diam

185 29 2
                                    

ديام
_________

[ Kolaborasi dengan classmates ].

Indah angkasa, gelap memukau,
Sediam aku, seluas mindaku.
Bisunya pecah, batin bersuara,
Tidak ku mampu, ditulis aksara.

Renjana memuncak, peritnya atma,
Titisan jernih, mengalir di muka.
Seperti angkasa, diam membisu,
Kudrat sora, seakan kekasar.

Tikar fardhu, peneman setia,
Ain ku pedih, tempias sembilu.
Namun dibibir, ku tetap hening.
Menunggu hari, terukir senyum.

Terdiam tanpa sepatah kata,
Berusaha mencari sebuah makna,
Dari sebuah kisah nyata,
Antara aku dan pena,

Tangan bergerak lirih menyusun kata,
Menuliskan madah di balik erti yang tersirat,
Mata pun berlinang tidak tertahan,
Dan mengalir deras seperti hujan,

Perih dari sayatan luka lama kembali terbuka,
Merobek hati hingga menusuk ke dalam jiwa,
Hati yang kecewa membuatkan aku terkurung,
Masuk dalam ruang yang tidak terujung,

Kini terpaksa aku harus terima derita ini,
Menghadapi kenyataan dengan hati yang terbuka,
Kerana semua adalah fakta nyata,
Bahwa aku bukanlah siapa-siapa,

Sahabat tinggalkan lah pena dan secarik kertas ,
Di mana aku menulis cerita yang tak pernah tuntas,
Kerana aku ingin menyiratkan kata-kata madah terluah,
Menyimpan di jiwa,
Berjuang meluapkan rasa sedih agar semua terkupas,
Menghilangkan beban agar aku merasa bebas.

[ Buat kamu, yang sedang membacanya ]
05 September 2020.

Diksi | HWhere stories live. Discover now