CHAPTER 007

26.7K 1.3K 12
                                    

KETERKEJUTAN MENGHISAP NAPAS dari tubuhku, seperti tendangan di ulu hati. Harding nekad menghampiriku, mengatakan bahwa dia akan gila jika aku menghilang, di hadapan publik, saat dia sedang bersama tunangannya, dan ....

... beruntungnya dia memanggilku Lili James.

Itu bukan namaku. Harding belum mengetahui nama asliku, selain nama asal yang kusebut Barbie. Sehingga identitasku pun masih terbilang aman, jika seseorang ingin melaporkanku.

"Sebaiknya jangan," tukasku, sambil menyentakkan lenganku, berusaha melepaskan genggaman Harding. Sejenak aku lupa dengan nota pesanan Harding yang seharusnya, segera kuberikan pada karyawan bagian dapur. "Menjadi gila akan menjadikan tunanganmu menderita."

"Tunangan?" Harding menaikkan sebelah alisnya. Menatapku dengan ekspresi bingung dan masih keras kepala mencengkram lenganku.

Aku mengerutkan kening. Bertanya-tanya, apakah aku telah mengatakan hal yang salah? Kurasa tidak. Jelas-jelas Coraline mengenakan cincin di jari manis kirinya dan Harding juga perhatian, meski itu hanya kedok sebab ia adalah playboy handal.

"Wanita yang bersama denganmu," jelasku, tapi segera kuralat, "well, bukan maksudku ikut campur kehidupan pribadimu. Hanya saja aku dan dia sama-sama perempuan. Jadi aku tahu rasanya dikhianati." Baiklah, kuharap ucapanku barusan tidak terdengar seperti gadis putus asa, pasca mengetahui lelaki idamannya telah memiliki wanita lain.

Sebab faktanya, aku tidak putus asa sama sekali. Justru merasa brengsek karena telah melakukan tindakan yang tidak jauh berbeda dengan Kyle sialan.

Harding melepas cengkramannya di lenganku, mengusap tengkuknya lalu mengalihkan pandangan ke arah wanita eksotis a.k.a Coraline tersebut.

"Kau pikir dia tunanganku?"

Aku mengangguk. Yakin, demi Tuhan, kau saja yang hobi menenggelamkan penismu di sana-sini, Harding.

Seketika tawa pelan meluncur di bibir seksi milik Harding. "Kau sudah seperti perempuan yang memilih untuk mengalah, meski sebenarnya terluka."

Apa? Aku bersumpah, dia salah besar sebab telah menilaiku seperti demikian. "Sebenarnya, kau membuka identitas playboy-mu secara terang-terangan."

"Kau begitu cepat menilai, Lil."

"Lil? Ha-ha, aku menilai apa yang kulihat." Kulipat kedua lenganku di bawah dada dan menatap Harding dengan tatapan menghakimi.

"Itu gegabah."

"Persetan."

Mengembuskan napas kasar, Harding tidak langsung membalas ucapanku. Melainkan turut melipat kedua lengannya di atas dada, sambil menatapku lekat-lekat.

Tatapan yang sebenarnya cukup membuatku merasa was-was karena itu adalah cara di mana ia memandangku saat kami melakukan adegan panas. Mustahil 'kan dia horny di tempat seperti ini? Aku bahkan bukan dewi seks yang pandai menggoda lelaki jadi ....

"Ikut denganku sekarang dan berjanjilah untuk tidak menghilang lagi, Lil." Ucapan itu refleks membuat kedua pupilku melebar. Apa maksudnya ini? Kami bahkan tidak saling kenal, lalu untuk apa mengikrarkan janji? "Kumohon, please."

Brengsek. Untuk apa memohon?! Kau tidak perlu melakukannya karena aku sudah pasti akan menolaknya.

Aku menggeleng kuat. "Tidak a ... brengsek! Apa yang lakukan, hah?!" kalimatku terputus saat Harding menarikku paksa, hingga aku harus meronta meminta pertolongan.

Mengabaikan kesibukan restoran, Harding menyeretku ke meja nomor delapan. Sesaat—ditengah kehebohanku dalam memberontak tindakan Harding—aku pun sempat melihat beberapa reaksi orang-orang di antara kami, seperti; Jack pramusaji part time menatapku dengan tampang penuh kekhawatiran, Si gadis muda bersama geng perempuan berpakaian cheerleader menatap takjub (mungkin fokus mereka ada pada Harding), dan terakhir—puji Tuhan—aku sempat melihat Kate di meja kasir, ia bergegas menghampiriku—kuharap dia bisa menolongku dari jeratan Harding.

Serius. Aku tidak ingin terlibat lebih dengan lelaki bernama Harding Lindemann, meski ia menawarkan kehebatannya di atas ranjang atau pun segudang dollar, jika dia tahu bahwa aku tipikal wanita matrealistis.

Karena akan aneh rasanya, bersama seseorang yang awalnya kalian targetkan sebagai sosok kencan semalam.

"Coraline, kau harus dengar," ucap Harding saat kami benar-benar sampai di meja nomor delapan, yang kebetulan berada di deretan tengah ruangan restoran. "Kenalkan, dia tunanganku."

What the fuck?!

Kedua mataku membola, bibirku terbuka lebar, dan siapa saja, tolong musnahkan aku dari muka bumi ini sekarang juga.

"Lili, dia Coraline Lindemann, adikku," kata Harding tanpa peduli dengan reaksi keterkejutanku, "... dan Coraline, ini tunanganku Lili James. Percayalah kau yang pertama mengetahui ini."

"A-aku bukan—"

"Seriously, Harding?!" Sialan, netra Coraline berbinar, "kau bertunangan? Oh, kau bilang aku yang pertama? Oh my God, Sungguh sulit dipercaya, seharusnya kita beri tahu orang tua—"

"Sorry, Sir. I need to talk with that girl, may I?" Suara Kate menghampiri pendengaranku, memotong ucapan Coraline sekaligus memberi rasa syukur padaku.

Setidaknya dengan ini aku bisa kabur dari Harding dan meminta pertolongan Kate.

Ini salah paham dan yang benar saja, Harding tidak punya hak untuk mengatakan keputusan sepihak seperti demikian jadi ....

"No," tolak Harding tegas, "orang asing tidak dibutuhkan saat ini."

Menatap sinis, segera kuinjak kuat kaki kanannya. Persetan dengan jejak di atas sepatu mahal Harding, aku hanya ingin dia melepaskanku dan mendengarku. "What the fuck, Harding! Dia kakakku," bentakku nyaris memenuhi isi restoran karena saat itu juga suasana menjadi senyap.

***

700 kata sengaja dibuat pendek-pendek supaya kalian penasaran (semoga), enjoy, dan gak capek. Selain itu semoga aja bisa up lebih sering ^^

Aku sayang kalian. Beri tanggapan untuk chap ini, dong?

Ig: augustin.rh

The Hottest Night With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang