CHAPTER 028

11.2K 612 25
                                    

KAMI MELOMPAT DARI ketinggian lima ratus meter, begitu cepat, begitu memicu adrenalin, hingga otakku terasa keluar dari tengkorak. Harding membuatnya membuatnya begitu menyenangkan dengan membuka parasut di ketinggian dua ratus meter dan menjadikan tempo jatuh kami melambat, hingga lima koma enam belas detik. Ha-ha, terdengar seperti melakukan perhitungan Fisika? Well, secara refleks aku melakukannya ketika ritme kami melambat di udara, sembari menikmati bagaimana melihat segala sesuatu dari atas.

Akan tetapi, percayalah bukan itu poin utama dari semua kejutan yang diberikan Harding sebab beberapa detik kemudian, lelaki itu berbicara tepat di telingaku. Tidak berbisik, seperti sebelum kami melakukan pelompatan, kali ini lebih jelas meski cukup samar akibat terpaan angin.

"Lihatlah kea rah timur sesuai arah jam Sembilan," kata Harding yang membuatku refleks menoleh, meski sebenarnya tatapanku masih ingin dimanjakan dengan keindahan pemandangan Sungai Hudson.

"Apa ada sesuatu yang menarik di sana?"

"Just see without ask, Babe."

Menuruti perintah Harding, aku pun menoleh ke arah yang dia inginkan dan ....

... ya, Tuhan, percayalah tidak ada wanita paling beruntung selain aku karena diberi kesempatan untuk menikmati moment di mana jarang sekali perempuan lain merasakannya.

Tanpa sadar air mataku menetes. Bukan karena lupa berkedip, hingga menimbulkan rasa perih pada mata. Namun, lebih karena rasa haru meliputi seluruh dada sampai lupa bagaimana caranya berbicara.

I speechless because of Harding Lindemann.

"Barbara Holder," ucap Harding tepat di telingaku dan membuatku tak sanggup lagi menyahut, selain menggenggam lengan kanannya. "How you feel after seeing it?"

"It's ...." Netraku masih terpesona dengan pemandangan di bawah sana, sebuah tulisan 'Will you marry me' terpahat jelas dengan menggunakan entah berapa banyak karangan bunga mawar putih di atas keistimewaan pasir Manhattan Beach. "Amazing," kataku akhirnya sambil mengusap lengan Harding. Andai kami berada di daratan, mungkin bukan hanya mengusap yang kulakukan karena rasa ingin memeluk lelaki di belakangku ini, sudah meronta-ronta ingin dimanjakan.

"Jangan katakan apa pun, sebelum kita mendarat. Kau tahu, aku gila hanya karena menunggu jawabanmu." Harding berujar lagi di telingaku dan andaikan bisa, aku ingin menciumnya saat ini juga. Namun, jika tidak nekat, bukan manusia berjiwa adrenalin namanya.

Sehingga di tengah kecepatan yang kini telah melambat, aku memalingkan wajah, sembari merangkul tengkuk Harding dengan tangan bebasku dan ....

... sengatan listrik luar biasa itu mengaliri bibirku.

Bibir Harding masih terasa sama di bibirku, tapi kali ini begitu spesial hingga aku merasa telah berpijak dengan sesuatu yang padat, disertai tepuk tangan dan ingar-bingar sorakan kebahagian di telinga, serta sesuatu yang basah, beraroma khas menyentuh kulitku.

Aku membuka mataku, mengakhiri ciuman di bibir Harding, melupakan atau—mungkin—tidak sadar bahwa tubuh kami jatuh menghantam pasir pantai, tepat di depan karangan bunga yang membentuk tulisan sakral tersebut.

"So, Barbara Holder, will you marry me?" tanya Harding sekali lagi setelah kami sudah benar-benar berdiri. "Ambillah salah satu, yes for the ring and no for the sealing wax stamp?" Berlutut di hadapanku, Harding mengulurkan kedua tangannya, kanan berisi cincin—yang kupikir sangat mahal—permata berwarna biru malam dan kiri memegang sealing wax stamp yang sebelumnya menjadi bagian dari permainan mencari harta karun.

Demi Tuhan, mendapat perlakuan manis seperti ini membuatku tidak mampu lagi menahan air mata. Aku menangis di hadapan Harding, di hadapan semua orang—yang entah siapa saja—di sekeliling kami, di tengah deru ombak Manhattan Beach. Inilah jawaban dari kerinduan awal musim panas dengan aroma khas pantai. Namun, di waktu bersamaan tidak pernah bermimpi akan mendapat perlakuan seperti ini, sehingga ....

"Sorry, I can't do more than this," jawabku parau, gemetar, dan mengambil sealing wax stamp di tangan kiri Harding. "I don't wanna play with this heart."

***

Dan inilah akhirnya 600 kata enggak bisa ditambah lagi karena kalau ditambah diriku makin enggak pede.

Jadi gimana menurut kalian?

Apa akan ada benih-benih konflik, siap-siap ketemu Jared dan Kyle, yaa ... ^^

Terkhir ada permintaan untuk next chapter? 

Oh, ya please share cerita ini ke teman-teman kamu ya, sebagai bentuk dukungan kalian untuk saya dan jangan lupa tinggalkan komen dan vote meski hanya sekadar ucapan semangat. karena ucapan tersebut meski sederhana sangat berarti buatku, seriusan aku suka baca komentar kalian.

terima kasih semua.

The Hottest Night With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang