Tepat di depan kontrakan minimalis berwarna hijau daun ini, Aku berdiri gelisah. Sudah berpuluhan kali pula aku melirik arloji ku, lalu bernapas lega ketika sebuah motor dengan pengendara yang memakai jaket hijau kebanggaannya datang menghampiri ku.
Aku segera memasang helm, dan bersiap di boncengan, "Ayo kang cepet, keburu telat" ujar ku kepada kang Ojol.
Bukan Jakarta namanya bila jalanan tak macet, untung saja kang Ojol ini terampil di bidangnya. Aku rasa dulunya Kang Ojol ini mantan pembalap liar sehingga dia begitu ahli melewati pengendara lainnya, atau jangan-jangan dia bestian sama kang Rossi?.
Setelah membayar dan tak lupa memberi bintang lima kepada kang Ojol, dengan cepat aku memasuki gedung pencakar langit yang didominasi oleh kaca berwarna silver itu.
Ketika memasuki gedung, aku dikejutkan oleh puluhan, ah bukan puluhan, tapi ini ratusan pasang mata yang sekarang menatap ke arah ku.
Aku hanya menampilkan cengir kikuk sambil berjalan menuju Mbak Sani dan Mas Tito untuk bergabung.
"Muke gile lo, bisa-bisanya telat pas ada acara pergantian bos gini" bisik Sani kepada Keyla.
"Tumben telat" bisik Mas Tito
"Kejebak macet mas" jawab Keyla seadanya.
Benar saja, hari ini Pak Satyo sang bos undur diri dan di gantikan oleh anaknya yang bernama Alfarezi Putra Adiguna.
Setelah acara pergantian bos selesai, mereka semua kembali ke ruangan masing-masing bersiap untuk berkerja.
Keyla, Sani, dan Tito kembali ke ruangan mereka, karena kebetulan mereka di tempatkan di satu ruang yang sama.
"Gilak sih, anaknya pak Satyo gantengnya subhanallah tabarakallah" Ucap Sani dengan mata berbinar.
"Alah kemarin loh siapa yang ngomongin pak Satyo bos buluk" jawab Keyla membuat Sani berfikir kembali bahwa memang benar pada saat laporannya di buang dia pernah menghujat bahwa bosnya itu buluk, "yakan mana tau kalau anaknya aduhai".
"Mbak Sani ngomong gitu kayak jomblo aja, inget loh Mbak udah punya buntut" sahut Tito membuat Keyla tertawa dan Sani tersenyum malu. Karena memang benar statusnya adalah seorang ibu beranak satu.
Hingga tawa mereka berhenti ketika Citra datang, "Keyla, di panggil bos" ucapnya lalu berlalu pergi.
Sani mengisyaratkan Keyla untuk segera menemui bos barunya itu, sedangkan Tito melakukan gerakan seperti memberikan semangat.
Tepat di pintu keramat, Keyla melafalkan basmalah kemudian mengetuk pintu, membukanya dan melangkahkan kaki memasuki ruangan.
"Permisi pak, Bapak manggil saya?" Tanya Keyla kepada bosnya yang masih saja menatap dan menelisik berkas yang berada dihadapannya.
Tak ada respon sama sekali, membuat Keyla berdeham dan ajaibnya sang bos pun menatapnya.
"Setuju sih sama mbak Sani, ini bos gantengnya subhanallah tabarakallah" Batin Keyla
"Kamu Keylandra?, sekretaris papa saya?" Tanyanya, tanpa mempersilakan Keyla untuk duduk.
Keyla mengangguk seraya berkata, "iya pak benar"
"Apakah profesional ketika seorang sekretaris telat di acara penting seperti tadi?" Ucap Farez sambil melayangkan tatapan tajam kepada Keyla.
Keyla yang ditatap seperti itu balas menatap Farez namun bukan tatapan menantang, melainkan tatapan teduh sambil mengucapkan maaf.
"Saya tidak butuh maaf kamu, disini saya butuh sekretaris yang profesional. Jika kamu tidak bisa, saya bisa cari pengganti kamu saat ini juga" ucap Farez membuat Keyla terkejut akan ucapan Farez, seketika kekaguman akan wajah tampan Farez lenyap ketika Keyla melihat sisi Hitler didalam diri Farez.
Keyla menatap Farez tak lagi dengan tatapan teduh, melainkan tatapan menantang seraya berkata, "Saya bisa profesional, saya bisa menjadi sekretaris yang dapat diandalkan"
Farez mengalihkan pandangannya dan kembali membaca berkas, "Oke kita lihat. Silahkan keluar"
Keyla pun keluar dengan merapalkan sumpah serapahnya sambil berjalan menuju ruangannya.
Keyla mendudukkan dirinya dan mulai melakukan pekerjaannya dengan sedikit grasak-grusuk hingga menimbulkan bunyi yang cukup berisik, membuat Sani dan Tito menatapnya heran.
😈😈😈
Jam makan siang pun tiba, Keyla merapikan sedikit berkas-berkas yang sedikit berserakan lalu dengan semangat mengajak Sani dan Tito untuk makan siang bersama.
Mereka bertiga pun berjalan bersama menuju warteg yang tak jauh dari kantor
"Keylandra ikut saya" panggil Farez ketika mereka berpapasan.
Dengan terpkasa Keyla memisahkan diri dari Sani dan Tito, lalu berjalan membuntuti Farez hingga mereka berada di ruangan Farez.
Farez menyerahkan uang seratus ribu kepada Keyla, membuat Keyla gagal paham dengan bosnya ini.
"Belikan saya nasi Padang didepan" ucapnya membuat Keyla memandang Farez tak percaya.
Dengan pundung setengah mampus, Keyla berjalan menuju warteg dan memesan makanan untuk bos laknatnya itu.
"Udah kelar key?" Tanya Tito ketika melihat Keyla yang memesan 2 bungkus nasi Padang.
"Belum mas, ini nih untuk bos sialan" jawab Keyla dengan sedikit cemberut. Lalu berpamitan ketika pesananya telah siap, "Duluan mas".
Keyla menatap pintu ruangan Farez dengan malas, lalu mengetuk dan mengucapkan salam. Keyla memasuki ruangan dan menyerahkan nasi padang tersebut lalu beranjak pergi.
"Mau kemana?" Tanya Farez membuat Keyla menghentikan langkahnya.
"Keluar lah pak, cari makan" jawab Keyla.
"Makan disini, itu satu untuk kamu. Kamu pikir saya kuli makan 2 porsi nasi padang sendiri" ucap Farez dengan nada tersinggung.
Keyla menatap bosnya itu, "Barangkali kan situ titisan buto ijo, mana ada yang tau" bisiknya.
"Saya dengar Keylandra!"
.
.
.
.
.😈😈😈
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfarezi Adiguna
RomantizmNtah takdir apa yang membuat semuanya rumit, semua berawal ketika Keyla harus berhadapan dengan Alfarezi. Bos baru spek percon bantut. Percon terkenal dengan suaranya yang keras dan memekakkan telinga, namun terkadang ada pula percon yang berbunyi...