KESAMAAN

327 28 6
                                    

AFTER WEDDING

*

"Langsung tidur, ya, kamu udah capek banget," ujar Rengga, sambil menatap Cinta yang sedang tertawa bersama Vica.

"Mending kamu istirahat lagi, jangan begadang. Gak baik untuk kandungan kamu," ucap Vica, menimpali. Cinta mengangguk, sambil tersenyum lalu berdiri dari duduknya.

"Good night, sayang." Vica mengecup pipi kanan-kiri dan kening Cinta penuh dengan kehangatan.

"Oma juga. Selamat tidur, Oma," balas Cinta, lalu mencium pipi Vica.

"Cepat, bawa Cinta ke kamar. Langsung istirahat," suruh Vica kepada Rengga. Dengan semangat, Rengga mengikuti ucapan Omanya.

"Yuk, sayang." Rengga menggandeng Cinta, menuntunnya untuk sampai ke kamar.

'Begitu malang nasibmu, Nak. Ditinggal oleh kedua orang tua, tinggal bersama Ibu tiri yang pernah mencoba membunuhmu. Oma janji, Oma sama yang lainnya akan menjagamu. Akan membuatmu bahagia.'

Vica menatap senang ke arah Cinta dan Rengga yang berjalan beriringan.

"Capek, gak? Kalo capek aku gendong, nih," tawar Rengga, saat menaiki tangga pertama.

"Enggak, kok, masih sanggup," balas Cinta, berusaha menyanyikan Rengga jika ia tidak lelah.

Tanpa basa-basi, Rengga langsung menggendong Cinta membuat Cinta hampir berteriak. Cinta menampar pelan pipi Rengga kesal.

"Kamu tu, ya! Aku kaget tau, gak?!" ucap Cinta kesal.

Mungkin terlalu kesal, hingga mata ia berkaca-kaca.

'Apa sekesel itu yang gue lakuin?'

Rengga bertanya-tanya bingung. Ia rasa tidak. Dengan cepat, ia membawa Cinta ke kamar, dan mendudukkan Cinta di atas kasur.

"Yang, kamu marah?" tanya Rengga, takut-takut Cinta merajuk kepadanya.

"Gak, cuma capek," balas Cinta apa adanya, lalu berbaring di kasur, dengan posisi memunggungi Rengga.

"Katanya gak marah, tadi tidur kok belakangin gue," gumam Rengga.

Cinta yang hendak menutup mata pun langsung duduk karena mendengar ucapan Rengga.

Cinta menatap kesal ke arah Rengga, dengan kedua tangan memegang guling. "Ngomong apa lo tadi sama gue?"

'Dih pake lo-gue.'

"Gak ada ngomong apa-apa, yang," balas Rengga, berusaha menenangkan Cinta.

"Lo kira gue budek?!" tanya Cinta kesal.

"Kok sama suami ngomong lo-gue, sih?" tanya Rengga, sedikit geram.

"Situ duluan yang ngomong lo-gue," balas Cinta, lalu melayangkan satu pukulan bantal ke arah Rengga.

"Ngajak perang yang?" tanya Rengga menggoda.

"Perang apaan?!" tanya Cinta balik, dengan nada kesal.

"Perang-perangan itu, lho, Yang. Kamu di bawah aku di atas." Rengga menaik turunkan alisnya membuat Cinta kesal.

"Kamu mesum!" Cinta memukul beberapa kali badan Rengga dengan bantal guling.

Rengga menahan tangan Cinta, lalu melempar asal guling itu.

"Udah malem, jangan kayak gini. Kasihan baby-nya kecapean. Kamu juga harus istirahat. Udah, ya, kita tidur," ucap Rengga sambil memeluk Cinta.

"Habisnya kamu ngeselin," balas Cinta, masih dengan nada kesal.

"Iya, sayang, aku ngeselin." Rengga lebih baik mengalah, daripada terus-menerus membuat Cinta kesal dan kelelahan.

"Tidur, ya." Cinta mengangguk, namun sebelum tidur ia beranjak dari kasur.

"Mau kemana lagi?" tanya Rengga penasaran. Pandangannya tak luput dari gerak-gerik Cinta.

"Mau ganti baju." Cinta membuka lemari, dan mengambil kaos Rengga.

"Kamu sama kayak Mommy hamil aku dulu, suka pake baju Daddy," kekeh Rengga, saat mengingat cerita Oma nya.

"Bajunya kegedean sama aku, longgar, enak makenya. Kalo kamu mau, aku mau keluar pake kaos ini aja," balas Cinta, mengganti pakaiannya di depan Rengga.

Buat apa malu-malu lagi? Toh, Rengga sudah melihat setiap inci tubuhnya.

"Gak, gak boleh!" tolak Rengga tegas.

Mana rela dia, istrinya keluar dengan baju kaos yang sebatas paha Cinta itu.

"'Kan kalo kamu bolehin. Kalo gak boleh ya udah."

"Udah, sini tidur. Jangan kecapean," suruh Rengga.

"Sini, gendong aku." Cinta mengulurkan kedua tangannya, meminta Rengga untuk menggendongnya ke kasur.

Rengga terkekeh, lalu berdiri menghampiri Cinta. Menggendong Cinta seperti koala.

"Akh, Rengga!" lenguh Cinta saat Rengga membuat jejak dilehernya.

"Apa-apaan, sih kamu!" Cinta menggigit bahu Rengga membuat Rengga kaget.

Rengga diam dari jalannya, lalu menggigit pipi Cinta. Cinta refleks memukul punggung Rengga.

"Kamu kira ini donat?!" tanya Cinta kesal, sambil memegang pipinya.

"Iya, udah kayak donat, yang." Rengga mencium bekas gigitannya itu.

Cinta menggigit dagu Rengga membuat Rengga terkekeh. Ada rasa geli di dagunya saat Cinta menggigitnya.

"Bersih banget," kekeh Cinta, sambil mengelus dagu Rengga.

"Aku, 'kan rajin cukur sayang."

"Kok aku gak pernah nampak?" tanya Cinta heran.

"Salah kamu, diajak mandi bareng nolak terus," balas Rengga kesal.

"Kalo aku iyain, ntar bukannya mandi malah olahraga," ketus Cinta.

"Itu kamu tau."

Rengga menidurkan Cinta di atas kasur secara baik-baik. Seakan-akan takut Cinta terluka.

"Ya taulah. Otak mesum kayak kamu. Aku pasti hafal."

Rengga ikut berbaring di samping Cinta, lalu menarik selimut, menyelimuti dirinya dan Cinta.

"Aku gak mesum sayang. Nafsu itu normal." Rengga memeluk Cinta, membawanya ke dalam pelukan hangat itu.

"Nafsu kamu tiap hari." Cinta meraba-raba dada Rengga yang terbentuk indah itu.

"Kamu kok susah, sih tidurnya? Biasanya juga udah tidur duluan."

"Iya, iya, ini tidur."

"Good night my wife. Have a nice dream." Rengga mengecup sayang kening, dan pucuk kepala Cinta.

Ia memandang sebentar ke arah wanita yang sangat ia cintai itu. Wanita yang t'lah menjadi istrinya.

Tak lama, Rengga ikut tertidur.

After Wedding (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang