PEREMPUAN ITU!

391 32 1
                                    

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA YANG KE-75.
JAYALAH SELALU INDONESIAKU🇲🇨🤩

AFTER WEDDING

*

Cinta duduk sendirian di dalam ruangan kerja Rengga. Tak ada yang menarik membuatnya menjadi bosan.

Cinta menghembuskan nafas jengah. "Ngapain gak bawa laptop tadi guenya? Kan bisa nge-drakor. Dih, bego-bego. Ya kali minjam laptop punya Rengga, itu, 'kan khusus untuk dia kerja." Cinta merutuki dirinya sendiri.

"Lah, goblok! Handphone, 'kan ada." Cinta memukul pelan jidatnya.

"Lebih enak di laptop, sih," gumam Cinta.

"Ya udah, deh, gak apa-apa, daripada gabut gak jelas."

Cinta mengambil beberapa cemilan dulu untuk menonton nanti.

Ponselnya berdering, menandakan adanya panggilan masuk.

"Laura?" gumam Cinta senang.

"Gue kira lo lupa kalo lo ada kawan," ketua Cinta saat mengangkat telfon dari Laura.

Terdengar, jika Laura sedang terkekeh mendengar ucapan Cinta.

"Bukan gitu, Cin. Lo, 'kan tau sendiri gimana gue sekarang. Ditambah anak gue masih kecil, sibuk banget, deh, gue. Gak mungkin juga, 'kan, gue ngabarin lo setiap saat trus yang jagain Dilo Kak Dino. Dia pasti capek lah," jawab Laura di seberang dengan terkekeh.

Apa tadi Dino? Iya, Dino yang kalem, temannya Rengga dan Geo yang somplak. Gak ada yang nyangka jika mereka berdua sudah menikah, dan memiliki seorang putra yang bernama Dilo.

"Yang udah berumah tangga mah, beda, ya, 'kan?" goda Cinta membuat tawa Laura pecah.

"Trus, sekarang kok lo bisa telfon gue?" tanya Cinta heran.

Laura pun menceritakannya. Obrolan dua wanita itupun berlanjut lama. Diiringi oleh kekehan dan nada kesal di setiap cerita.

Sedangkan Rengga di ruang meeting sedang terlihat kesal. Di dalam hati, ia merutuki rekan yang mengajak ia kerja sama ini.

Perempuan itu sedari tadi terus memperhatikan Rengga dengan tatapan centilnya yang membuat Rengga ingin cepat-cepat keluar dari ruangan ini.

'Ketahuan sama bini gue, dicolok noh mata lo pake besi runcing!'

Sedari tadi, Rengga terus-menerus mengumpat di dalam hati. Jika tau seperti ini, ia akan membatalkan meeting ini dari awal. Lebih baik ia berduaan dengan Cinta dibandingkan harus meeting dalam keadaan seperti ini.

'Tu anakngak ada objek lain apa? Gue mulu yang diliatin, tau banget gue ganteng!' Rengga kesal tertahan dalam hati.

'Lain kali gue bakal tanya sama Salsa siapa client gue, biar kejadian ini gak bakal terulang kedua kalinya.'

"Baik, sampai di sini meeting kita pada hari ini, semoga Bapak menyukai ...." Salsa menjelaskan secara rinci, sebagai penutupan meeting hari ini.

Saatnya berjabat tangan. Wanita itu menjabat tangan Rengga dengan senang hati, sedangkan Rengga dengan hati yang ogah-ogahan.

Setelah semuanya keluar dari ruangan meeting, hanya tinggal Salsa, Rengga, dan ... wanita itu.

"Pak Rengga, bisa kita bicara sebentar?" tanyanya dengan nada suara yang ... akh! Menjijikkan.

"Maaf, urusan meeting telah selesai, dan saya, tidak ingin berbicara hal yang tidak penting dengan wanita lain," 'Apalagi seperti kamu,' lanjut Rengga dalam hati.

Rengga berucap dingin, membuat Salsa jadi ngeri sendiri.

Rengga segera keluar dari ruangan itu, tanpa menghiraukan wajah wanita itu yang penuh dengan kekesalan.

"Maaf, Bu, bukannya apa-apa, Pak Rengga sudah memiliki istri yang sangat ia cintai, jadi, dia tidak akan tergoda dengan rayuan wanita lain." Salsa ikut menimpali dengan senyum manisnya, eh, maksudnya dalam dengan senyum mengejeknya.

"Jangan sok tau kamu!" ucapnya memarahi Salsa.

"Jika Ibu tidak percaya, saya akan menunjukkan fotonya." Salsa mengeluarkan handphonenya, lalu menunjukkan foto ia di pernikahan Cinta dan Rengga.

"Ini Mbak Cinta, ini Pak Rengga, dan ini saya," tunjuk Salsa satu persatu orang yang ada di dalam gambar itu.

'Cinta?' gumam wanita itu tak percaya.

"Saya permisi, Bu," pamit Salsa dengan hormat, lalu keluar dari ruangan itu.

"Ya ampun, Cin, beruntung banget lo," gumam wanita itu kagum.

***

Rengga berjalan dengan nada kesal ke ruangannya. Ia masih saja kesal dengan ulah wanita tadi, mulai dari wanita itu menatapnya, menjabat tangannya, dan yang terakhir? Dia mengajak Rengga berbicara.

"Kamu kenapa?" tanya Cinta kaget saat Rengga membuka kuat pintu ruangannya.

Cinta yang sedang asik menonton setelah telfonan dengan Laura terlonjak kaget.

"Ada tadi perempuan," balas Rengga seadanya.

"Perempuan? Kenapa perempuan?" tanya Cinta tak paham. Ia ikut mendudukan dirinya di sofa seperti Rengga.

Rengga memijit tulang hidungnya. Cinta tersenyum, lalu menggosok pelan lengan Rengga.

"Kenapa, Sayang?" tanya Cinta lembut.

Tak menjawab, tapi Rengga memeluk Cinta. Cinta mengelus-elus punggung Rengga.

"Coba cerita," ujar Cinta.

"Tadi, client aku, 'kan perempuan, jadi dia ngeliatin aku mulu. Aku, 'kan, kesal dibuatnya. Apalagi pas jabat tangan tadi, itu bikin aku kesal banget!" ucap Rengga kesal, kembali mengingat beberapa waktu lalu.

"Emang siapa, sih?" tanya Cinta.

"Gak tau. Gak penting buat aku tau nama dia," ucap Rengga cuek.

Cinta tersenyum senang saat mengetahui Rengga yang sama sekali tak merespon cewek lain.

"Ya udah, lupain aja. Lagipula, dia gak ada, 'kan sekarang," jawab Cinta.

Rengga diam. Ia mencium leher Cinta membuat Cinta kegelian.

"Jangan digituin, nanti kamu kasih tanda lagi," ujar Cinta kesal, Cinta mencoba untuk melepaskan pelukan itu, namun Rengga semakin mempereratnya.

"Akh!" Cinta melenguh saat Rengga memberi tanda di lehernya.

After Wedding (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang