CHAPTER 026

12.4K 722 58
                                    

LANTAI SEPULUH DAN tidak ada pintu yang bertuliskan Chief Executive Officer - Harding Lindemann, yang ada hanyalah tulisan ruang marketing, humas, dan HRD. Entah Harding kekurangan pekerjaan atau apa pun itu—aku tidak begitu memedulikannya. Namun, permainan ini mengingatkanku tentang dad.

Mengingatkan di mana dad ketika aku dan Kate berusia empat atau lima tahun, kami sering melakukan permainan mencari harta karun. Terlebih setiap hari ulang tahun kami berdua, hari natal, dan liburan musim panas. Dad menyukai petualangan, sehingga dengan otak briliannya dad membuat peta untuk kami, memaksa kami berpikir sekadar memecah teka-teki sampai berakhir di penemuan harta karun berupa hadiah dari dad.

Refleks, aku pun tersenyum-senyum mengingat kenangan manis tersebut, hingga menimbulkan rasa rindu yang sebelumnya terasa samar akibat termakan usia. Maksudku, sudah hampir delapan tahun dad meninggal dan kami sepakat untuk tidak terlarut dalam kesedihan.

"No clue, no one to ask me something like before," ujarku, sambil menebarkan pandangan ke seluruh lorong yang di sisi kirinya memiliki dinding berbahan kaca, hingga memudahkan cahaya matahari masuk ke dalam gedung. Aku berhenti sebentar, sekadar untuk memandang langit kemudian kembali membaca surat petunjuk—peta—menuju harta karun Harding. Ha-ha.

Bintang adalah benda tercantik di langit malam dan jika langit malam itu adalah masa lalu, maka kau adalah masa depan yang memperindah kehidupanku.

Oh, oke. Ini adalah gombalan ala Harding, aku tidak bisa menahan senyum saat membacanya. Bahkan detik itu juga, aku yakin kedua pipiku merona. Mengalihkan pandangan pada sembilan tangkai bunga mawar putih dan sealing wax di amplop surat, kembali kutebarkan pandanganku ke arah pintu-pintu ruangan yang tertutup.

Dugaanku mengatakan, bahwa gombalan Harding memiliki petunjuk dan aku masih belum mengetahui apa itu. Sehingga tiga menit berkeliling di tempat serupa demi menemukan sesuatu, itensiku tertarik pada ruangan marketing

Bukan tanpa alasan mengapa aku memilih ruangan marketing, hanya saja sangat terasa aneh jika terdapat manekin di sana bersama gaun malam berwarna biru navy disertai butiran glitter hingga ....

Gotcha! Mungkin itu maksud dari gombalan Harding. Entahlah, tapi tidak ada salahnya bertanya jadi aku memutuskan menekan bel pada pintu kaca di hadapanku yang tampaknya memiliki kesibukan luar biasa.

Well, yeah, seharusnya Harding tidak membawaku ke sini dan mengganggu pekerjaan mereka.

"Password, please." Suara bariton tepat di belakangku sukses mengejutkanku. Bahkan nyaris membuat bagian tubuhku yang menjadi pusat peredaran darah nyaris jatuh dari rongganya.

Sebagai gerakan refleks, aku menoleh ke belakang dan menemukan lelaki keturunan Asia sedang tersenyum ke arahku, sambil menegakkan kembali tubuhnya. Ia berdiri dengan posisi istirahat di tempat.

"Orang-orang di dalam sana sedang sibuk luar biasa karena mengejar deadline konsep periklanan majalah dan stasiun TV. Jika kau berada di sana, mereka akan mengacuhkanmu atau lebih parahnya mengira kau anak magang tak punya sopan santun.

"Dan karena kau datang sebagai gadis tersesat, aku yang berjaga di sini hanya membutuhkan password agar kau bisa menemukan jalan terang."

"Jalan terang?" Aku tertawa kecil, lelaki Asia ini cukup lucu dengan pakaian casual yang membuat orang-orang mungkin berpikir bahwa dia adalah tipe membosankan. "Kau tahu alasan mengapa aku berada di sini?"

The Hottest Night With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang