Fairy Tale - The Guardian Angel

189 17 4
                                    

Aku akan tetap menjadi malaikatmu, meski kini kau sudah tidak lagi membutuhkanku. - Fairy Tale, 2020

•••

Dahulu ada banyak dongeng yang mengatakan bahwa setiap manusia memiliki malaikat yang mengikuti setiap langkahnya. Mereka yang akan menjagamu dari setiap keburukan, dan berbangga hati kala dirimu melakukan kebajikan.

Dongeng seperti itu, biasanya dibacakan setiap hari-hari besar, agar anak-anak seperti kami semakin menyelami agama kami. Mencintai Tuhan kami, takut pada-Nya dan selalu meruntuhkan niat berbuat hal buruk.

Maka setiap hari perayaan tiba, ketika semua toko berbondong-bondong membuat berbagai macam cokelat, aku menahan tanganku. Melirik bagaimana lihainya teman-temanku mengambil cokelat di toko tua itu dan lari karena berbahagia.

Aku terus terpikir akan dongeng yang selalu Ibu katakan sebelum tidur.

"Malaikat penjagamu selalu melihat apa yang kau lakukan. Apakah hari ini kau melakukan keburukan, atau kebaikan, semua tercatat. Dan catatan itu suatu hari akan malaikat sodorkan kepada Tuhan. Lalu ketika akhirnya hukum Tuhan mengatakan bahwa kau pantas masuk surga itu karena kebaikan yang kau lakukan. Jadi, Joohyun, jangan pernah lupakan kalau kau punya penjaga yang selalu mengawasimu."

Dan karena setiap malam dongengku tentang siapa malaikat penjaga itu, dan apakah mereka bertingkah, bertubuh, berupa seperti kita, aku semakin berniat.

Untuk selalu berbuat baik pada dunia.

Tapi siapa sangka kalau ternyata aku pernah bertemu dengan malaikat penjagaku itu. Hari itu, kala hari dimana untuk pertama kalinya aku merasakan kuasa Tuhan.

•••

Musim panas di usiaku yang baru masuk 9 tahun itu harusnya menjadi musim panas yang paling menyenangkan. Ayah yang tugasnya selalu banyak, bahkan di akhir tahun sekalipun, kini dengan begitu keras memekak di depan pintu Ayah mengatakan.

"Ayo kita berlibur! Ayah mendapatkan cuti dua minggu!"

Sungguh suatu anugerah untukku dan Ibu. Hari itu kami berangkat menuju sebuah pantai yang letaknya di selatan kota kami, sedikit memasuki sebuah desa, namun keindahan pantainya sudah bukan rahasia lagi.

Pasir putih. Ombak yang menarik kaki. Kerang yang terdampar. Angin panas yang membuat mata berkerut. Bukankah itu makna sebenarnya sebuah musim panas?

Usiaku masih amat muda kala itu, ketika semua orang mulai mempertanyakan apa pekerjaan Ayahku. Ibu hanya mengatakan bahwa Ayah bekerja di luar negeri, mengatur banyaknya pekerjaan orang banyak, dan tugasnya adalah pekerjaan yang mulia. Hanya itu.

Kupikir itu bukanlah suatu perkara yang mesti dipertanyakan setiap hari. Toh, suatu saat nanti aku akan mengetahui apa sebenarnya pekerjaan Ayahku. Kini saatnya kami berlibur.

Mobil yang kami naiki mulai memasuki tol, menjauhi perkotaan yang sibuk dan begitu padat. Di kursi belakang, bertemankan dengan boneka pinguin berpita merah muda yang kupegang erat, aku bernyanyi lagu kesukaanku.

Twinkle twinkle little star
How i wonder what you are
Up above the world so high
Like a diamond in the sky

Twinkle twinkle little star
How i wonder what you are

Ibu nampak tersenyum di kursi depan, sedangkan Ayah yang turut menjadi suara dua dalam nyanyianku. Ayah bukan pemilik suara emas, Ayah adalah penganut mereka yang bernyanyi di kamar mandi.

Above The TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang