lalu mencium bibirku. Otomatis aku memejamkan mata, menerima drama murahan yang Harding tawarkan untuk membuat Jared-mungkin-cemburu.

"Kau tetap cantik seperti biasanya, Babe," kata Harding terdengar seperti bisikan, setelah mengakhiri ciuman kemudian memeluk pinggangku.

Di lain sisi, Jared dan Kyle menatap kami dengan tatapan syok sekaligus risi saat melihat kejadian barusan.

"Kalian ...." Kyle menggantung kalimatnya sambil menunjuk ke arah kami secara bergantian. "Dating?"

Harding mengangguk, sambil merapatkan tubuhku pada lelaki itu. So Jared, sekarang kau lihat, 'kan? Kau bukan lelaki paling penting dalam hidupku karena sekarang aku bahkan membawa pria tampan di pesta pertunanganku.

Seolah mengambil kesempatan emas aku tersenyum penuh rasa bangga di hadapan Jared.

"Seperti yang kalian lihat," kata Harding, sambil menoleh ke arahku. "Dia yang tercantik. Let's do that Babe. Akan sangat baik jika bisa berada dalam dirimu lebih cepat."

***

Halo, terima kasih sudah membaca. Jangan lupa tinggalkan vote dan komennya ya

The Hottest Night With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang