AFTER WEDDING
*
JANGAN LUPA FOLLOW AKUN ARALEP (AUTHOR), YA:-)
*
Cinta merasa bersalah karena ucapannya semalam. Tak seharusnya ia berucap seperti itu.
Tapi ... ucapan semalam itu memang langsung dari lubuk hatinya. Ia juga tidak tahu, kenapa dia sampai mau berucap seperti itu.
Rengga masih duduk termenung di gazebo taman. Ia memandang kosong ke depan. Sedangkan pikirannya, sedang memikirkan maksud ucapan Cinta tadi malam.
‘Hanya dengan ucapan yang ntah benar tidaknya, Rengga udah ngelamun kayak orang kehilangan gini. Gimana keadaan dia pas aku sakit waktu itu?’
Cinta menghembuskan nafasnya pelan. Lalu berjalan ke arah Rengga.
“Ga ....” Cinta memanggil Rengga, guna menyadarkannya. Namun, Rengga masih saja diam.
“Rengga.” Cinta mengelus pelan bahu Rengga membuat Rengga tersentak kaget. Lalu Rengga berdehem.
“Kenapa?” tanya Rengga, tanpa mengalihkan pandangannya.
“Aku minta maaf sama ucapan aku yang tadi malam,” ucap Cinta, dengan air mata yang menetes.
Rengga menghembuskan nafas panjang. Ia juga salah, tak seharusnya ia mendiamkan Cinta seperti ini, dan ... membuat Cinta menangis.
Rengga mereka berdiri dari duduknya, langsung memeluk Cinta. Cinta menangis tersedu-sedu dipelukan Rengga.
“Udah, jangan nangis lagi,” ucap Rengga penuh dengan nada kelembutan, sambil mengelus rambut Cinta.
“Aku salah ... aku udah ngomong kayak gitu.” Cinta makin menangis tersedu-sedu dipelukan suaminya itu.
“Udah, udah .... Kamu jangan nangis lagi, nanti sesegukan. Udah, ya?” Rengga mencoba membujuk Cinta, agar Cinta berhenti menangis.
Bukannya berhenti menangis, Cinta malah semakin menangis.
“Udah, ya. Kalo kamu masih nangis kayak gini, kita nggak bakal jadi ke rumah pohon, kamu mau?” Rengga nencoba mengancam Cinta.
Perlahan, tangis itu mulai reda. Hanya isakan-isakan kecil yang terdengar.
“'Kan betul kata aku, nanti sesegukan.” Rengga menghapus air mata Cinta yang membanjiri pipinya.
“Aku minta maaf udah bilang kayak gitu. Aku janji ... aku janji gak akan ngomong kayak gitu lagi sama kamu,” ucap Cinta, masih dengan isakan.
“Iya, iya, gak apa-apa. Kamu belum sarapan, kita sarapan dulu, ya. Nanti siangan kita pergi,” ujar Rengga. Cinta mengangguk sebagai jawabannya.
Rengga menuntun Cinta, membawanya ke meja makan, dimana, di sana, semuanya sudah menunggunya.
Clara tersenyum melihat anak dan mantunya itu sudah akrab kembali.
“Biasanya, kalo ibu-ibu hamil, makannya bertambah, lho. Dan juga harus makan-makanan yang bergizi,” ucap Clara, membuat Cinta tersenyum.
Jika kemarin-kemarin Cinta yang mengambilkan Rengga makanan, maka sekarang Rengga--lah yang mengambilkan Cinta makanan.
“Susu untuk Cinta udah kamu buat, Ga?” tanya Vica, sembari menuangkan air untuk Herman.
“Emang udah di beli, Ma?” tanya Cinta heran. Seingat dia, Rengga tidak ada keluar untuk membelikannya susu.
“Aku nyuruh orang,” jawab Rengga, lalu berdiri berjalan ke dapur untuk membuatkan Cinta susu.
“Makan yang banyak, Cin, agar kandungan kamu sehat selalu,” ujar Herman.
“Dan Daddy pastikan, Rengga pasti posesif banget sama kamu,” tebak Ryan, menimpali.
“Kenapa gitu, Dad?” tanya Cinta heran.
“Maklum, udah keturunan,” kekeh Vica, membuat Cinta tersenyum.
‘Hangatnya keluarga ini, membuat aku selalu tersenyum. Andai Mama Papa masih hidup, pasti meja makan ini akan lebih ramai.’
“Kok ngelamun? Ngelamun apa kamu, sayang?” tanya Rengga, dengan satu tangan memegang segelas susu, dan satu lagi memegang salad buah.
“Ah, enggak, kok,” ucap Cinta tersenyum manis.
“Ayok, makan dulu,” ujar Herman.
Mereka makan dalam keadaan tenang. Rengga setia menyuapi Cinta yang hanya mau memakan buah-buahan.
“Cinta, makan nasi, dong!” ucap Clara. Cinta menggeleng sebagai jawabannya.
“Cinta mual, Mom,” balas Cinta, memandang tak selera ke arah nasi yang ada di atas piring.
Mereka kembali melanjutkan sarapan paginya.
Setelah selesai, Rengga membuka pembicaraan terlebih dahulu. “Emh ... nanti siang, Rengga mau bawa Cinta main ke rumah pohon,” ucap Rengga.
Mereka menatap Rengga secara kompak.
“Kamu yang mau apa Cinta yang mau?” tanya Clara.
“Cinta yang mau, Mom,” ucap Cinta.
Sebenarnya, mereka tidak tahu bentuk rumah pohon itu, cuma mereka sering mendengarnya dari Rengga.
“Sore aja gimana? Kalo siang, 'kan panas, nanti kamu kecapean. Siang aja, ya?” bujuk Clara. Ia tak mau mantunya kenapa-kenapa.
“Iya, siang aja, yang. Nanti kamu kecapean lagi,” ucap Rengga menimpali.
“Ya udah, deh ... gak apa-apa,” jawab Cinta.
Mereka semua tersenyum menatap Cinta.
“Rengga mau bawa Cinta ke kamar dulu, ya, semuanya,” pamit Rengga kepada semua orang yang berada di atas meja.
“Posesifnya nongol,” cibir Clara.
Semuanya tertawa mendengar cibiran Clara. Belum sempat Cinta berpamitan, Rengga sudah duluan menariknya.
“Yang, kok cepat banget ke kamar, ngapain?” tanya Cinta heran.
“Tidur, yang. Emang kamu mau apa?” tanya Rengga.
“Tapi, 'kan baru aja tadi bangun, kok tidur lagi?” tanya Cinta heran, namun ia tetap mengikuti langkah Rengga.
“Intinya istirahat, aku gak mau kamu banyak gerak.”
Cinta melongo tak percaya mendengar ucapan Rengga. Benar kata keluarga Rengga, Rengga akan memunculkan sikmfat posesif nya.
Cinta tetap mengikuti Rengga dengan wajah kesal. Padahal, ia ingin duduk di gazebo, menikmati sinar cahaya pagi ini.
Namun apalah daya, jika suaminya malah membawanya beristirahat kembali.
‘Dasar gila.’
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding (On Going)
RomanceCinta dan Rengga telah bersatu? Benar! Mereka memang telah bersatu. Jenjang pendidikan yang ditempuh hingga selesai, pekerjaan yang sudah ada, sudah bisa bagi mereka bersama-sama untuk memantapkan diri. Mengingat Cinta yang dulu pernah terbaring lem...