HSS - Manusia Batu

450 57 23
                                    

"Katanya kalau perempuan lagi kumpul dan cekikikan, berarti dia lagi ngomongin laki-laki. Apa itu benar?" - High School Series 2020

•●•

Sebenarnya di Jepang sama saja dengan di Korea. Tak banyak perbedaan. Manusianya sama-sama berkulit putih hingga pucat. Belum lagi kedisiplinan. Ketegasan. Kesopanan. Kebersihan. Tak jauh bedanya.

Hanya kultur dan sebagian kebiasaan yang orang Jepang lakukan dan tidak dilakukan oleh orang Korea.

Ibuku sebenarnya memiliki darah Korea China, hanya saja saat itu orang tuanya-- kakek dan nenekku-- memilih pergi meninggalkan Korea dan tinggal di Jepang hingga akhir hayat mereka.

Lantas Ibuku yang harus menjadi seorang anak yatim piatu di usia yang cukup muda bertemu dengan Ayah yang seorang pengusaha yang baru merintis usahanya.

Mereka bertemu dan jatuh cinta.

Mereka menikah di musim semi yang indah di Jepang. Tempatnya sebelum awal April. Dan mereka melahirkan aku setahun setelahnya. Lantas menjadi satu-satunya anak kesayangan mereka. Ibuku divonis tidak dapat mengandung lagi, sebab saat melahirkanku terjadi sebuah insiden yang mengakibatkan rahimnya harus diangkat saat itu juga.

Sejujurnya mereka kecewa akan takdir yang Tuhan tetapkan, namun karena aku tumbuh dan menjadi putra mereka, maka semua yang terjadi adalah anugerah yang Tuhan berikan pada kami.

Sejak kecil sejujurnya aku tidak pernah berkeinginan menjejaki bangsaku. Sebab keluarga Ayah semuanya ada di Jepang, dan di Korea hanya ada satu paman yang sampai saat ini masih belum menikah. Bahkan usianya hampir mendekati 40 tahun, namun dirinya nampak bahagia menjadi seorang penulis tanpa kekasih.

Aku juga tak pernah berpikiran akan menikah semuda yang Ayah lakukan. Pasalnya menikah dan jatuh cinta itu merepotkan. Maka jangan salah, aku adalah seorang pemain sejati.

Dan mainanku adalah perempuan.

Kami pindah ke Korea tepat sesaat Ayah dipindah tugaskan ke Gyeonggi oleh bosnya. Saat itu juga kami berangkat ke Korea dan sementara tinggal di perumahan dekat rumah Paman. Rumahnya besar, namun nyaman sekali.

Sesekali Paman datang ke rumah dan mengajariku tentang otomotif. Walau dirinya seorang penulis dan sutradara terkenal, namun hobi utamanya adalah mengotak-atik mobil. Mobil antik di rumah Paman ada banyak sekali, dan itu menarik hatiku untuk sama dengannya.

Menyukai otomotif.

Maka setiap pekannya, saat Paman tidak ada jadwal syuting dan tidak ada jadwal kunjungan sebagai penulis ke beberapa kota, kami akan menghabiskan waktu seharian membahas mobil hingga membuat Ibuku pusing.

Namun itulah Paman, orangnya menyenangkan.

Saat kutanya mengapa dia tidak menikah, dia hanya tertawa dan berkata,

"Tuhan itu pemalu, Kyu. Tuhan sangat pemalu. Dia akan mengabulkan keinginan kita dalam tiga waktu, pertama di dunia ini saat ini juga, kedua tidak sekarang dan mungkin keinginan kita tersebut akan digantiNya dengan yang lebih baik, dan ketiga di akhirat."

Aku tak paham maksudnya.

"Cintaku hanya milik Sohee, Kyu. Dan Sohee sudah kembali pada-Nya. Maka aku yakin Dia akan mengabulkan keinginanku bukan di sini, bukan di masa depan, namun di surga-Nya nanti."

Aku tercekat.

Ucapannya barusan membawa arti baru bagiku. Sebuah kesetian dan sebuah pengabdian terbesar pada Yang Maha Kuasa oleh Paman.

Paman memang dikenal sosok paling religius di antara semua saudara Ayah dan yang paling sering mengomeliku namun juga menyenangkan.

Sejujurnya aku sedih saat mendengar calon istrinya, Park Sohee meninggal dunia akibat kecelakaan mobil sesudah pergi kebaktian di hari Minggu. Tak sedikitpun meninggalkan pesan singkat, hanya sebuah pesan yang diucapkannya beberapa hari sebelum dia pergi kebaktian hari itu.

Above The TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang